Siebzehn

542 85 36
                                    

Untuk kesekian kalinya, Ralaya kembali terdampar di kantin fakultas Psikologi.

Saking terbiasanya, kini gadis itu sudah tak peduli lagi dengan tatapan yang menatapnya penuh tanda tanya atau tatapan intens yang menyerangnya karena sering berduaan dengan Dev.

Rasanya sudah hampir satu jam pula mereka disini. Acara pulangnya jadi terhalang sejenak karena Dev yang tiba-tiba disuruh merevisi tugas yang telah dia buat.

Jadi selagi menunggu Dev menyelesaikan tugasnya, Ralaya pun hanya bermain game di ponsel ditemani milkshake yang sebelumnya sudah dia pesan.

Tepat saat ponselnya hampir mati karena kehabisa daya, Ralaya pun memilih mematikan ponselnya dan dia taruh di dalam tas.

Cowok di hadapannya masih sama. Tatapannya begitu fokus menatap layar macbook dengan bibirnya yang sesekali bergumam kecil.

Ralaya menatap jam di pergelangan tangannya. Ini sudah pukul dua siang dan Dev masih belum makan siang.

"Suka bakso atau mie ayam?" ucap Ralaya tiba-tiba.

Dev mendongak dan mengernyitkan dahi. Kenapa gadisnya terlihat random? Pikir Dev.

Dengan ragu, Dev pun menjawab, "mie ayam?"

"Oke," ucap Ralaya sambil tersenyum lalu berlari kecil menuju jajaran pedagang yang berjualan di kantin.

Dev yang seolah baru sadar pun langsung membelalak kaget dan memanggil Ralaya berkali-kali.

Tak seharusnya Ralaya memesan dan membawakan makanan untuknya. Itu adalah tugas Dev.

Melihat tunangannya yang menatap dirinya tak enak, gadis itu pun hanya memberikan gestur dengan tangannya kalau dia tak apa-apa.

Seperti biasanya, Ralaya pun mengantri untuk mendapat giliran. Tepat saat hanya tersisa satu orang lagi di depannya, dia mendengar ada seseorang yang memanggil namanya.

Itu bukanlah suara Dev. Ini adalah suara seorang cewek. Suaranya cukup familiar, Ralaya pernah mendengarnya.

Tapi dia kan tak punya kenalan seorang cewek di fakultas Psikologi kecuali-

"Sara!" seru Ralaya sambil tersenyum ramah.

Yang dipanggil pun mengangguk sambil mengimitasi senyum Ralaya dengan kedua tangannya yang memegang semangkuk bakso.

"Tumben kesini?"

"Iya, lagi nemenin Dev."

"Kak Dev?" ulang Sara dan Ralaya pun mengarahkan telunjuknya ke meja, dimana ada Dev tengah sibuk dengan macbooknya.

Sara tersenyum miris. Tentu saja Ralaya ada fakultas Psikologi karena pasti gadis itu dibawa oleh Dev.

Sara bodoh sekali.

"Baru mau makan siang juga?" ucap Ralaya memecah lamunan Sara.

"Iya, baru sempat."

"Kesini sama temen atau-"

"Aku selalu sendirian," ucap Sara pelan.

Ralaya terdiam sejenak. "Yaudah ayo ikut gabung," ucapnya penuh ketulusan.

"Bertiga?"

"Iya lah bertiga, Sara," ujar Ralaya sambil terkekeh pelan lalu membayar pesanannya dan kini kedua tangannya membawa semangkuk mie ayam untuk Dev. "Ayo!"

Tubuh kecil Ralaya memudahkannya untuk bisa saling menyalip diantara beberapa orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Sementara Sara berusaha menyamakan langkahnya dengan Ralaya.

[II] With Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang