Vierunddreißig

669 101 45
                                    

"Sial, masih belum pulang ternyata," gumam Rio saat mengintip lewat celah pintu apartemen temannya.

Matanya masih menangkap tubuh tinggi Dev yang berdiri tegap sedang bersandar di depan pintu apartemennya.

Rio cukup dibuat kagum dengan semangat Dev, cowok itu bahkan sudah disana sejak dua jam yang lalu. Tak lelah sekalipun Rio dengan sengaja mengabaikan segala chat dan teleponnya.

Tapi persetan dengan itu semua, Rio kesal pada Dev karena kemarin adiknya dibuat galau gara-gara melihat Dev menolong Sara yang hampir jatuh di lorong perpustakaan dan dengan seenaknya kini dia malah meminta bertemu dengan Ralaya?

Sinting.

Rio takkan membiarkan itu terjadi.

Maka dari itu, sejak dua jam yang lalu juga Rio menyuruh River mengajak adiknya itu pergi ke suatu tempat. Untuk makan, jalan-jalan, nonton atau apapun itu.

Rio
|Masih sama River kan, dek?

Ralaya
|Yep

Rio mendengus geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio mendengus geli.

Dia pikir mereka berdua sedang berada di sebuah mall, tapi kenapa Ralaya dan River malah ada disebuah taman?

Juga, apa-apaan River yang sedang menaiki mainan anak kecil? Bahkan cowok itu terlihat nyaman sambil menatap susana malam.

Apa jangan-jangan Ralaya juga kini tengah menaiki ayunan?

Rio jadi sangsi, ini antara Ralaya yang merengek ingin pergi kesana atau selera Ralaya dan River yang sama.

•••

Tebakan Rio sama sekali tak salah. Faktanya, saat ini Ralaya tengah duduk di ayunan sambil mengobrol bersama River setelah tadi mereka menyempatkan makan malam di sebuah cafe.

"Meskipun gue gay, tapi gue masih bedain mana yang cantik dan mana yang engga. Gue rasa lo lebih cantik dari Sara."

Ralaya tersenyum tipis. "Mungkin Sara punya sesuatu yang gak gue punya?" ucapnya yang malah terdengar ragu di rungu River.

"Misalnya?"

"Eum ... dia sehat, gak 'sakit' kayak gue. Trus dia dewasa," ucapnya sambil tersenyum pedih. Jadi ingat kalau Dev pernah mengatainya childish. "Mereka sama-sama anak Psikologi, mungkin hal itu juga yang bikin mereka jadi nyambung dan lagi pula apa yang harus dibanggain dari gue sih? She's better than me, right?"

"Gue kira sebagai tunangannya anak Psikologi, lo bakal paham artinya love yourself dan bahayanya insecure," sindir River yang malah di respon sebuah tawa hambar oleh Ralaya.

[II] With Ralaya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang