7. Unexpected Truth

988 185 328
                                        

🎶🎶 Tujh Mein Rab Dikhta Hai - Cover by Shreya Karmakar

Seberapa banyak usahaku untuk melupakan, sebanyak itu pula semakin merindukan.

-Aldyo Altezz Verdianto

-Aldyo Altezz Verdianto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ngapain pelukan? Enggak ajak-ajak gue juga!"

Anindya langsung menghambur ke arah Aeri, Any, dan Cicit yang sedang berpelukan. Dia tidak perlu bertanya penyebabnya. Karena bisa dipastikan jika Any dan Cicit sudah berbaikan kembali.

Akibat insiden kecoak tiga hari lalu inilah yang menyebabkan terjadi kesalahpahaman di antara Any dan Cicit terjadi. Dan malam ini semuanya sudah terselesaikan. Satu beban masalah terangkat. Bahu Anindya terasa sedikit ringan.

"Wah, oleh-oleh dari Paris." Anindya bersorak gembira menerima oleh-oleh dari Aeri. "Makasih, KaAer. Isinya apa'an nih?"

Anindya pun segera mengeluarkan isi paper bag. Ketika tahu isinya, bibir Anindya mengerucut. Ada bedak, lipstick, dan juga minyak wangi. "Ish, kenapa enggak ngasih tau kalau mau ngasih ini? Mungkin gue enggak akan beli itu." Telunjuk Anindya menunjuk ke arah dua paper bag dibawanya tadi. Tas kertas itu masih berada tak jauh darinya.

Any, Aeri, dan Cicit serempak melihat ke sana.

"Lo abis borong skincare sama make up, Nin?" tanya Aeri.

"Enggak. Gue abis kesurupan tadi. Huhu ... duit gue." Anindya semakin menyesali sudah membeli barang-barang tersebut.

"Baguslah. Muka lo bakal lebih cerah dan kinclong." Aeri terkikik melihat ekspresi Anindya yang masam ketika mendengar ucapannya.

"Gue enggak butuh skincare yang mencerahkan kulit, tapi butuh skincare yang bisa mencerahkan masa depan."

Sontak saja Any dan Cicit tertawa lepas mendengarnya. Begitu pula dengan Aeri.

Mereka berempat pun mengobrol. Ada yang kurang. Si bungsu Cia tidak hadir. Padahal kalau formasi lengkap, bisa dipastikan malam ini BobaMoza akan semakin semarak dengan gelak tawa mereka berlima.

Anindya memutuskan untuk menyimpan oleh-oleh dan barang-barang yang dibelinya tadi di dalam loker. Tidak akan dibawa pulang. Lagi pula BobaMoza ini sudah menjadi rumah keduanya. Tunggu saja sampai Any membuatkan kamar khusus untuknya. Anindya pasti akan pindah ke sini.

Tidak perlu lagi repot-repot kos.

Ketika keluar dari ruangan loker, di ambang pintu Anindya bertemu dengan Ino. Sepertinya dia habis menerima telepon.

"Baru nyampe?" Ino menyapa lebih dulu.

"Heem." Anindya tampak lesu.

"Kalau capek, kenapa bela-belain ke BobaMoza? Dari muka lo kayaknya belum ngambil keputusan dari pembicaraan kita tempo hari?" Ino menatap Anindya intens.

ENCHANTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang