9. Mood Swing

889 168 209
                                    

Apa yang kukatakan terkadang berlainan dengan hati. Apa kau bisa mengerti dan memahami? Maksud yang tersembunyi.

-Anindya Puriandini

🍀🍀🍀

Suasana kantin yang terletak di antara gedung C dan D Megantara University cukup ramai. Tak ada lagi meja yang kosong. Semua tempat duduk sudah terisi. Dari mahasiswa yang hanya nongkrong sambil ngobrol sampai yang benar-benar sedang mengisi perutnya.

Di meja yang berada di sebelah kiri dekat showcase, Ervin duduk bersama dengan Rendy, temannya. Di depan mereka berdua ada dua buah minuman kaleng beserta plastik roti yang sudah kosong.

Fakultas Teknik Elektro memang berada di gedung C. Gedung yang sama dengan Fakultas Teknik Mesin serta I.T berada. Ervin mengambil jurusan Teknik Elektro dan baru semester 3. Dia sedikit telat masuk kuliah. Harus berhenti dulu satu tahun karena satu alasan.

"Hari ini gue ganteng enggak?" tanya Ervin tiba-tiba.

Rendy menatap aneh temannya ini. Dia menyandarkan punggung ke sandaran kursi. "Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?"

Ervin cengengesan. "Enggak. Gue pengen tau aja kalo hari ini penampilan gue udah oke atau belum?"

"Emang ngaruhnya buat apa?" Rendy masih memperhatikan Ervin.

"Gue ada janji," jawab Ervin yang sedang memeriksa tampilan wajahnya melalui layar ponsel.

"Siapa?" tanya Rendy penasaran.

Ervin tidak menjawab. Sibuk merapikan rambutnya. Hal ini membuat Rendy kesal. Dia langsung mengambil ponsel temannya ini.

"Cewek?" tebak Rendy.

Ervin tertawa kecil. "Saran dari lo emang jitu. Meski gue kudu buang urat malu. Lagian Bunda juga udah ketemu sama dia."

Rendy tercengang. "Serius lo?" tanyanya tak percaya. "Bunda Gita udah ketemu sama dia? Gercep juga."

Ervin mengangguk. "Bunda kayaknya seneng banget. Makanya hari ini gue mau jemput dia buat diajak ke rumah."

"Worderfull." Rendy bertepuk tangan. "Gue enggak sangka lo bisa ambil langkah cukup jauh juga. Padahal saran gue waktu itu cuma bercanda." Lalu segera menutup mulutnya karena sadar sudah keceplosan.

"Wah, lo mau ngerjain gue?" Ervin menatap tajam Rendy.

Rendy menyengir. "Tapi kan lo jadi berhasil deketin dia, malah sudah bisa ngajak ke rumah lagi. Bentar lagi Bunda Gita bakal lamarin tuh."

Ervin tersipu malu. "Maunya sih gitu. Tapi bunda enggak ngizinin gue nikah sebelum lulus kuliah."

Tawa Rendy meledak. "Lagian lo ngebet banget pengen nikah. Pacaran aja belum pernah. Ini udah langsung mau lamaran. Segitu cintanya sama kasir BobaMoza."

"Pacaran tuh bisa nyusul kalau udah nikah," jawab Ervin tanpa terduga.

Wajah Rendy berubah kesal. "Serah. Sebahagia hidup lo aja. Tapi ngomong-ngomong gue butuh buku yang lo janjikan kemarin. Gue ambil sore ini."

"Enggak. Jangan datang ke rumah. Ntar runyam lagi urusannya. Gangguin gue sama KaCan aja," tolak Ervin yang langsung merebut kembali ponselnya dari tangan Rendy.

Decakan kesal pun terdengar dari bibir Rendy. Dia hanya bisa menggerutu pelan sambil terus memperhatikan tingkah temannya yang dianggap lebay. Memilih untuk menghabiskan minumannya.

Ervin kembali berbicara, "Dia emang cewek spesial. Limited edition. Susah dicari model gitu. Galak, judes, cantik, dan ... seksi."

Hampir saja Rendy menyemburkan minuman yang berada di dalam mulutnya ketika mendengar kalimat Ervin. Lama-lama temannya ini seperti sudah mulai gila. Karena seorang gadis yang bahkan belum tentu menyukainya juga.

ENCHANTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang