16. The Ring

568 127 35
                                    

Perasaanku seperti buih yang terombang-ambing di tengah lautan. Sebentar lagi menghilang. Namun, adakalanya buih itu berharap menjadi bagian dari ombak yang mampu memecah karang.

Anindya Puri Andini

🍀🍀🍀

Malam sudah semakin larut ketika Anindya baru saja menginjakkan kakinya di depan gang menuju tempat kosannya. Hari yang melelahkan. Dia ikut membantu pembukaan cabang baru BobaMoza yang berada di dekat MU.

Rencana Any untuk membuka cabang, akhirnya terlaksanakan. Dan mendapat tanggapan yang bagus. Pengunjung bisa dikatakan membludak. Sampai tempat itu penuh. Dan tentunya laris manis.

Anindya pun sibuk. Walaupun, Any sudah melarangnya. Tapi jiwanya sebagai seorang pekerja keras membuat gadis itu tidak mau tinggal diam. Memaksa untuk ikut menghitung pemasukan dari produk yang terjual. Sehingga dia pun pulang terlambat.

Tidak ada yang mengantar karena Anindya menolak.

Suasana gang cukup sepi. Menandakan jika orang-orang sudah berada di alam mimpi. Takut. Sama sekali tidak. Anindya justru merasa nyaman melangkah di kesunyian malam.

Namun, ada sesuatu yang membuat Anindya menghentikan langkah kakinya. Matanya memicing. Memperhatikan dengan sesama sesuatu-tepatnya seseorang yang sedang duduk di depan kosannya.

"Itu orang apa jurig, ya?" Dia bergumam pelan.

Penasaran. Anindya pun berjalan menghampirinya. Kali ini matanya bisa melihat dengan jelas. Ada seseorang yang sedang duduk di kursi tunggu dengan mata tertutup. Orang ini tertidur.

"Ervin! Ngapain lo di sini?" seru Anindya cukup keras sehingga orang yang dipanggil Ervin itu terbangun.

"Eh, KakCan. Baru pulang," jawab Ervin sembari menguap.

Pemuda itu mengucek matanya. Lalu, membenarkan posisi duduknya. Masih terlihat sisa-sisa kantuk di wajahnya. Mungkin juga kalau nyawanya belum terkumpul semua.

Anindya duduk di kursi samping Ervin. "Lo ngapain tidur di sini? Pulang sana!"

Ervin kembali menguap. "Aku nungguin kamu, KakCan. Belum puas ketemu. Tadi Bunda nelepon minta dianterin ke bandara. Di rumah juga sepi. Mau nginep di rumah si Rendy enggak enak, lagi hajatan. Jadi aku ke sini. Boleh nginep di sini?"

Satu sentilan di kening membuat Ervin mengaduh. Itu adalah jawaban dari Anindya atas permintaannya. Sesuatu yang membuat kasir BobaMoza ini mendelik tajam. "Kalau ngomong tuh dipikir dulu. Lo mau kita digrebek warga?"

Ervin malah menyengir sambil mengusap keningnya yang tadi disentil Anindya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ervin malah menyengir sambil mengusap keningnya yang tadi disentil Anindya. "Justru itu biar kita cepet ke KUA."

Anindya sudah mengangkat tangannya. Namun, Ervin segera menyatukan kedua telapak tangannya. "Bercanda. Kalau serius juga boleh."

ENCHANTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang