"Nyatanya berharap pada manusia adalah kebodohan yang nyata."
- Kim Doyoung
🍀🍀🍀
Anindya tak berniat untuk tidur dan ternyata waktu sekejap itu pun harus hilang. Telinganya menangkap pembicaraan seseorang. Dan suara itu sangatlah familier. Dia pun segera bangun. Mengucek mata sebentar. Lalu mulai mencari arah sumber suara.
Mata Anindya pun menangkap kehadiran Aeri bersama dua orang laki-laki. Salah satunya itu Ino. Dan seorang lagi tidak Anindya kenal.
Rasa penasaran membuat Anindya segera bangkit. Kemudian mendekati Gangga yang sedang sibuk berbicara dengan seorang ojek online. Dia sedang menerima pesanan beberapa boba.
Anindya tidak ingin menguping, tapi keadaan kafe sedang sepi dan suara Aeri pun cukup jelas terdengar.
"Jadi, Pak. Ini pacar saya. Sudah pernah ketemu, kan?" ucap Aeri menunjuk pada Ino.
Ino tampak terkejut sama halnya dengan laki-laki di depan Aeri. Anindya apalagi. Hanya Gangga yang tampak biasa saja. Dia hanya melirik sebentar lalu kembali fokus dengan gelas boba.
Anindya tidak ingin mendengarkan lagi pembicaraan mereka bertiga. Hatinya butuh pemadam kebakaran. Bagaimana bisa Aeri begitu santai mengatakan hal tersebut? Walaupun dia tahu jika hubungan Ino memang lebih dekat dengan Aeri dibandingkan Angels lainnya. Namun tetap saja, ini terasa seperti sebuah pengkhiatan.
Jika hati mulai panas, maka kepala pun demikian. Dan kadang tidak bisa berpikir jernih. Anindya terbakar emosi. Hari ini sudah menjadi hari yang berat baginya, ditambah dengan apa yang baru saja terjadi. Membuatnya ingin melemparkan apa saja yang ada di dekatnya.
Andai mesin kasir tidak berat dan tidak terhubung dengan listrik, pasti benda tersebut sudah hancur di lantai. Tentang ganti rugi itu urusan belakangan.
Matanya pun tertumpu pada gelas boba yang sudah terisi. Benda yang sedang Gangga pegang pun direbutnya. Lalu dilempar dengan penuh emosi. Jatuh tepat di depan Ino. Bahkan mengotori sepatu serta celana yang dipakainya.
Tentu saja tindakkan Anindya ini membuat semua orang yang berada di tempat ini kaget. Termasuk Gangga yang baru menyadari jika gelas di tangannya sudah berpindah tempat.
Aeri yang kaget langsung menatap Anindya. Dia tak sempat bertanya apa-apa karena temannya itu langsung buang muka dan segera menuju ke belakang-tempat loker berada.
Sungguh Aeri tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Dia juga bingung dengan apa yang Anindya lakukan. Gadis itu tidak mungkin marah tanpa alasan. Namun, apa yang sudah membuatnya sampai seperti itu?
Tatapan Naren membuat Aeri harus segera mengambil tindakkan. Dia terpaksa mengusir halus atasannya itu. Walaupun berondongan pertanyaan keluar dari bibirnya. Aeri tetap mengabaikannya.
Sementara Ino yang sama bingungnya, memilih mendekati Gangga yang sedang berdiri sambil di samping mesin press. Sepertinya dia masih syok dengan apa yang sudah terjadi.
"Anin kenapa?" tanya Ino padanya.
Gangga hanya menggeleng.
Ino pun memutuskan untuk menyusul Anindya. Dia harus menanyakan alasan kenapa gadis itu melempar gelas boba. Namun sebelum itu, Ino pergi ke toilet dulu untuk membersihkan sepatu serta celananya.
Di dalam ruang loker. Anindya mengeluarkan semua barang-barang yang berada di dalam lokernya. Termasuk paper bag yang berisi oleh-oleh dari Aeri tempo hari. Rasa marah membuatnya ingin melampiaskan ke semua benda yang berada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED
RomanceRencana pernikahannya yang gagal membuat Anindya terpaksa menjual gaun pengantinnya. Namun ternyata pembelinya itu Aldyo, mantan pacarnya sewaktu SMA. Anindya mulai goyah dengan kehadiran Aldyo. Melupakan luka lamanya. Dan saat hatinya kian mantap...