10. The Future Brother-in-law

897 172 177
                                    

Meskipun hidupmu menjadi milikmu sendiri, tetapi aku berharap kau menemukan jalan terbaik yang dilalui bersama orang terpilih.

-Apriandy Saputra

🍀🍀🍀

"Kenapa? Sakit?"

Suara yang terdengar familier ini sontak saja membuat Anindya menegakkan tubuhnya. Menatap pemiliknya. Wajah pucatnya bertambah pucat. Beberapa saat hanya membeku di tempat. Syok.

"Naha jiga nu ningali jurig wae?¹"

Kenyataannya lebih dari sekadar bertemu hantu. Anindya tidak menduga jika akan secepat ini bertemu dengan sosok di depannya ini. Belum siap.

Apriandy Saputra. Adik laki-laki Anindya yang sedang berdiri tepat di depan meja kasir. Sedang menatap kakak perempuannya ini penuh selidik. Tak lama kemudian, segera melepaskan jaket kulit yang dipakainya. Lalu menyampirkan ke bahu Anindya.

"Panas. Pulang saja," ucap Aprian setelah menyentuh kening Anindya.

"Ke Bandung?" tanya Anindya hampir tercekat.

Aprian malah mengerutkan keningnya. "Emang udah siap pulang?"

Anindya segera menggeleng. Menyadari kekeliruannya. Dia pun berdiri. Sedikit terhuyung. Berjalan menghampiri adiknya. Lalu mengajaknya duduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Kebetulan tempat favorit Angels ketika berkumpul itu kosong.

Mereka berdua pun duduk bersebelahan. Anindya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Sekaligus kepalanya juga. Tampak begitu kelelahan. Sementara Aprian duduk sedikit menyamping, menghadap ke arahnya.

"Kalau sakit ya pulang atuh, Teh. Nanti kalau makin parah bisa berabe. Lagian badan panas gitu masih kerja. Terus pasti kedinginan juga. Ruangan ber-AC kayak gini makin bikin parah." Aprian sekali lagi menempelkan telapak tangannya di kening Anindya.

Anindya memijit pelipisnya. "Enggak bisa. Kafe lagi rame."

"Bedegong pisan.²" Aprian menghela napas. "Sudah minum obat?" Dia berdecak pelan ketika Anindya hanya diam. Sudah menduga jawabannya.

Maka, Aprian pun bergegas keluar dari BobaMoza tanpa menunggu jawaban dari Anindya. Tidak menanyakan lagi di mana letak apotek karena tadi sempat melewatinya saat menuju ke BobaMoza.

Anindya tetap pada tempatnya. Duduk diam sejenak. Mengistirahatkan tubuhnya. Serta membiarkan meja kasir ditangani Gangga.

Gangga sendiri yang sejak tadi memperhatikan interaksi Anindya dan Apriandy tak berbuat apa-apa. Hanya menatap penuh tanda tanya. Kenapa Anindya tampak akrab sekali dengan pemuda ini?

Tak pernah bertemu sekali pun dengan Apriandy yang membuat Gangga tidak mengenalinya sebagai adik Anindya. Dia menyangka jika kasirnya BobaMoza ini semakin punya banyak fan.

Tiba-tiba ....

"KaCan kenapa?"

Suara ini membuat Anindya membuka mata. Melihat ke sumber suara. Lalu berkata, "Gue enggak bisa penuhin undangan nyokap lo. Sampaiin kata maaf gue." Setelah itu kembali ke posisinya semula.

Sudah bisa ditebak jika kali ini yang sedang berdiri di depan Anindya adalah Ervin. Dia datang sesaat setelah Aprian meninggalkan BobaMoza. Padahal di tempat parkir mereka berdua sempat berpapasan.

Ervin sengaja datang lebih awal. Tepatnya jam lima sore. Bundanya sendiri memintanya untuk menjemput Anindya agar bisa diajak makan malam bersama, tapi Ervin ingin menemuinya lebih awal.

ENCHANTED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang