Hiii
I'm BackKali ini aku bakal republish "VIN" dengan versi yang lebih tertata :D
Mari kita bernostalgia lagi sama teruwu ini :D
Canda uwuAbsen dulu.
💜Tim udah baca atau baru baca💜
"Jangan lupa kabari aku kalau ada apa-apa. Maaf karena tidak bisa menemanimu malam ini," ucap Elko yang entah sudah ke berapa kali kekasihnya dengar malam ini."Aku akan baik-baik saja, Koo. Kamu tidak perlu khawatir dan merasa bersalah seperti itu. Pekerjaan memang lebih penting, bukan?" jawab sang kekasih mencoba menenangkan. Mencoba mengerti juga kalau prianya memang cukup sibuk dengan tuntutan pekerjaannya. Mungkin karena mereka satu profesi, jadi bisa lebih saling memahami satu sama lain.
Malam ini salah satu teman Latisya memang mengadakan sebuah pesta ulang tahun di salah satu club ternama di Jakarta. Namun sayang, Elko tidak bisa menemani karena ada harus meeting dengan klien yang memang waktunya cukup membingungkan karena diadakan pada malam hari. Seperti tidak ada waktu lain saja. Namun, karena klien adalah raja, jadi dia dan juga rekan kerjanya harus bisa dengan lapang dada untuk melayani.
"Pulangnya nanti bagaimana?" tanya Elko sekali lagi. Padahal mobil yang mereka tumpangi sudah berada di parkiran club. Tinggal turun saja.
"Nanti aku bisa memesan taksi. Atau tidak aku bisa meminta Hanisa untuk mengantarku."
"Jangan minum."
"Kamu tahu kan, Koo. Aku tidak minum-minuman seperti itu. Lagi pula ini hanya pesta biasa, bukan hal-hal yang ada dalam bayanganmu." Latisya terus mencoba meyakinkan pada kekasihnya kalau dia dalam situasi yang aman dan terkendali nanti.
Tolong ingatkan lagi kalau Elko ini memang tipe pria yang cukup protektif kalau soal kekasihnya. Bukan dalam hal artian mendominasi negatif. Hanya saja memang dia ingin menjaga kekasihnya dari hal-hal buruk.
"Aku turun, ya. Semangat meeting-nya." Setelahnya satu kecupan mendarat pada pipi kiri sang kekasih. Segera turun dan melambaikan tangan.
***
Semua berjalan lancar sejak awal. Benar-benar hanya pesta biasa. Tidak ada alkohol sama sekali. Memang sesuai apa yang diminta oleh sang penyelenggara.
"Han, aku ke kamar mandi dulu ya," bisik Latisya yang meminta ijin pada salah satu temannya."Mau aku temani?"
Latisya menggeleng. "Tidak usah. Aku tidak akan lama."
Memang tidak membutuhkan waktu yang lama. Kebetulan toilet di sana memang memiliki cukup banyak bilik, kemungkinan untuk antre memang sangatlah kecil.
Setelah selesai, Latisya segera keluar. Berjalan menapaki lorong yang memang cukup sepi. Dari kejauhan nampak seorang pria yang berjalan sedikit terhuyung, bahkan sampai menabrak tembok yang berada di samping pria tersebut untuk beberapa kali. Tidak terlalu heran. Latisya memang sedang berada di tempat yang wajar untuk beberapa orang yang kehilangan sedikit kesadarannya. Pasti juga karena alkohol.
Latisya sengaja berjalan sedikit menyamping, memberikan ruang yang lebih banyak untuk pria mabuk tersebut. Bahkan ketika pria itu melewatinya, bau alkohol benar-benar menyeruak pada penghidunya. Dia benar-benar tidak suka aroma club malam. Berharap semoga pestanya segera berakhir dan dirinya juga bisa cepat keluar dari tempat tersebut.
Namun, tiba-tiba saja Latisya merasa tangannya tertarik ke belakang sampai membuat tubuhnya pun jadi ikut terhuyung.
"Jes? Apa itu kamu sayang? Ini benar kamu? Aku sudah mencarimu kemana-mana."
Latisya mengerjapkan matanya beberapa kali. Sedikit memproses apa yang sedang terjadi padanya. Setelah beberapa saat bingung dengan keterkejutannya, Latisya baru tersadar kalau tubuhnya sudah berada dalam pelukan pria mabuk yang beberapa saat yang lalu berpapasan dengannya. Seketika wanita itu mencoba untuk menjauhkan diri.
"Maaf, Anda salah orang," ucap Latisya yang mencoba untuk menjauh. Namun sayang, dalam satu tarikan tubuhnya sudah kembali pada posisi sebelumnya. Bahkan kali ini pelukan dari pria tersebut semakin erat.
"No! Sorry, babe. Apa kamu marah denganku? Aku mohon jangan pergi lagi. Kamu tidak tahu bagaimana kacaunya aku saat kamu tiba-tiba pergi,kan?" rapal pria tersebut tanpa jeda. Dia benar-benar mabuk berat. Apakah dia sedang putus cinta?
Tanpa aba-aba pria tersebut berhasil mendaratkan satu ciuman pada bibir Latisya, membuat wanita itu melebarkan matanya dan memberontak sekuat mungkin. Namun, bukannya terlepas, pria itu malah semakin menjadi. Ciuman yang semula lembut malah menjadi semakin kasar.
Air mata Latisya keluar begitu saja. Dia begitu marah seolah harga dirinya sedang dipaksa untuk lepas. Berharap ada seseorang yang menyadari bagaimana keadaannya sekarang dan segera membebaskannya, karena rasanya akan sangat percuma untuk dirinya melepaskan diri. Seorang pria memang akan sepuluh kali lipat lebih kuat dari wanita.
Belum sempat meminta tolong, Latisya sudah didorong untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup gelap.
Kepalanya terus menggeleng bersamaan air mata yang semakin deras. Tubuhnya benar-benar sudah bergetar hebat ketika satu persatu pakaiannya telah dipaksa tanggal dari tubuhnya."Koo ... tolong!"
Jangan lupa tinggalkan jejak sayang :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vin [SELESAI✔️]
RomanceLatisya hanya ingin menikmati hidupnya dengan tenang. Bekerja, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Sampai saat di mana dia bertemu dengan waktu yang menghancurkan semua impian yang telah dia rangkai. "Kamu benar-benar bajingan! Aku berharap t...