Sesuai janji, aku bakal update tiap hari :)
Bisa jadi sehari jadi 2x kan yaBtw aku mau bikin grub lagi.
Kalian mau join nggak?
Kali ini bener2 deh. Biar bisa berteman sama kalianHappy Reading!
Satu bulan berlalu, Latisya sudah bekerja seperti biasa, ‘sakit’ yang menjadi alasannya perlahan memudar. Hanya menyisakan bekas ingatan buruk yang terus berada di pikirannya yang bahkan sepertinya akan menetap seumur hidup.
“Bagaimana dengan proyek Arion Grace?” tanya Elko pada tim Latisya, tim yang berada di bawah naungannya, tim yang menangani proyek Vin- hotel Arion Grace. Hotel sekaligus mall yang rencananya akan dibangun di kota Bandung. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan secara matang, hanya menunggu eksekusi pembangunannya saja.
“Sudah, semuanya juga sudah mendapat persetujuan. Hanya tinggal menemui Tuan Arion saja,” jawab Latisya yang tengah mengambil kertas laporan yang baru saja ditandatangani oleh Elko.
Latisya dan tim sudah mempersiapkan semua berkas-berkasnya dan siap untuk meeting terakhir sebelum proyeknya dijalankan.
“Tidak perlu, beliau sudah menyerahkan sepenuhnya pada kita dan aku juga sudah melihat berkasnya. Sudah sangat sesuai dengan apa yang beliau inginkan,” jawab Elko tenang. “Lagi pula Tuan Arion sekarang sedang dalam perjalanan bisnis ke Jerman, jadi kemungkinan minggu depan beliau akan menyusul kita ke Bandung.”
Rencananya mereka akan cek lapangan untuk pembangunan pertama dan juga memastikan bahan-bahan yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang memang sudah dirancang dengan baik.
***
“Mau sekalian berlibur, Sayang? Kebetulan pekerjaan kita selesai sebelum akhir pekan, jadi kita masih memiliki waktu dua hari untuk sekalian jalan-jalan di sana,” usul Elko pada kekasihnya yang terlihat tengah sibuk mengepak beberapa baju yang akan dibawa ke Bandung besok pagi.
“Apakah boleh?” tanya Latisya semangat. Menghentikan kegiatannya dan segera mengambil lengan sang kekasih untuk dirangkul.
“Tentu saja boleh. Kita tidak menyalahi aturan pekerjaan. Kebetulan Vin juga mengajak untuk menginap lebih lama di sana, sekalian ingin menikmati suasana Bandung bersama katanya,” jelas Elko dengan tangan mengusak rambut sang kekasih.
Kalau sedang bekerja mereka memang selalu bersikap se-profesional mungkin, berlaku selayaknya rekan kerja seperti yang lain. Berbeda lagi kalau sudah berdua seperti ini.
Bekerja pada perusahaan kontraktor itu tidaklah mudah. Latisya harus mengembangkan imajinasi idenya untuk kepuasan klien. Tidak sedikit pula mendapatkan klien dengan permintaan desain yang rumit, tetapi dia selalu berusaha tenang menanggapi semuanya. Harus sabar dan telaten.
Pemilik dari Arion Grace tersebut tidak memiliki permintaan yang rumit, tetapi tidak mudah juga. Permintaan desainnya cukup memusingkan kepala, tapi untuk hal komplain atau segala macam urusan lapangan dia tidak begitu mengesalkan. Mungkin pengaruh Elko yang merupakan sahabatnya juga menjadi alasan kenapa klien tersebut begitu mudah untuk diajak berdiskusi dan bekerja sama.
***
Elko dan juga Latisya duduk berdua di dekat proyek berlangsung, sambil menikmati sekaleng minuman soda dingin. Cuaca hari ini di Bandung memang lumayan panas, membuat Latisya terus menyibakkan rambutnya ke belakang. Bahkan sesekali telapak tangannya harus digerakkan demi mendapat sedikit angin yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh juga.
“Koo, katanya temanmu akan datang awal ... mana? Ini bahkan sudah lebih dari satu jam kita menunggu,” gerutu Latisya dengan wajah kesal. Sudah satu jam lebihi mereka menunggu di lokasi proyek, tapi sang pemilik Arion belum juga menampakkan batang hidungnya.
“Kenapa? Panas, ya?” tanya Elko lembut, tangannya mengusap peluh yang mulia menetes pada pelipis wanita yang berada di depannya.
“Eum ....” Latisya memanyunkan bibir, pertanda dia sedang sangat kesal. Wanita tersebut memilih menghabiskan kaleng sodanya yang ke dua.
“Itu dia, Vin!” Elko berdiri dari duduknya, menyambut kedatangan sahabat sekaligus kliennya yang baru saja turun dari mobil mewah yang tidak jauh dari tempat mereka duduk.
Latisya yang semula duduk membelakangi jalan langsung memutar badannya. Berusaha menarik senyum terbaik agar klien masa nyaman dengan pertemuan pertama mereka. Walaupun sebenarnya dia sendiri masih sangat kesal.
Namun, setelah melihat sosok yang tengah berjalan mendekat ke arah mereka senyum Latisya seketika pudar. Kedua matanya membulat penuh, bahkan kinerja jantungnya seolah berdetak lebih cepat. Dia, laki-laki brengsek yang mengambil ‘pertamanya’, laki-laki yang menjadikan dunianya hancur. Tanpa dia ketahui, ternyata Ravindra Arion adalah laki-laki yang menghancurkannya malam itu.
“Latisya, kenalkan ini temanku sekaligus klien kita,” ucap Elko mengenalkan dengan begitu lembut laki-laki itu pada Latisya.
“Ravindra Arion, kamu bisa memanggilku Vin seperti kekasihmu memanggilku,” ujar Vin dengan menunjukkan box smile-nya. Seharusnya Latisya senang karena dia bisa bertemu dengan klien setampan Vin. Seharusnya, tapi nyatanya tidak seperti itu.
Hatinya mulai memanas, kepalanya seperti mendidih. Ingin sekali dia menampar laki-laki yang tanpa rasa bersalah itu bisa tersenyum dengan ringan di depan dirinya.
Latisya masih diam kaku tanpa menyambut uluran tangan dari Vin. Membuat dua laki-laki dewasa itu sedikit kebingungan dan berakhir Elko yang memegang bahu Latisya, menyadarkan lamunan wanita tersebut.
“Ah, maaf ... Latisya,” ucap Latisya sedikit tergagap. Dia mengambil uluran tangan Vin, mencoba bersikap tenang di depan sang kekasih. Semoga saja Vin tidak mengingat wajah Lataisya, tapi melihat respon dari laki-laki tersebut yang tidak terkejut sama sekali, Latisya yakin bahwa malam itu Vin sepenuhnya mabuk berat dan tidak mengingat apa pun.
“Santai saja, anggap aku seperti temanmu. Tidak perlu merasa canggung,” ucap Vin begitu tenang.
Mungkin Vin mengira keterkejutan Latisya semata-mata karena memandang dia sebagai klien, tanpa tahu apa yang sedang berkecamuk dalam diri wanita tersebut.
“Oke, ayo kita lihat bagaimana proyekmu berlangsung,” ajak Elko membuyarkan suasana canggung antara mereka.
Elko menggiring Vin menuju pusat proyek berlangsung dengan menggunakan semua peralatan pengamanan yang memang sudah disediakan. Dengan Latisya yang mengikuti dari belakang, mencoba bersikap biasa saja, mencoba bersikap bahwa tidak pernah ada apa-apa antara dia dan Vin.
Ya, semoga akan tetap seperti itu. Vin dan Elko yang tidak pernah mengetahui kejadian malam itu, agar semuanya tetap aman seperti biasa. Tetap dalam rencana kehidupannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vin [SELESAI✔️]
RomanceLatisya hanya ingin menikmati hidupnya dengan tenang. Bekerja, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Sampai saat di mana dia bertemu dengan waktu yang menghancurkan semua impian yang telah dia rangkai. "Kamu benar-benar bajingan! Aku berharap t...