Swelamwat pwagi 😂
Lagi ape nih pas dapet notip?
Jan lupa sarapan yeHappy Reading!
Latisya benar-benar kehilangan akal sehatnya, dia tidak tahu apa yang dia lakukan saat ini benar atau tidak. Yang dia tahu dia hanya ingin kekhawatiran ini segera enyah, bagaimana pun caranya.
Berkaleng-kaleng soda sudah berserakan di atas meja dapur miliknya. Bahkan ada beberapa yang jatuh ke atas lantai, menandakan wanita itu tengah berpesta dengan minuman tersebut, berpesta dengan dirinya sendiri.
Terhitung sudah kaleng ke lima belas yang dia tenggak malam ini. Berharap bayi yang berada di dalam perutnya memberontak meminta untuk dikeluarkan.
Matanya memerah, dadanya terasa begitu sesak. Berulang kali Latisya menekan-nekannya untuk mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman yang tercokol pada dadanya juga perutnya. Nmaun, lama kelamaan dadanya mulai terasa terbakar, panas sekali. Rasa mualnya bahkan kembali menyeruak pada mulutnya, membuat wanita itu harus tertatih menahannya untuk menuju wastafel demi mengeluarkan sesuatu yang mengganjal.
Rasanya sakit sekali, sangat sakit. Apa yang telah dia lakukan? Apakah sebentar lagi dia akan mati?
Tubuh Latisya benar-benar lemas. Berulang kali tangannya menekan-nekan dada, benar-benar panas dan juga sesak. Oksigen di apartemennya terasa seakan terhisap keluar, semuanya begitu pengap dan gelap.
Dengan segala sisa tenaga yang ada, Latisya mencoba meraih ponselnya yang berada di atas meja. Menekan panggilan cepat yang langsung menyambungkan teleponnya dengan nomor sang kekasih.
Lama tidak ada jawaban, Latisya menyerah. Tangannya sudah tidak kuat untuk menahan tubuhnya sendiri lagi dan tubuhnya ambruk di atas dinginnya lantai. Apakah ini akhir dari hidupnya? Apakah begini cara dia mati?
**
Elko bergegas naik menuju apartemen kekasihnya dengan Vin yang mengikutinya dari belakang. Otaknya sudah tidak bisa berpikir lagi selain fokus pada keadaan Latisya sekarang. Entah kenapa firasatnya benar-benar tidak enak.
Suara dentingan lift seolah pertanda agar mereka segera berlari lebih cepat. Elko segera masuk ke dalam apartemen Latisya, tidak perlu menunggu sang pemilik membukakan pintu. Toh, dua tahu kode akses untuk masuk ke dalam, tanggal beserta tahun kelahiran dirinya.
Dan betapa terkejutnya mereka saat masuk dan melihat Latisya yang sudah tergeletak tak sadarkan diri dengan berkaleng-kaleng soda yang sudah berserakan di meja dan lantai.
“Vin, bawa mobilku! Kita ke rumah sakit sekarang!” ucap Elko seraya melempar kunci mobilnya pada Vin.
“Biar aku saja,” sentak Elko saat melihat Vin hendak membantu dirinya mengangkat Latisya.
Vin hanya diam membeku melihat bagaimana perubahan sikap Elko yang jelas tengah diselimuti oleh kekecewaan. Tidak bisa dipungkiri, dia tahu Elko jelas sakit dan terluka. Bahkan Vin tahu kalau mereka akan menikah dan rasa bersalahnya kini menjadi semakin besar.
“Bukakan pintu, Vin! Kamu mau anakmu mati?!” Teriakan Elko seolah menusuk jantung terdalamnya, menyentak dirinya pada kenyataan bahwa dialah penyebab kehancuran semua pasangan tersebut. Pun, menjadi kehancuran untuk dirinya sendiri.
**
“Bagaimana keputusanmu?” Elko duduk di sebelah brankar kekasihnya, menggenggam erat tangan lemah itu dengan erat, seolah malam ini adalah malam terakhir Elko bisa melakukan hal tersebut.
Vin sudah menceritakan bagaimana semua ini bisa terjadi, tidak sedikit pun dia menutupi. Vin tahu di sini dirinyalah yang bersalah. Vin pantas untuk mendapatkan kebencian dari temannya tersebut.
Vin yang sedari tadi hanya duduk dengan tangan yang saling bertautan tidak tahu apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Bahkan dia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Elko, otaknya benar-benar buntu. Ingin bilang akan bertanggung jawab? Bagaimana bisa dia bisa setega itu berkata di hadapan kekasih Latisya. Ingin menolak, lalu siapa yang akan bertanggung jawab? Elko? Kalau seperti itu, Vin benar-benar brengsek.
Tidak mendapat respon dari Vin, Elko menoleh sejenak, menatap temannya itu seolah menuntut skenario apa yang akan mereka lakukan.
“Jadilah seorang laki-laki jantan, Vin. Aku tahu kamu bukan orang sepengecut itu.”
Pada akhirnya Elko akan menyerahkan kekasihnya pada Vin, memilih menyakiti diri sendiri adalah pilihan yang paling tepat. Bagaimana pun juga semua keputusan yang akan mereka ambil selanjutnya akan tetap menyakiti semua orang.
Atensi mereka tiba-tiba teralihkan karena melihat pergerakan tangan dari Latisya. Akhirnya dia sadar.
“Kamu sudah sadar?” Segera Elko mengusap kening wanita itu, merapikan sedikit anakan rambut yang menutupi wajah kekasihnya.
“Koo.” Saat pertama kali membuka mata, Latisya mulai mengumpulkan kesadarannya. Dia di rumah sakit, jangan bilang kalau Elko sudah mengetahui tentang dirinya.
“Tidak apa-apa.”
Perkataan Elko seolah menusuk hati terdalamnya. Apanya yang tidak apa-apa?
“Aku sudah tahu, Sayang. Jangan menyakiti diri kalian lagi. Dia berhak hidup.”
Total Latisya menumpahkan tangisannya, hatinya mencelos mendengar bagaimana lembutnya Elko berucap. Bagaimana bisa dia menyakiti laki-laki baik sepertinya. Bagaimana bisa dia membuat luka yang begitu dalam di hati malaikat seperti Elko.
Elko hanya bisa mengusap pundak Latisya, dia tetap mencoba tersenyum walaupun hatinya yang sudah terluka menjadi semakin sakit karena melihat tangis dari wanita yang dia cintai. Dia mencoba sedikit mendongakkan kepalanya untuk menahan air mata yang akan jatuh.
“Vin, bisakah kami bicara berdua?”
Tanpa menjawab, Vin berdiri dan berjalan keluar. Dia tahu bahwa pasangan tersebut butuh waktu untuk berbicara berdua.
Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Elko kembali menggenggam tangan Latisya, mengusap air mata pada pipi bulat kekasihnya. Dia bahkan tidak sadar, pipi kekasihnya itu semakin berisi belakangan ini. Dia mengira Latisya hanya banyak makan, ternyata ada alasan lain di baliknya.
“Maaf, Koo.” Air mata Latisya kembali luruh. Dia benar-benar tidak ingin dalam posisi seperti ini.
“Sst ... sst ... sudah. Kamu tidak perlu minta maaf padaku.” Perlahan Elko memeluk Latisya yang masih berbaring. Hatinya semakin sakit mendengar isakan yang keluar semakin keras dari bibir kekasihnya. Dia tahu bahwa ini semua adalah sebuah kecelakaan, tapi bagaimanapun semuanya harus benar-benar jelas.
“Sayang, menikahlah dengan, Vin.”
Latisya melepaskan pelukan mereka dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Kepalanya menggeleng cepat. “No! Jangan, Koo. Aku tidak ingin menikah dengannya. Aku tidak mencintainya, Koo. Bisakah kamu saja yang menikahiku? Aku tahu ini sangat egois, tapi aku benar-benar tidak bisa.”
“Tisya, dengarkan aku.”
Rasanya sedikit perih saat mendengar Elko memanggilnya dengan sebutan nama.
“Kamu tahu, kan? Aku tidak pernah tahu siapa ayahku sejak kecil. Rasanya sakit sekali, semuanya terasa begitu berat untukku. Semua tidak akan semenyakitkan ini kalau aku tahu ayahku benar sudah meninggal atau menikah lagi, atau entah dengan alasan lain. Tapi, aku benar-benar tidak tahu siapa dia.”
Sejak kecil Elko memang tidak memiliki sosok ayah. Dia dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Ibunya pernah berkata dia tidak tahu siapa ayah kandung Elko. Benar, sejujur itu ibunya. Bukankah lebih baik seperti itu?
Menurut ibunya, lebih baik Elko mengetahui kebenarannya dari pada ibunya harus berpura-pura. Namun, ternyata berbeda untuk laki-laki tersebut. Dia merasa begitu terbebani dengan semua kenyataan. Dia hanya berpura-pura semuanya tidak masalah baginya. Namun, diam-diam dia menahan kekecewaan di dasar hatinya, bahkan hingga sekarang.
“Aku tidak masalah kalau aku yang harus jadi ayah dari bayi yang ada dalam perutmu. Kamu tahu, kan? Aku mencintaimu karena dirimu. Tapi, itu semua akan berat untuk anakmu nanti. Bagaimana saat nanti dia tahu kalau dia bukan anak kandungku?” jelas Elko. “Aku akan menunggu sampai anak itu lahir.”
Latisya mengerutkan keningnya. Tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Elko.
Elko segera menarik kepala Latisya agar bersandar pada dadanya, kemudian mengusap pelan rambut wanita itu.
“Menikahlah dengan Vin! Cobalah untuk membangun ‘rumah’ demi anak kalian. Suatu saat kalau kamu merasa tidak bahagia dengan pernikahan kalian, aku akan mengambilmu dan anakmu dari Vin. Tapi, kalau ternyata kamu bisa bahagia dengannya ... aku yang akan melepaskanmu.”
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Vin [SELESAI✔️]
RomanceLatisya hanya ingin menikmati hidupnya dengan tenang. Bekerja, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Sampai saat di mana dia bertemu dengan waktu yang menghancurkan semua impian yang telah dia rangkai. "Kamu benar-benar bajingan! Aku berharap t...