Update again Poeny :)
Apa yang bakal terjadi sama mereka, ya?
Kira-kira Vin bakal gimana?
.
.
.
Happy Reading!
Malam adalah hal yang paling menyenangkan untuk beberapa manusia. Mereka bisa menenangkan diri di balik hangatnya selimut tebal dan melanglang buana dalam buaian mimpi. Menyandarkan beban yang telah seharian mereka pikul. Berharap esok hari bersua dengan semangat yang telah kembali menjulang.
Namun, berbeda dengan dua insan yang tengah saling terdiam dalam keheningannya masing-masing. Hanya deru pendingin mobil yang dapat mengiringi gejolak mereka. Bahkan remangnya lampu di bahu jalan seolah ikut sendu menyaksikan bagaimana pasangan suami-istri yang memilih diam dalam lukanya masing-masing.
Mereka memutuskan untuk pulang malam itu juga. Mungkin lebih tepatnya itu keinginan dari Vin sendiri, memerintah tanpa menerima adanya sanggahan apa pun. Bahkan peringatan Martha saja tak ia dengarkan.
Kepalang hafal dengan sikap dan perilaku anaknya membuat Martha pasrah dengan apa yang Vin lakukan. Hanya satu yang wanita paruh baya itu takutkan. Ketika Vin sedang dalam amarah yang membumbung tinggi, pria itu bisa kapan saja kehilangan akal. Bahkan tidak bisa dipungkiri Vin dapat berlaku kasar atau bahkan main tangan. Martha hanya bisa berharap kalau Vin yang sekarang bisa mengontrol dirinya sendiri. Mengingat putranya yang sudah berkeluarga dan juga istrinya yang tengah hamil.
Dering ponsel membuyarkan lamunan pasangan suami-istri tersebut. Membuat suasana malah semakin memanas ketika melihat nama yang tertera dalam layar dengan tombol hijau yang memantulkan diri meminta untuk segera diusap.
Latisya tidak dapat melakukan apa-apa. Kenapa rasanya seperti dia sedang ketahuan berselingkuh?
Dengan perlahan Vin menepikan mobilnya. Segera meraih ponsel yang berada di pangkuan Latisya, kemudian menyapa seseorang yang berada di seberang telepon.
“Ada apa?” ucap Vin penuh penegasan.
“Oh, kamu, Vin,” tanya Elko terbata-bata.
“Biarkan aku melakukan tugas yang kamu serahkan dulu, Koo. Aku mohon berhentilah menghubungi istriku!” tegas Vin yang kemudian memutuskan panggilan secara sepihak. Benar-benar tanpa basa-basi. Vin memukul setirnya kuat-kuat, kemudian meletakkan kepalanya pada stir yang berada di hadapannya. Nafasnya memburu cepat membuat dadanya kembang-kempis tak beraturan.
Latisya yang melihatnya hanya bisa diam tak mengerti apa yang harus dia lakukan. Jujur saja, melihat Vin yang seperti itu membuat dirinya takut. Takut kehilangan dan takut dilepaskan. Ya, Latisya akui. Kini perlahan Vin benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya, sudut hati yang kosong semenjak kepergian Elko.
Bukan berarti Elko telah benar-benar hilang dari hatinya. Elko masih di sana. Hanya saja semua sudah berbeda setelah Vin mulai mendeklarasikan bahwa mereka akan memulai kehidupan baru. Seperti memberi segarnya hujan dikala tengah mengalami kering kerontang.
“Apakah aku salah seperti ini? Apakah aku salah tidak ingin kamu kembali lagi dengan Elko?” ucap Vin yang masih dalam posisi yang sama.
“Vin, harus berapa kali aku harus menjelaskan padamu? Aku sama sekali sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Elko.”
Bolehkan Vin tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya? Nyatanya Jessica dulu juga seperti itu. Mengatakan bahwa mencintai dia dan tidak akan meninggalkan Vin. Namun, pada akhirnya wanita itu pergi juga.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Vin [SELESAI✔️]
RomanceLatisya hanya ingin menikmati hidupnya dengan tenang. Bekerja, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Sampai saat di mana dia bertemu dengan waktu yang menghancurkan semua impian yang telah dia rangkai. "Kamu benar-benar bajingan! Aku berharap t...