Happy reading pasukan ungu 💜
Kalo ada typo tolong ingatkan ya, Seyeng 😍
***
"Kamu yakin dengan keputusanmu?"
Pertanyaan Ibu membuatku terdiam sejenak, kembali memikirkan benar atau tidak apa yang aku lakukan sekarang. Ini bukanlah sebuah keputusan yang mudah untuk aku ambil. Melepaskan atau bertahan adalah dua pilihan yang sama-sama menyakitkan untukku. Berpisah bukanlah sebuah keputusan yang baik, tapi bersama pun tak menjanjikan aku akan bahagia.
Bukannya ingin selalu menyalahkan pertemuan kami, tapi aku rasa dari awal hubungan kami memang sudah tidak baik. Walaupun kami sama-sama berusaha, tapi pada akhirnya semua pemikiran-pemikiran aneh selalu saja menjadi penghancur usaha kami.
"Kalau memang kami ditakdirkan untuk bersama, aku yakin suatu saat nanti kami akan dipertemukan lagi, Bu. Tapi, kalau memang tidak ...," aku sedikit menarik nafasku pelan mencoba tersenyum sebelum melanjutkan perkataanku, "aku masih memiliki Vino."
"Melihat dia, sama saja dengan aku melihat papanya." Aku tersenyum lalu mengulurkan jariku untuk mengusap pipi gembil Vino yang berada dalam gendongan Ibu.
Wajah Vino mirip sekali dengan papanya; matanya, bibirnya dan juga hidungnya. Hanya rambut kecoklatannya saja yang mirip denganku.
Kini aku, Ibu, Kak Natasya dan Mas Agung sedang dalam perjalanan menuju rumah mertuaku. Bermaksud ingin melayat dan juga membicarakan suatu hal yang penting.
Ketika sudah sampai di depan gerbang, rasanya aku kembali teringat saat pertama kali aku datang ke sini. Pasti nanti aku akan merindukan tempat ini beserta isinya.
Aku hanya bisa menghela nafasku berat, hari ini aku harus lebih kuat agar semuanya segera berjalan dengan cepat. Semoga saja keyakinanku tidak akan goyah karena melihat ibu mertuaku.
"Kenapa harus berpisah, Tisya?" tanya Mommy setelah aku menjelaskan maksud dan tujuanku datang ke sana.
"Selama ini kami memang dalam satu atap yang sama, Mom. Aku juga mulai terbiasa dan nyaman dengan Vin. Tapi, di balik semua itu sebenarnya kami juga sama-sama belum begitu yakin dengan hubungan kami." Aku menundukkan kepalaku, melihat tanganku yang saling bertautan- aku gugup.
"Mungkin ini memang terdengar sangat konyol di saat rumah tangga kami sudah dihadirkan Vino." Aku menatap wajah anakku yang masih terlelap di pangkuan ibu mertuaku. "Aku tidak ingin suatu saat nanti terjadi hal yang tidak-tidak pada hubungan kami, Mom."
Katakanlah aku sedang merasakan kekhawatiran yang berlebihan. Ya, aku memang merasa sangat khawatir di setiap harinya selama aku bersama dengan Vin. Tapi, percayalah! Semua perasaan itu bukanlah sesuatu yang nyaman untukku.
Kenapa tidak mencoba untuk memperbaiki pola pikir saja? Sudah terbukti juga kalau Vin tidak sejahat itu.
Percayalah juga, kalau aku sudah mencoba hal itu berulang kali. Namun, hasilnya sama saja. Aku benar-benar tidak bisa semudah itu untuk menetralisirkan pikiranku. Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal yang mudah, tapi tidak untukku. Semakin aku mencoba, rasanya malah semakin sesak dan berat.
Aku mencoba menarik senyumanku, memandang ke arah kakak ipar dan mertuaku secara bergantian. "Kalian tetap keluarga Vino. Aku tidak akan menutup akses untuk kalian berhubungan dengannya. Hanya saja aku memang membutuhkan waktu untuk sedikit menjauh dari Vin."
Ibu mertuaku tak hentinya meneteskan air mata seraya mengecupi wajah Vino. Aku tahu ini sebenarnya bukanlah waktu yang tepat karena aku tahu mereka masih dalam masa berkabung. Tapi, apa boleh buat? Aku juga tidak bisa lama-lama berada di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vin [SELESAI✔️]
Roman d'amourLatisya hanya ingin menikmati hidupnya dengan tenang. Bekerja, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia. Sampai saat di mana dia bertemu dengan waktu yang menghancurkan semua impian yang telah dia rangkai. "Kamu benar-benar bajingan! Aku berharap t...