Heartbeat - 17.

1.3K 221 68
                                    

*

Happy Reading

*

























*

Jennie langsung membalikkan badannya dan memeluk Chaeyoung dengan erat. Ia tidak menyadari jika Chaeyoung sedang menahan erangan kesakitan akibat pelukannya. Ia hanya merasa terlalu lega dan bahagia bahwa Chaeyoung baik-baik saja.

Kemarahan yang dirasakannya tertutupi oleh rasa khawatirnya. Dan setelah mengetahui bahwa Chaeyoung baik-baik saja, kemarahannya pun telah hilang entah kemana. Jennie tidak peduli. Ia tidak memperdulikan apapun lagi.

"Terima kasih." Bisik Jennie.

"Terima kasih karena sudah baik-baik saja." Isak Jennie.

"Y–ya." Sahut Chaeyoung dengan suara tertahan.

Jennie segera melepaskan pelukannya saat mendengar suara Chaeyoung yang tidak biasa. Mata Jennie melebar saat melihat wajah Chaeyoung yang penuh luka tampak pucat. Keringat dingin membasahi wajah pria itu. Padahal saat ini kamar Jennie memakai pendingin ruangan.

"Oppa?" Panggil Jennie.

Tidak ada jawaban apapun dari Chaeyoung selain desisan yang keluar dari sela-sela giginya. Sebelah tangan Chaeyoung memegang rusuknya dan sebelahnya lagi menggenggam tangan Jennie dengan erat.

"O–oppa, apa yang terjadi?" Tanya Jennie yang telah mengubah posisinya menjadi duduk.

"Aarrgghh!!" Erang Chaeyoung kesakitan.

"Oppa, jawab aku! Ada apa?" Jennie benar-benar merasa panik dan takut saat ini. Ia kembali menangis.

Jennie ingin menyentuh Chaeyoung namun ia terlalu takut melakukannya. Chaeyoung nampak begitu kesakitan dan Jennie tidak mau sentuhannya menambah kesakitan Chaeyoung .

"Aarrgghh!!" Chaeyoung kembali mengerang dengan kedua mata yang terpejam erat. Keringat semakin membasahi wajahnya. Pria itu bergerak-gerak gelisah di atas tempat tidur.

"Oppa.."

Jennie benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Rasa panik membuatnya seperti orang bodoh yang hanya bisa menangis ketika melihat Chaeyoung kesakitan.

Jennie menatap tangannya yang digenggam oleh Chaeyoung. Buku-buku jari pria itu memutih karena Chaeyoung menggenggam tangannya terlalu erat.

Jennie mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Mencoba untuk berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk meredakan rasa sakit Chaeyoung. Saat melihat ponselnya, Jennie mengambilnya dan menghubungi Sana.

Tangan Jennie bergetar dan terasa basah. Membuatnya beberapa kali gagal menekan layar ponselnya. Jennie menghela nafas panjang dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Halo.."

"Sana-ya, b–bagaimana ini? C–Chaeyoung oppa.. Chaeyoung o–oppa kesakitan."

"Apa?"

"Cepat datang ke sini, Sana. Aku mohon. Aku benar-benar takut."

"Aku akan segera ke sana."

Jennie melempar ponselnya dan mengusap keringat di wajah Chaeyoung.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Isak Jennie saat kembali mendengar erangan kesakitan dari Chaeyoung.

"Aku mohon bertahanlah." Pinta Jennie.

HEARTBEAT | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang