Heartbeat - 28.

1.8K 235 23
                                    

*

Happy Reading

*


























*

Jennie memberikan Chaeyoung waktu beberapa jam untuk meredakan kemarahan pria itu. Ia berpikir Chaeyoung akan melupakan semuanya ketika pria itu pergi bekerja dan kemudian pulang ke apartementnya.

Namun sayangnya, apa yang dipikirkan Jennie sepertinya tidak terjadi. Saat jam telah menunjukkan pukul delapan malam, Jennie mencoba untuk menghubungi Chaeyoung. Karena Jennie yakin jika Chaeyoung telah pulang bekerja.

Tetapi Chaeyoung tidak menjawab satupun panggilan yang ditinggalkan Jennie.

Jennie tidak tahu sudah berapa kali menghubungi Chaeyoung. Ia ingin berbicara dengan pria itu dan menjelaskan semuanya. Tetapi Chaeyoung mengabaikannya dan membuat Jennie menyimpulkan jika Chaeyoung masih marah padanya.

Apakah Chaeyoung mengurung dirinya di kamar? Atau pria itu belum pulang bekerja? Jennie bisa saja menghubungi Sana untuk menanyakan hal itu. Tetapi ia tidak ingin membuat Sana khawatir. Bagaimanapun semua ini masalah pribadi antara dirinya dan Chaeyoung. Mereka harus menyelesaikannya sendiri.

Memikirkan Chaeyoung seharian membuat Jennie sakit kepala. Namun sialnya tidak ada obat pereda sakit di dalam apartementnya. Ia memang belum sempat memperbarui isi kotak obat-obatannya setelah pulang dari London.

Walaupun merasa malas, Jennie terpaksa meninggalkan apartementnya untuk membeli obat. Ia tidak ingin sakit kepala ini membuatnya tidak bisa tidur. Karena saat ini sedang mengandung, Jennie merasa harus lebih memperhatikan dirinya. Bukan semata-mata untuk kenyamanannya saja, tetapi untuk bayi yang dikandungnya.

Jennie memakai hoodie berwarna hitam serta celana training berwarna hitam. Karena apotek berada di dekat gedung apartementnya, Jennie tidak merasa harus berpakaian rapi.

Sembari menunggu lift terbuka, Jennie  memasukkan kedua tangan ke dalam saku hoodie dan menggoyang-goyangkan kaki. Sempat terpikir olehnya untuk mampir ke apartement Chaeyoung. Namun ia mengurungkan niatnya.

Saat lift terbuka, Jennie terpaku ketika melihat kehadiran Chaeyoung. Sama seperti pria itu yang nampaknya juga terkejut, terlihat dari matanya yang melebar. Pakaian yang digunakan Chaeyoung saat ini hampir mirip dengannya. Mau kemana pria itu? Apakah menemuinya? Jennie menggeleng pelan. Chaeyoung tidak mungkin berniat menemuinya.

"Kau tidak akan masuk?" Tanya Chaeyoung sembari menahan tombol lift.

See? Jika Chaeyoung ingin menemuinya, pria itu pasti telah keluar dari lift dan mengajaknya berbicara.

Jennie menghela nafas panjang dan masuk ke dalam lift. Membiarkan keheningan menghantam mereka yang hanya berdua di dalam sana. Aroma Chaeyoung memenuhi hidung Jennie. Membuatnya mengingat kegiatan semalam yang mereka lakukan.

"Kau mau kemana?" Tanya Chaeyoung. Nada bicara pria itu sedikit lebih dingin daripada biasanya.

"Apotek. Kau?"

"Ada barangku yang tertinggal di mobil. Apa kau sakit?" Jennie sedikit lega mendengar nada khawatir dalam pertanyaan Chaeyoung.

"Hanya sakit kepala."

Jennie melihat pantulan Chaeyoung yang sedang mengangguk dari pintu lift. Tiba-tiba saja berharap bahwa Chaeyoung akan menawarkan dirinya untuk menemaninya. Namun pria itu tidak mengatakan apapun bahkan setelah lift sampai di lobby.

HEARTBEAT | CHAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang