"Anjir rame banget," keluh Lyvi.
Saat ini ketiganya sedang berada di pintu masuk kantin sekolah. Namun mereka masih mencari-cari tempat duduk yang masih kosong.
"Mau sepi ke kekuburan sono," jawab Verly.
"Udah, ayo pesen makan dulu aja." Rachel segera menarik tangan kedua sahabatnya.
"Duduk mana nih?" tanya Lyvi saat mereka semua sudah memesan makanan mereka.
"Itu ada yang kosong," ucap Verly. Ia menunjuk bangku yang memang kosong, cukup panjang tapi—
"Ogah, ada sih Dhika." Rachel berbicara dengan nada yang amat sangat malas.
"Emang Dhika siapa?" heran Lyvi.
"Musuh bebuyutannya Rachel."
"Yaudah sana aja, udah laper."
"Tapi—"
"Bacot." Lyvi dengan santainya memotong ucapan Rachel dan mengatainya.
Rachel yang dikatai hanya menghembuskan nafas panjang, sudah biasa dengan kata-kata seorang Olyvia. Jadi dengan terpaksa ia menyetujui usulan sahabatnya.
"Hai pacar," sapa Dhika saat melihat Rachel mendekat.
"Enak aja," semprot Rachel.
"Eh ada calon istri," ucap salah satu teman Dhika sambil melirik Verly.
Verly yang dapat sebutan itu hanya tersenyum malu. Bagaimana tidak, yang memanggilnya begitu adalah gebetannya.
"Boleh gabung gak?" tanya Verly.
"Boleh."
"Lo anak baru ya?" tanya Dhika sambil menatap Lyvi.
"Hm."
"Kenalin, gue Dhika, pacarnya Rachel."
"Idihh, mana mau gue." Rachel melototkan matanya saat mendengar ucapan Dhika ini.
"Gue Digo, calon suami Verly."
Dalam hati Verly sudah berteriak kegirangan. Ia diam-diam turut berdoa supaya yang dikatakan Digo barusan menjadi kenyataan.
"Gue Alva, calon imam lo."
Uhukk
Lyvi yang tadi sedang minum, kini tersedak jus alpukat karena ucapan cowok didepannya ini.
"Eh kenapa? Minum-minum." Alva menyodorkan minuman miliknya kepada Lyvi yang tiba-tiba tersedak.
"A-apa lo bilang tadi?" tanya Lyvi saat sudah kembali normal.
"Calon imam lo."
"Ada yang pdkt nih," sindir Digo.
"Nama lo Lyvi kan?" tanya Alva.
"Iya."
"Cantik kayak orangnya."
Sudah cukup— pipi Lyvi rasanya mau meledak mendengar ucapan Alva.
"Eh bentar deh." sontak semuanya menatap Dhika yang tiba-tiba angkat bicara.
"Apa?"
"Itu tadi yang diminum Lyvi bekas bibirnya Alva, berarti—"
"Anjing, kalian ciuman tanpa langsung dong!!" teriak Digo.
"Omongannya tolong difilter."
"Eh tapi bener juga kata Digo," sahut Verly.
"Ia juga," koor Rachel dan Dhika.
"Masih aja percaya mitos," santai Lyvi. Namun hatinya kepikiran dengan kata-kata temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Olyvia [BELUM REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA] Cinta yang tak terbalaskan akan terasa sakit bukan? Tapi hal ini sama sekali tidak berpengaruh padanya, Alvaro Dewa Widijaya. Ia mencintai seorang gadis cantik dari pertama kali mereka bertemu, sebut saja Olyvia Zahra Valetha...