hai kalian, sehat kan. alhamdulilah.
happy reading!---
Sekarang Alva dan Lyvi sudah duduk manis di depan bu Yanti, guru konseling SMA PERMATA.
"Jadi hukuman kami apa?"
"Kalian udah gak sabar kena hukuman ternyata."
"Saya ini gak bakal lari dari kesalahan bu," ucap Lyvi.
"Oke. Hukuman kalian lari keliling lapangan 25 puteran."
"Apa?! Gak salah denger bu saya?" tanya Lyvi.
"Gak."
"Tapi Lyvi kan perempuan bu," sahut Alva.
"Yaudah, Lyvi cuma 20 puteran aja."
"Tapi bu."
"Gak ada tapi-tapian. Cepat laksanakan."
Mendengar nada tegas dari guru di depannya ini, Lyvi menghembuskan nafas panjang.
"Ngapain lagi kalian disini? Udah sana cepet!"
Mau tak mau mereka harus lari memutari lapangan SMA PERTAMA yang luasnya tak diragukan. Apalagi Lyvi yang tadi belum sempat sarapan.
15 putaran sudah mereka lakukan, hanya tinggal 5 putaran untuk Lyvi dan 10 putaran untuk Alva. Namun saat putaran ke 16 ini, Lyvi merasakan kepalanya yang mendadak pusing.
Alva yang melihat Lyvi memegangi kepalanya, sontak memberhentikan lari mereka. Ia membawa Lyvi ke pinggir lapangan.
"Lo kenapa Vi?"
"Gak papa, lo lanjutin aja dulu."
"Mana bisa gue ninggalin lo yang kayak gini." Terdengar jelas nada khawatir Alva saat berucap barusan.
"Gue gak papa Va, lo duluan aja." Kali ini pandangan Lyvi semakin buram dan tak lama ia tak sadarkan diri tepat dipelukan Alva.
"Vi, bangun Vi." Alva menepuk pelan pipi Lyvi guna membangunkannya.
Tak kunjung mendapat gerakan, akhirnya Alva memutuskan untuk membawa Lyvi menuju UKS, tak lupa ia sudah mengabari sahabatnya untuk menyusul nanti.
-lain tempat-
"Gais, kita harus ke UKS sekarang!" ucap Digo saat mereka berempat sedang makan di kantin.
"Ada apa?" tanya Dhika.
"Lyvi pingsan."
"Hah?! Kok bisa sih?!" koor Rachel dan Verly.
"Aish! Kuping gue bisa melar nanti."
"Alay."
"Kenapa Lyvi bisa pingsan?" tanya Rachel.
"Tadi kata Alva waktu mereka kena hukuman lari, Lyvi tiba-tiba pingsan gitu."
"Pasti curut itu belom sarapan," ucap Verly.
"Mending kalian duluan aja. Gue sama Verly beli makanan dulu buat Lyvi," usul Rachel yang diangguki oleh semuanya.
•••••
"Va? Gimana keadaan Lyvi?" tanya Digo saat memasuki ruang UKS.
"Masih belom sadar," lesuh Alva.
"Udah lo kasih minyak?" tanya Dhika.
"Apanya?"
"Hidungnya lah anjir!"
"Belom."
"Kok goblok banget sih!" gemas Digo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Olyvia [BELUM REVISI]
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM BACA] Cinta yang tak terbalaskan akan terasa sakit bukan? Tapi hal ini sama sekali tidak berpengaruh padanya, Alvaro Dewa Widijaya. Ia mencintai seorang gadis cantik dari pertama kali mereka bertemu, sebut saja Olyvia Zahra Valetha...