19. Camping (2)

7.9K 211 4
                                    

Lokasi camping berada di pinggiran hutan barat daya, dekat dengan danau dan rawa-rawa. Seperti tempat dalam dunia dongeng, suasananya sangat mencekam dan udaranya juga lembab. Kadang ada suara burung gagak di penghujung hutan, mencari-cari mangsa sebagai santapan mereka.

Tak jauh dari pusat lahan kosong, terdengar riak air yang bergerak mengalir di sepanjang jalur sempit. Jalur tersebut mengarah ke pedesaan tepat di bawah lokasi camping, sebagai sumber mata air penduduk sana.

Beberapa bis berdampingan di sebuah area peristirahatan yang biasanya dipakai orang-orang untuk menetap setelah menebang kayu bakar. Tentu saja, saat ini di sudut tertentu, Rey dan Fernando menghadap beberapa guru dengan malas. Termasuk guru pembina acara, semuanya membuat raut wajah kesal karena kedua murid itu sudah bertingkah seenaknya.

"Lain kali jangan diulangi! Kita akan kesusahan saat memeriksa jumlah murid!"

Pak Maman maman membentak dengan suara yang khad, selaku pembina camping, sekaligus mewakili guru-guru lain yang ingin bersuara.

"Aturannya hanya menuju bis masing-masing, bukan melarang siswa untuk ke bis lain."

Wajah Pak Maman segera memerah karena marah melihat Rey membalas dengan santai sambil mengemut permen.

Rey, putra tunggal dari Grup Athlan, salah satu murid pintar yang ugal-ugalan. Keluarganya mendirikan beberapa tempat yang bisa dijadikan saham dan bisnis, salah satunya adalah Sekolah Swasta X ini.

Keluarganya memiliki pengaruh yang sangat besar mengingat pemilik sebenarnya dari sekolah tersebut adalah ayah Rey. Terlebih, Rey juga disebut sebagai murid yang pintar. Dia cerdas dan tidak ada masalah dengan nilai-nilainya, meski kekurangannya adalah sering membolos.

Menyampingkan hal itu, Rey juga tidak pernah membuat masalah yang terlalu serius. Meski peraturan sekolah ketat, masih ada murid yang mengabaikan hal itu dan membuat kepala sekolah sakit kepala. Namun, yang Rey lakukan masih di taraf normal, setidaknya.

Karena itu, para guru cuma bisa diam.

Fernando memainkan ponselnya dan tidak ikut dalam pembicaraan tersebut. Berbeda dengan Rey yang pintar berdalih atau membalas, dia cuma bisa main tangan.

"Sudah ya, Pak."

Rey tersenyum lalu memberikan anggukan kecil sebelum menyeret Fernando dari sana tanpa menunggu balasan dari Pak Maman.

"Ayo," ucap Rey tak sabar.

"Apa? Kemana?"

"Ke Jenni."

Fernando tertegun sesaat.

"Kamu gila, ya? Apa seharian mau ngekorin dia mulu?"

"Kamu juga bisa bertemu Diana. Harusnya kamu senang."

"Rey, serius."

Fernando menghentikan langkahnya dan memegang kedua bahu pria itu, "Kamu suka Jenni?"

Rey tidak menjawab.

"Woi." Fernando menekan kata-katanya.

"Jangan mikir aneh-aneh."

Rey terus berjalan dan mengabaikan wajah bingung temannya di belakang, kemudian menuju area tenda wanita. Tak apa bila Fernando tidak ikut bersamanya, dia hanya harus pergi sendiri.

Kenapa tidak? Dia perlu melihat wajah Jenni. Meski dia sudah bersama gadis itu selama perjalanan di bis, dia tetap ingin menempel padanya.

'Ah, aku sendiri tidak tahu kenapa bersikap seperti ini.'

Dari pada memikirkan masalah yang sama berulang kali, dia memilih untuk mengabaikan alasan dibaliknya.

Ketika dia melihat beberapa murid perempuan sedang berkumpul, Rey langsung ke sana, mendekati kerumunan itu.

Naughty Person - 18+ [S1 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang