21. Camping (4)

6.9K 195 3
                                    

"Hei, ajari aku cara berciuman."

Diana tertegun mendengar sahabatnya tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Dia menelan ludah sambil menatap Jenni dengan ekspresi kosong kemudian menyentuh dahi gadis itu.

"Apa kamu sakit?"

"Aku sangat sehat," Jenni mengeluh dan mendesah pelan, "lupakan saja."

Hari kedua camping sudah terlewat begitu saja, dan saat ini para murid sedang berkumpul di lapangan dengan pakaian bebasnya, menunggu acara yang paling dinanti-nanti.

Jurit malam.

Jurit malam atau uji nyali, seperti namanya--menguji keberanian orang di malam hari. Saat kegiatan itu dilakukan, biasanya ada game yang diberikan oleh para guru, dan murid-murid harus menyelesaikannya bersama pasangan random yang telah ditentukan.

Saat ini Jenni mengenakan kemeja tipis lengan panjang berwarna putih dengan celana jeans legging yang ketat. Dia sungguh tidak sabar untuk bertemu pasangan acaknya.

Siapakah dia? Dari jurusan mana?

Jenni menjadi semakin penasaran.

Sebelumnya dia tidak pernah mengikuti acara seperti ini, terlebih dia jarang beraktivitas di luar selama hari-hari normal. Ini membuatnya bersemangat mengingat sifatnya yang sedikit introvert.

Sekitar beberapa saat kemudian, persiapan pengambilan nomor undian sudah dimulai. Siswa laki-laki dipisahkan bersama siswa perempuan, mengambil kertas dari dalam sebuah kotak.

"Kamu dapat nomor berapa?" tanya Jenni pada Diana yang sudah mengambil kertas duluan.

"17."

"Lalu, pasanganmu?"

Seorang pria mendekat dan menunjukkan kertas berangka tujuh belas. Laki-laki itu mengenakan hoodie berwarna putih dan celana jeans panjang, rambutnya disibak ke belakang, agak turun.

Matanya tajam menatap lurus ke arah Jenni yang mengerjap berulang kali.

"What?? Aku denganmu?" kejut Diana tak percaya.

"Seharusnya aku yang kaget," Rey melirik Jenni diam-diam, lalu mengedipkan matanya.

"Fuck... kamu lupa kalau ada aku di sini?" Diana memegang erat kedua lengannya, seolah-olah dia merinding karena tingkah Rey barusan.

Rey mengangkat bahu, tidak peduli, "Jenni, aku denganmu. Kertas sialan ini akan kuberikan pada Fernando."

Jenni tersenyum kecil lalu menggeleng. Tanda penolakan.

"Kenapa?"

"Aku ingin menikmati jurit malam, Rey. Lebih seru kalau aku tidak tahu siapa pasanganku."

Rey mengerut seperti tidak yakin. Saat dia melirik wajah Jenni yang teguh, dia akhirnya menyerah. Itu adalah kemauan gadis itu, jadi dia diam saja.

Padahal dia sengaja menyamakan warna bajunya dengan pakaian Jenni malam itu. Biar serasi.

Rey diam-diam melirik Jenni sekali lagi. Gadis itu hanya mengenakan pakaian kasual, tapi entah kenapa di pandangan Rey dia terlihat begitu cantik.

"Apa tidak terlalu ketat?"

"Apanya?"

Mata Rey menatap sekali lagi ke arah kaki Jenni yang jenjang. Legging sudah sangat ketat mengingat sifat kainnya yang lentur, tetapi apa yang dilihat Rey sekarang lebih dari itu.

Bagian dan lekukan tubuh Jenni seperti bisa dilihat dengan sebelah mata. Itu sungguh membentuk, terutama di area pantat.

"Ganti sekarang."

Naughty Person - 18+ [S1 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang