After

10.4K 303 25
                                    

Jenni's POV

Jennifer Holton. Itu namaku, nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Jennifer diambil dari bahasa Jerman, yang berarti putih, cantik, dan menyenangkan.

Putih, huh? Aku sudah tidak putih. Mungkin aku terlihat hitam saat ini.

Saat ini aku berdiri di beranda sebuah rumah, dan memandang langit malam dengan tatapan yang sendu. Terlihat bahwa aku menahan air mataku agar tidak keluar.

Sambil melamun, aku memikirkan sesuatu yang membuatku penat selama beberapa hari. Aku hanya membiarkan orang yang dekat denganku untuk memanggilku Jenni, termasuk laki-laki itu.

Rey Athlan. Dia pria yang sombong dan nakal. Aku tahu hubungan kami hanya sebatas sex-friends. Tapi aku tidak bisa melepaskan wajahnya dari benakku.

Sekali lagi, aku membuat ekspresi sedih. Aku tersenyum kecut sembari mengingat hari-hari ketika aku bersama laki-laki tampan itu.

Sangat jarang seorang gadis bisa membuat Rey tertarik kepadanya, tapi aku berhasil melakukannya. Padahal aku tidak bermaksud seperti itu.

Tiba-tiba aku teringat masa kelamku, saat aku berumur tiga belas tahun. Kenangan itu membekas di tubuhku, yang membuatku merinding hebat.

'Apakah ini nikmat?'

'Tidak, tolong hentikan!'

'Katakan ini nikmat, baru aku berhenti. Apa kau menikmatinya?'

'Uh... Aku-'

'Apakah kau menikmatinya?'

'Iya... Aku menikmatinya. Kumohon, hentikan ini!'

Tubuhku bergetar mengingat percakapan sialan itu. Justin, si bangsat. Aku tidak menyangka dia akan melakukan itu kepadaku.

Aku menduga dia akan melakukan sesuatu padaku, jadi aku memecah keperawananku sendiri sebelum dia melakukannya. Lebih baik begitu daripada diberikan oleh orang sepertinya.

Tapi, itu menyakitkan.

Aku tidak bisa berhenti menangis saat itu, ketika pria itu memukulku. Ketika pria itu menjilat seluruh tubuhku.

Dan ketika dia menamparku begitu menyadari aku sudah tidak perawan. Dia memasukkan sebuah mainan aneh ke dalamku, yang akhirnya tahu bahwa tidak ada darah di sana.

Aku beruntung dia tidak memasukkan miliknya sama sekali. Namun tetap saja aku membencinya. Aku ingin mengutukinya.

Kalimat sama yang dia katakan saat bermain dengan tubuhku dan memegang beberapa alat mencurigakan--apa kau menikmatinya?

Aku menjadi trauma dengan kalimat itu.

Jujur, aku merasa senang saat Justin melakukan kesalahan dan ketahuan korupsi. Itu memang perusahaan orangtuaku, dan aku sangat marah. Tapi dengan begini, Justin tidak akan bisa berkutik.

Ketika aku kembali ingin melaporkan kekerasan yang kualami, pria itu sudah menghilang dari rumahku.

Aku sudah tidak peduli lagi.

Dengan tabunganku, aku berangkat ke luar negeri, Italia. Aku berpikir untuk melanjutkan sekolah di sana meski telat setahun, dan ingin meraih cita-citaku dengan menjadi violinist, pemain biola.

Sebenarnya, aku bisa saja untuk menetap di Indonesia. Awalnya aku bimbang. Apa aku akan ngekos sendirian? Keuangan Perusahaan Holton sangat buruk. Terlebih, saham milikku menurun drastis.

Tapi aku membuat keputusan.

Hubunganku dengan Rey, serta masalah mentalku. Ditambah, penolakan yang kuterima di bianglala.

Naughty Person - 18+ [S1 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang