Kenapa rasanya sangat menyakitkan, saat melihat lo bisa tertawa lepas bersama orang lain. Sedangkan gue? selalu membuat lo bersedih.
-Rega Dean Atmaja
🌺🌺🌺
Setelah menghabiskan waktu selama sebulan di kota kelahirannya yang sudah ia tinggalkan selama 2 tahun.
Kini Mika harus kembali melanjutkan pendidikannya, Mika pun akan kembali menetap di kota kelahirannya yang penuh kenangan itu.
"Mau papa anter ke kampus?" tawar Vito saat melihat Mika yang sudah siap untuk berangkat kuliah.
"Enggak usah pa, Mika berangkat bareng sama Kak Izal aja," ucap Mika.
"Rizal mau jemput kamu?" tanya Vito yang di angguki oleh Mika.
"Oh ya pa, adek mana?" tanya Mika.
"Adek di taman belakang sama bibi," jawab Vito.
Hening
Mika dan Vito sama-sama terdiam.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," balas Mika dan Vito serempak.
"Pagi om, pagi Kayla," sapa Rizal.
"Pagi zal,"
"Pagi Kak Izal,"
"Berangkat sekarang Kay?" tanya Rizal yang langsung diangguki oleh Mika.
"Mika berangkat kuliah dulu pa," pamit Mika.
"Iya sayang, hati-hati," pesan Vito yang dibalas acungan jempol oleh Mika.
Mika dan Rizal pun berjalan beriringan keluar dari rumah Dan menghampiri mobil Rizal yang sudah terparkir rapi di halaman rumah Mika.
🌺🌺🌺
"Mau kakak anterin nyari kelas kamu?" tanya Rizal saat keduanya sudah berada di parkiran salah satu universitas swasta ternama di Bandung.
"Boleh," jawab Mika.
"Kamu ambil jurusan apa?" tanya Rizal sembari melangkahkan kakinya beriringan dengan Mika.
"Ambil bahasa dan sastra Indonesia," jawab Mika.
"Kenapa nggak ambil kedokteran?" Tanya Rizal.
"Aku nggak mau suatu saat nanti saat aku gagal menyelamatkan nyawa seseorang, aku nggak sanggup melihat raut sedih dan kecewa keluarga yang ditinggalkan," ucap Mika.
"Kenapa kamu mikir sampai sejauh itu?" tanya Rizal heran.
"Entahlah, cuma aku pernah ngadepin keadaan dimana aku nggak bisa berbuat apa-apa untuk menolong orang yang aku sayang, dan rasanya begitu menyakitkan," terang Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMI (On Going)
RandomSequel MIKAYLA Dia pernah terluka, lalu aku datang untuk menyembuhkan lukanya. Dan ketika luka itu telah sembuh, aku malah menorehkan luka yang lebih dalam. "Aku sadar, sebanyak apapun aku mengucapkan kata maaf tidak akan bisa menyembuhkan lukamu."...
