🌺REMI🌺 08

512 40 7
                                    

Aku memang sudah memaafkan, tapi untuk melupakan? maaf aku tidak bisa. Bukannya pendendam, hanya saja luka itu masih begitu terasa.

-Mikayla Anjani Pramudya

🌺🌺🌺

Selama perjalanan suasana di dalam mobil sangat ramai, Shinta yang tak henti-hentinya berceloteh dan Mika juga Vito yang menceritakan kegiatan mereka masing-masing selama mereka berpisah.

Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, akhirnya mobil yang ditumpangi oleh Vito memasuki pekarangan rumah sederhana berlantai dua.

"Ini rumah siapa pa?" tanya Mika dengan bingung melihat rumah asing di depannya ini.

"Kalau kamu penasaran, sekarang kita masuk biar kamu tahu ini rumah siapa," ucap Vito dengan tersenyum misterius yang tentunya membuat Mika semakin penasaran.

Vito pun keluar dari mobil yang kemudian diikuti oleh Mika dibelakangnya.

Vito menghentikan langkahnya didepan pintu kayu bercat coklat, tak lupa juga Vito mengetuk pintu sembari mengucapkan salam.

Tok tokk tokk

"Assalamualaikum," salam Vito, sedangkan Mika hanya memperhatikan apa yang dilakukan oleh Vito.

Tak lama kemudian, pintu terbuka yang menampilkan sosok wanita paruhbaya dengan daster rumahannya.

"Waalaikumsalam, tuan Vito sudah ditunggu sama nyonya," ucap wanita itu yang di angguki oleh Vito.

"Silahkan masuk tuan, nona," lanjutnya sembari mempersilahkan Vito, Mika dan juga Shinta untuk memasuki rumah.

Mika dengan setia mengikuti langkah Vito menuju ruang tamu di rumah itu.

Disana sudah terdapat banyak orang yang pastinya sudah sangat Mika kenali.

"Mikaaa nenek kangen banget sama kamu," ucap wanita yang berada di usia 70-an sembari menatap Mika dengan penuh binar.

Sedangkan Mika hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis.

"Sini duduk samping nenek," seru Stevani dengan penuh semangat.

Mika hanya menuruti permintaan ibu dari ayahnya itu.

"Cucu nenek apa kabar?" tanya Vani dengan lembut.

"Mika baik kok nek," balas Mika canggung.

"Sekarang kita akan membahas masalah yang sampai sekarang belum menemukan titik terang," celetuk seorang pria yang sudah berumur.

Dan suasana pun menjadi hening sekaligus tegang, Mika yang memang sedari awal tidak mengetahui apapun hanya bisa diam.

"Ehemmm," dehem Darrel.

"Mikaaa.." panggil Darrel dengan lembut.

"Iya kek," balas Mika sembari mendongakkan kepalanya menatap sang kakek.

"Kamu tahu alasan apa kita berkumpul disini?" tanya Darrel yang langsung dibalas gelengan oleh Mika.

Darrel yang melihat respon Mika hanya mampu menghela nafas.

"Sebelumnya kami minta maaf atas kejadian yang terjadi tiga tahun yang lalu, kejadian dimana kamu harus kehilangan sosok seorang ibu, kejadian dimana kamu mendapat tamparan untuk pertama kali dari papa kamu, dan maaf kami nggak ada disamping kamu dititik terendah kamu," ucap Darrel panjang lebar.

Sedangkan Mika mengepalkan tangannya kuat menahan perasaan marah, sedih, kecewa, dan juga sesak.

Bahkan Mika sekuat tenaga menahan untuk tidak meneteskan air mata.

Sudah cukup hatinya di penuhi dendam.

Sudah cukup hidupnya penuh dengan kebencian.

Sudah cukup ia merasakan rasa sakit dan kesedihan.

Mika sudah berusaha mengubur semua rasa yang akan membuatnya tersiksa.

Namun, disaat dia sudah berusaha untuk melupakannya. Kenapa kini orang-orang harus kembali mengingatkannya tentang rasa sakit yang sampai saat ini masih di rasakannya.

"Kenapa kalian harus mengungkit kejadian tiga tahun yang lalu, kenapa kalian baru membahasnya sekarang?" tanya Mika dengan suara parau.

"Kenapa kalian harus mengungkit rasa sakit yang udah coba aku lupain? sebenarnya apa tujuan kalian?" lanjutnya.

Stevani yang kebetulan duduk disamping Mika, meraih sebelah tangan Mika dan menggenggamnya dengan erat mencoba menenangkan Mika.

Sedangkan Vito hanya mampu menatap Mika dengan sendu, dan perasaan bersalah. Vito sangat menyesali perbuatannya di masa lalu yang menyebabkan trauma tersendiri bagi putrinya.

"Kakek cuma ingin, keluarga Pramudya kembali menjadi keluarga yang harmonis, kakek ingin kita kembali hidup rukun," pinta Darrel penuh harap.

"Kakek harap kamu mau memaafkan semua kesalahan Risa yang ikut andil membuat kamu terluka," lanjut Darrel.

"Mikaa.. Gue mau minta maaf untuk semua kesalahan gue di masa lalu, tapi untuk melepas Rega gue nggak bisa," ucap Risa yang membuat semua orang tertegun.

"Gue udah maafin semua kesalahan lo, tapi tidak dengan dengan melupakan. Lo nggak perlu ngelepas Rega, karena gue nggak butuh seorang pengkhianat," ucap Mika.

"Dan ingat, gue enggak sepicik itu dengan merebut milik orang lain," lanjut Mika yang berhasil menohok hati Risa.

"Semuanya, Mika duluan ya ada urusan," pamit Mika dan beranjak dari duduknya dan meninggalkan orang-orang yang menatapnya sendu.

Shinta yang memang tidak bisa jauh dari Mika pun langsung memberontak dalam pangkuan Vito.

"Mau itut tatak, Inta mau tatak," rengek Shinta.

Vito yang kuwalahan pun, langsung membawa Shinta menyusul Mika.

"Maaf, Vito pamit duluan. Mau nyusulin Mika," pamit Vito dan membawa Shinta dalam gendongannya.




Maaf ya baru bisa update, soalnya nggak ada sinyal. Semoga nggak bosen sama cerita labilku

Happy Reading❤







Publish : 18 Agustus 2020
Revisi    : 31 Agustus 2021

REMI (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang