Sebelum itu, aku mau ngucapin terimakasih yg banyak atas 20k nya Al and El. Semoga makin suka sama cerita. Maaf juga karena akhir akhir ini jarang banget update.
Pengertian aja ya:)
Selamat membaca!!
****
Elang berjalan dengan tatapan dinginnya. Siswi siswi yang melihat ini menjerit tidak tertahan. Masalah Aluna dan Elang menikah hanya ke empat sahabatnya. Yang lain tidak ada yang tahu. Bahkan guru guru saja tidak ada yang tahu.
Yang mereka tau hanya Aluna yang keluar dari sekolah dengan perut yang berisikan bayi.
Setelah menikah dengan Aluna, Elang sudah jarang sekali bolos, berangkat sekolah lebih awal. Elang yang dulu telah di rubah oleh gadis polos seperti Aluna.
"Woeeeeeee" teriak Fandi. Pria ini berada tidak jauh di belakang Elang. Ia tidak sendirian, ia bersama Denis.
Elang berbalik dan mengangkat dagunya seolah bertanya.
"Skuyyy" Fandi menarik lengan Denis. Pria itu hanya bisa pasrah dan mengikuti sahabatnya ini.
"Serasa di bawa sama malaikat pencabut nyawa gue" ujar Denis kesal setelah Fandi dan dirinya sampai di hadapan Elang.
"Alay Lo. Di bawa beneran mampus!" Cibir Fandi
Elang hanya bisa mendengus kesal. Bagaiman kedua pria ini bisa berteman bertahun tahun jika setiap harinya seperti ini?
"Bisa ga si Lo pada jangan ribut mulu. Gue pusing dengernya" ketus Elang.
"Belajar bos. Anak Lo kan kembar, jadi Lo harus terbiasa. Nanti kalo gede pasti gelud mulu" ujar Fandi enteng. Membuat Denis menutup mulut Fandi. Sahabatnya ini jika bicara tidak tau tempat. Tidak tau aturan dan tidak tau rem pembicaraan.
"Dah dah. Kita makan ya makan. Gue laper" Denis berujar namun tangannya masih membekam mulut Fandi. Matanya seolah memberi kode pada Fandi dan Elang. Fandi menganggukkan kepalanya sedangkan Elang berjalan meninggalkan mereka.
******
"Dorrrrrrrrrr" Mutiara menggebrak meja kantin yang ketiga sahabatnya tempati. Denis menatap kesal ke arah Mutiara sedangkan Fandi hampir saja wajahnya masuk kedalam mangkuk bakso yang ia makan.
"Sori sori" Mutiara tertawa dan duduk di samping Denis. Ia mencomot nasi goreng Denis dengan tangan. Membuat pemilik nasi goreng itu dengan refleks memukul tangan Mutiara
"Jorok bat lu" Denis melototi Mutiara. Gadis itu mendengus dan mengambil sendok baru.
"Ga makan Lo Lang?" Tanya Rara. Gadis ini duduk di sebelah Elang. Namun Elang tidak merespon. Pria itu melamun dan memainkan ponselnya di atas meja.
"Mut, gue bakso aja deh. Kayanya enak deh" ujar Rara kepada Mutiara namun matanya menatap bakso Fandi.
"Okeee" ujar Mutiara yang langsung lari ke tempat penjualan makanan. Denis hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Ngotorin sendok aja bisanya tu anak. Suruh nyuci kaga bisa"
"Langg. Bolang" Rara menyenggol lengan Elang. Pria itu terkejut. Membuat para sahabatnya tertawa.
"Faster eh Faster" Elang berkata akibat kaget.
"Idiwwww" ujar Rara bergedik ngiri. Tidak biasanya Elang kelepasan seperti ini.
"Otak Lo El. Astaghfirullah!" Denis geleng geleng kepala.
"Kayanya baru di kasih jatah sama Aluna" ujar Fandi vulgar. Elang yang mendengar ucapan vulgar dari Fandi hanya bisa mendengus kesal. Bagaimana Fandi bisa tau si?
"Anjayyy. Busyettt. Mantep dong" ucap Rara seketika.
"Apa sih lo pada? Makin hari makin ga jelas" ketus Elang. Mereka tertawa mendengar ucapan Elang. Berarti benar, Elang baru merasakan setelah lama menikah dengan Aluna? Benar benar bodoh.
"Alah Lo abis nganukan" Fandi masih menggoda Elang.
"Gimana awalnya. Pas Ya Allah sabarkanlah hambamu yang jomblo ini"
"Makan Fan, Lo jomblo tapi betingkah. Mana ada yang mau sana Lo" ujar Rara mengejek.
"Lo sama gue aja Ra, biar bisa faster baby fasterrrr" ujar Fandi ikut dengan desahannya.
"Babi Lo semua" ujar Elang yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Bersama dengan temannya akan membuatnya gila.
"Abis dapet jatah jadi gitu deh!" Ujar Denis
*****
Elang membuka pintu apartemennya, biasanya jam segini, Aluna akan menyambutnya dengan senyuman yang akhir akhir ini membuat candu baginya.
Kemana perginya gadis itu? Menyebalkan sekali bukan? Elang menaiki tangga apartemennya dan membuka pintu kamar namun gadis itu juga tidak ada. Elang kembali turun ke lantai satu dan membuka pintu dapur. Tidak ada Aluna. Yang ada hanyalah dapur yang berantakan seperti habis main kejar kejaran dan sepucuk surat di atas meja yang bercorak darah?
Elang dengan binggung membuat kertas tersebut dan membacanya. Setelah beberapa detik, Elang meremas kertas tersebut dan memaki dirinya sendiri. Kenapa ia tidak mengganti password apartemen? Jika begini siapa yang susah. Gadis itu benar benar menyebalkan.
"Anjing Lo Kiara"
Elang langsung membanting pintu dapur tersebut dan mengambil kunci mobilnya. Kali ini kelakuan Kiara benar benar tidak bisa di maafkan. Apakan gadis itu tidak memikirkan bayi yang masih di dalam perut Aluna.
Pikiran Elang benar benar kacau. Ia meneplon Fandi dan Denis. Kedua pria itu langsung menuju ke tempat yang Kiara bicarakan.
Beberapa menit berlalu. Elang bisa melihat Fandi dan Denis di sana. Kedua pria itu nampak panik dan marah dengannya. Elang hanya bisa pasrah jika terjadi apa apa dengan anak anaknya dan istrinya.
"Kiara kapan baliknya?" Tanya Denis. Pria ini menatap rumah tua yang sudah lama tidak terpakai.
"Udah ada empat bulan yang lalu"
"Lo benar benar bodoh atau bego?" Tanya Denis kesal. Sudah tau gadis psikopat itu kembali, kenapa ia tidak berhati-hati?
"Sama aja bego!" Koreksi Fandi.
"Jangan jangan, kita masuk Aluna tinggal rambutnya doang" ucap Denis asal.
"Astagfirullah omongan Lo di jaga amjim" Elang menoyor kepala Fandi dengan kesal. Ucapannya sahabatnya ini tidak bisa di jaga sama sekali.
Denis hanya mendengus kesal. Di masa masa seperti ini kedua sahabatnya masih bisa bisanya mempermasalahkan sesuatu yang baru mereka ucapakan. Ia tidak memikirkan bagaimana nasib Aluna dan anak anaknya?
"Debat aja sampe kake nene, gue ga bakal ngurusin Lo padaan, gue mau nolongin Aluna soalnya" ujar Denis meninggalkan Elang dan Fandi bersamaan. Kedua pria itu saling menatap satu sama lain.
"Lo si" ujar mereka berdua sebelum menyusul Denis. Dalam hati yang paling dalam, Elang berdoa semoga Aluna dan anaknya baik baik saja.
Elang tidak bisa membayangkan bagaimana ia harus menjelaskan kepada orang tuanya dan orang tua Aluna jika hal buruk yang Fandi katakan menjadi kenyataan. Dan Elang sendiri tidak tau bagaimana hidupnya tanpa Aluna?
Baginya, Aluna adalah matahari di hidupnya.
Hidup Aluna hancur olehnya. Dan biarkan dirinya menjadi sama apa yang Aluna lakukan di hidupnya. Menjadi matahari untuk menerangi gelapnya jalan kehidupan ini.
Happy 22k readers. Mohon maaf mengecewakan karena jarang update. Aku punya kesibukan di dunia nyata.
Bakal aku lanjutin kalo udh 25k pembaca. Jdi ayooooo spam komen, vote dan share kesemua temen kalian biar cepet 25k.
Mohon maaf ya gaes.
Selamat hari raya galungan lan kuningan dumogi rahayu sareng sami 🙂 (bagi yang menjalankan)

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen Fiction*** Menikah di umur muda adalah mimpi buruk yang tidak pernah di mimpikan seorang gadis yang bernama Aluna. Tapi apa daya tuhan berkehendak lain. Aluna menikah di umurnya yang terbilang cukup muda. Tidak ada cinta, tidak ada kasih sayang. Bahkan men...