chapter 18

1.3K 69 23
                                    

dorrrrr

****

Elang membuka pintu rumah tersebut dengan hati hati. Di ikuti Fandi dan Denis. Tidak ada orang sama sekali. Hanya gelap yang mereka rasakan dan debu yang menempel di benda benda rumah ini.

"Kayanya kita di kerjain deh Lang" ujar Fandi was was. Ia memegang ujung kain baju Denis. Mata Fandi tidak berhenti berputar menatap sekeliling. Walaupun keadaan gelap gulita.

"Engga. Ini alamat yang di kasih sama si jalang itu!" Ujar Elang ketus.

"Dari pada Lo jadi buntut gue, mending lo nyalain senter ponsel Lo" ujar Denis melepas paksa genggam tangan Fandi yang berada di kain bajunya.

"Iya juga. Kenapa bego" seru Fandi yang langsung merogoh kantung celananya tanpa melepaskan salah satu tangannya yang berada di kain baju Denis.

"Bawa sini ponsel Lo" Elang merebut paksa dan menyorotkan ke beberapa arah. Tidak ada apapun, hanya ruangan kosong. Tapi,

Apa itu? Elang berjalan sedikit lebih mendekat dan menyorotkan ke arah salah satu ruangan yang berada di depannya. Betapa terkejutnya ia, menemukan wanita yang menggunakan baju putih polos dengan rambut terurai.

Mereka yang terkejut, langsung berteriak tidak karuan dan berlari berhamburan kesana kemari.

"Apaan itu anjing? Hantu?' teriak Fandi kesal. Pria ini sampai di luar terlebih dahulu. Sedangkan Denis beristighfar. Sedangkan Elang, hanya ikut lari karena terkejut. Namun otak kanannya berjalan dengan baik. Ia menghentikan larinya dan membalikkan tubuhnya. Sebentar, masa hantu secantik itu? Apakah kakinya menginjak lantai? Elang memanggil Denis untuk mendekat. Sedangkan laki laki itu hanya menggelengkan kepalanya. Tanda ia tidak mau.

"Ga mungkin hantu secantik itu peak" omel Elang.

"Emang lu liat tod?" Tanya Fandi antusias. Elang yang kesel dengan sikap Fandi hanya bisa menghela nafas dengan lega. tamannya ini sangat bodoh sekali.

"serius, cantik banget" ujar Elang. kali ini, rasakan sendiri. Elang akan mengerjai Fandi habis habisan. jika memang di dalam itu hantu, Elang harus siap siap menangkap tubuh Fandi.

Denis yang melihat itu hanya menahan tawanya. bisa bisanya, Fandi langsung tertarik. padahal Elang dan dirinya tidak melihat jelas wajah wanita tersebut.

"sini ponsel gue!" Ujar Fandi meminta ponselnya. Elang memberikan dengan suka cita.

"Eh bentar. Lu pada mau ngerjain gue ya?" Tanya Fandi yang mencoba untuk berpikir.

"Ngga Tod. Udah ah lu ga mau gue sikat. Sapa tau cewe open bo terus mau ke kamar mandi malah ketemu sama kita, eh anjim ga tuh" ujar Denis yang paham dengan jalan pikir Elang. ya itu mengerjai Fandi.

Tanpa curiga, Fandi meninggal kedua pria yang tadi membodohi dirinya. Ia dengan senang masuk kedalam rumah tua itu. Sedangkan Elang dan Denis hanya menatap kebodohan temannya itu.

Bagaimana bisa Fandi percaya begitu saja. Padahal ia tau tempat itu tidak ada penghuninya. Atau jangan jangan benar yang di katakan Denis ada wanita yang sedang open bo?

Tapi di mana istrinya? Elang tidak salah jalan dan tidak salah alamat. Tapi mengapa ia tidak menemukan salah satu keberadaan orang di sini.

"Woee amjim" teriak Fandi. Pria itu setengah berlari menghampiri kedua sahabatnya.

"Ada?" Tanya Elang tenang

"Ga ada, mata lu salah liat kali!" Kesal Fandi. Sudah di buat lari lari tidak jelas, di PHP-in lagi sama sahabatnya.

"Masa ngga?" Elang masih tidak percaya.

"Buat apa gue boong Lang" ujar Fandi

"Terus tadi?" Tanya Denis yang mulai memasang suasana horor di sekitar mereka.

Dring....

Suara ponsel Elang, dengan cepat ia langsung merogoh kantung celananya. Dengan kesal Elang menerima sambungan telpon tersebut.

"Bini gua mana amjim?"

Halo sayang, kamu udah sampe ya? Masuk aja kedalam

"Pala lu sayang. Gua udah masuk setan, eh malah ketemu sama setan gua amjim. Lu boongin gua ya?!"

Aku di dalam. Di halaman belakang

"Gua ga mau masuk. Lu aja yang keluar bawa istri gua"

Tidak semudah itu sayang. Lima menit lagi lu ga ada di depan gua, gua ga jamin anak istri kesayangan lu aman sama gua!

Sambungan telpon itu langsung di matikan sepihak oleh sang penelepon membuat Elang semakin kesal di buatnya. Lena, gadis itu datang hanya bisa merusak kebahagiaan Elang saja. Mengganggu kehidupan orang.

"Ga ada waktu. Kita masuk kedalam telat lima menit Aluna ga selamat!" Ucap Elang yang membuat Fandi dan Denis menatapnya.

Elang langsung berlari dan menendang pintu rumah itu sedangkan Fandi menyoroti ruangan sedangkan Denis melihat setiap sisi ruangan ini.

"Alunaaaaa" suara Elang menggema seisi ruangan.

"Alunaaaaaaa"

"Alunaaaaa"

"Alunn" teriakan Elang terhenti ketika bahunya di tarik Denis ke belakang. Elang menatap Denis dan seolah bertanya ada apa dengan satu alis terangkat.

"Aluna Lena" ujar Elang. Dengan cepat Elang langsung berlari menghampiri Aluna.

"Len lu gila. Ngapain bini gua lu iket iket bangsat" ujar Elang. Pria ini cekatan melepas tali yang terikat di kaki Aluna.

"Kalo ga gini, gua ga bisa ketemu sama Lo" ujar Lena memperhatikan detail setiap pergerakan tubuh Elang. Dengan senyuman yang lebar. Sedangkan Denis dan Fandi sudah siap siap jika mendadak ada serangan tidak terduga datang begitu saja.

"Gue kangen sama lu Lang" ujar Lena penuh harapan.

"Lu kenapa si sampe bisa nikah sama cewe kaya gini?!" Tanya Lena. Elang yang kesal ketika ada seseorang yang bertanya seperti ini menatap tajam ke arah Lena dan tersenyum penuh arti.

"Gue nikahin Aluna, karena dia gadis baik dan sayang cintanya dia ke gue itu tulus. Ga main main kaya cewe yang DULU pernah gue perjuangin tapi ga tau diri" ujar Elang tajam. Ia menggendong Aluna ala ala di film dongeng.

"Gue tau gue salah tapi apa ga ada kesempatan kedua buat gue?" Tanya Lena.

"Lu bodoh atau buta? Lu ga liat gue udah ada Aluna? Lu ga liat gue udah mau punya anak kembar? Lu buta? Lu lupa ingatan?" Ledek Elang "gue udah bilang sama lu terakhir, dan gue ga mau mengucapkan kalimat sekasar itu lagi!"

"Tapi Lang?" Bantah Lena

"Gue ga mau kasar lagi Len. Gue takut istri gue ternodai dengan ucapan kasar gue. Jadi tolong!" Ujar Elang meninggalkan Lena. Di susul Denis dan Fandi.

"Nyusahin sama bikin panik doang" dumel Fandi sebelum meninggalkan Lena. Sedangkan Lena menatap empat orang yang perlahan menjauh darinya.

"Liat aja, gue akan rebut Elang dari lu gadis lugu. Gimana pun caranya. Lang itu milik gue!"

****

"Huh.." Elang menghembuskan nafas dengan dengan perlahan setelah meletakkan tubuh Aluna di sebelah pengemudi.

"Aku berat kak?" Tanya Aluna

"Ga ko sayang. Ga papa kan?" Tanya Elang mengelus puncak kepala Aluna

"Ga ko, cuman pegel aja kakinya"

"Ya udah nanti di pijet ya sayang. Sekarang kita pulang, makan terus pijet pijet. Ada plusnya ya sayang" ujar Elang dengan manja.

"Maksudnya?" Tanya Aluna yang sukses membuat Elang terdiam. Bagaimana bisa gadisnya sepolos ini?

Ya sudahlah dari pada menjelaskan di sini, Elang hanya tersenyum kepada Aluna. Dan di balas senyuman oleh Aluna.

Elang bersyukur gadisnya tidak terluka sedikit pun.







Langsung publis ya jdi maap kalo ada typo

Vote sama suaranya jangan lupa yaaa sayanggggg

See u di part selanjutnya

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang