EPISODE 27

3 0 0
                                    

SAMPAI AKHIR HAYAT

EPISODE 27

Dua bulan sudah aku menjadi istri dari Achmad Firdaus Yudha. Kami hidup tanpa gaji dari Falminggo shoes lagi. Meskipun di rumah ini tidak ada jaminan kekurangan ekonomi, karena Bunda dan Kak Tanri kadang suka memberiku uang, meski mereka jutek. Itu karena aku anak paling kecil di rumah ini kata mereka. Ada ada saja. Bunda juga tak terlalu banyak bicara yang nylekit lagi mengungkit asal usul Mas Yudha.

Kami layaknya pengantin baru, kadang jalan jalan, berswa foto, juga tak lupa Mas Yudha sering sholat jama'ah meski dia sibuk dagang cilok buatan kami sendiri keliling kampung. Aki juga mengajarinya membaca alqur'an meski masih amat terbata bata. Setidaknya berpindah meski lambat.

"Rum sayang, alhamdulillah penjualan kita hari ini. Setiap hari selalu habis, berkat kamu" Ucap Mas Yidha bahagia.

"Semua karena Allah Mas, kita habya berusaha dan berdoa" Sautku.

"Ya karena kamu mendoakan sayang. Ini untuk kamu. Dan ini untuk anak panti yah" Mas Yudha membagi padaku 78ribu, an untuk anak panti 120 ribu.

"Alhamdulillah, gapapa Mas. Aku seneng banget Mas mau sodaqoh" Ucapku bahagia.

"Ehh yaudah Mas Mas mandi abis itu sholat maghrib, terus ada pengajian , Rum mau ikut sayang ?" Ajaknya.

"Yaah sayang banget Mas, Rum ada janji mau jenguk Bu Lastri sama ibu ibu sini, biar Rum kenal sama mereka" Aku menolak halus.

"Ya sudah lah , gak apa apa. Mas Siap siap ya, mandi terus ke Masjid" Pamit Mas Yudha.

Menit kemudian, semua pergi ke acra pesta teman Bunda, kecuali ayah di kamar, dan aku. Saat aku akan pergi, Mbak Nia, tetangga agak jauh mengabari kalau jenguknya besok pagi, tidak jadi sekarang. Okelah. Hapeku kebetulan lowbet, aku chas di ruang tengah sajalah. Lebih dekat.

Aku beranjak ke gang depan membeli martabak telor, karena aku sefang malas sekali memasak. Toh sup iga juga masih banyak. Dan aku pulanh membawa tiga bungkus martabak telor spesial. Hatiku sedang gembira melihat perubahan suamiku.

"Rum" Panggil Mas Gilang memegang punggungku yang tengah membukkuk mencabut chaeger.

"Ehh Mas . Kenapa ya ? Maaf mas jangan nyenggol ya kita bukan makhrom" Sergaku.

"Jangan munafik deh" Dia malah memegang daguku.

"Apa yang kau lakukan Mas !" Bentakku.

"Ayolah. Yudha itu tidak ada apa apanya dibanding aku. Mau dicoba gak ?" Goda Mas Gilang.

"Jangan gila kamu Mas ! Aku wanita baik baik !" Bentakku

"Begitu ya ? Ya ya nyatanya sampai dua bulan menikah, kau belum hamil. Apa jang jangan mandul ? Atau Yudha yang mandul ? Atau kau jarang disentuh ? Ayo dicoba. Pasti kau belum hamil karena Yudha tidak menyentuhmu ya hahaha" Ucap Mas Gilang kesetanan.

"Minggir ! Atau aku teriak !" Sungutku pasang kuda kuda.

"Jangan jual mahal Rum. Nanti kau akan tau rasanya kasih sayang dari seorang pria" Ajaknya makin mendekat.

"Iblis busuk ! Kau sudah punya Kak Tantri kenapa menggodaku hah !" Satu pukulan kulempar ke wajahnya.

"Kau kurangajar ya ! Kau ini tertutup rapat. Makanya aku penasaran. Siapa suruh kamu membuatku penasaran dengan balutan gamis dan jilbabmu ini " Sahutnya.

Seklebetan bayangan hitam lewat dari jendela luar. Entah apa itu aku tidak tau.

"Lelaki macam apa kamu ? Jangan dekati aku !" Kutodongkan pisau ke arahnya.

SAMPAI AKHIR HAYATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang