Part 1: Perpisahan

486 115 267
                                    

Seorang anak perempuan berumur 15 tahun sedang makan malam bersama dengan nenek dan saudara laki lakinya.
"Nek, besok di sekolah pengambilan rapor," kata anak perempuan itu sambil menatap sang nenek.

"Nenek bakal buatkan kamu nasi kuning buat makan nanti bersama temanmu, yah nak," balas neneknya.

Gadis dengan kecantikan yang bisa di bilang rata-rata, tidak terlalu cantik, tidak juga jelek. Badan yang juga tidak terlalu tinggi tapi memiliki wajah imut. Yaah, namanya Audy Zahra Damariva.

Setelah ibunya menikah dengan lelaki asal Jakarta, ibunya memutuskan untuk pergi bersama suaminya. Audy akan ikut ke Jakarta setelah penerimaan lapor dan kelulusan di Junior high school nanti.

Setelah makan malam dia bergegas ke kamar dan mempersiapkan seragam yang harus dipakai besok.

Pukul 06:30 Audy sudah siap dengan seragam sekolahnya rambut di gerai dan sedikit polesan lip tint agar tidak terlalu pucat. Hanya itu tapi bisa membuat dia terlihat lebih imut.

"Nek, aku sudah siap!" Audy berteriak dari luar rumah yang baru saya memakai sepatunya.

"Iya, nak hati hati." Sang nenek menghampiri cucu kesayangannya.

"Iya, Nek. Aku berangkat dulu yaah. Assalamu'alaikum," katanya sambil mencium tangan sang nenek.

"Waalaikumsalam."

Audy pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh.

"Woe! si kampret telah datang!" teriak Ayudia. Ayudia adalah teman sekaligus sahabat dan bisa bilang saudara tak sedarah dari Audy. Mereka sudah bersama sejak kecil, orang tua mereka juga sangat dekat.

"Kampret-kampret, gue punya nama kali," lirih Audy sambil berjalan mendahului Ayudia.

"Yaellah baperan lu neng!" teriak Ayudia berlari mendekati Audy yang sedang mode ngambeknya.

Mereka kemudian berjalan menuju kelas 9A. Karena otak kedua cewe ini bisa di bilang jenius, jadi dia dari kelas 7 sudah di tempatkan di kelas unggulan. Di kelas itu adalah anak anak unggul pastinya.

Audy sekolah di Junior high school Bandung yang notabenenya membuat siapa pun ingin bersekolah di tempat ini karena keistimewaan, kedisiplinan, fasilitas yang sangat lengkap, dan murid-muridnya yang unggul dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Sekolah ini juga milik kakak dari ibunya Audy, jadi tidak heran jika dia juga bersekolah disini.

Audy dan Ayudia duduk di tempatnya dan menunggu guru untuk membacakan hasil belajar mereka selama duduk di kelas 9 ini. Semester pertama Audy mendapat peringkat 3 dia memang tidak pernah keluar dari angka 1, 2, dan 3 karena itulah orang tua Audy sangat bangga kepadanya.

"Aduh Dhy, deg-deg gue." Ayudia memandang Audy dengan inteks.

"Santay aja kali, Yu. Lagian inikan juga terakhir, paling kamu dapat peringat 4 lagi," celetuk Audy.

Tidak lama kemudian datang seorang lelaki dengan wajah datarnya walaupun begitu ia membuat para kaum hawa berteriak histeris karenanya, dengan tangan yang di masukkan di saku celana. Namanya Rivano Johan Addison, seorang lelaki yang dijuluki seorang most wanted dan seorang wakil ketua OSIS yang tampan dan berwibawa.

Kelas yang tadinya hening berubah jadi rusuh karena kedatangan seorang most wanted Junior high school.

"Si babang tamvan datang."

"OMG meleleh adek bang."

"Walaupun hati kayak es tapi selalu bikin hati dedek anget."

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang