Part 28: Pasrah

26 6 1
                                    

Dokter masih memeriksa keadaan Audy saat ini, melihat wajah dokter yang sulit didefinisikan membuat Alan dan neneknya khawatir.

"Dok, gimana?" tanya Alan memicingkan matanya.

"Keadaannya semakin buruk, saya tidak yakin dia bisa sadar secepatnya," jawab Dokter.

Rahang Alan mengeras gertakan giginya mulai terdengar. Dia sangat marah mendengar penuturan sang Dokter, tapi itulah kenyataannya.

"Jaga omongan, lo! Audy gue bakal sembuh!" pekik Alan menatap nyalang ke arah Dokter itu.

Dokter tersebut mundur beberapa langkah dan berkata, "maafkan saya. Tapi itulah yang terjadi."

"Sudah, Alan. Kamu tidak boleh gegabah. Dokter cuma mengatakan keadaan adik kamu saat ini," ucap nenek berusaha menenangkan cucunya.

"Kalau begitu saya permisi dulu," pamit dokter.

"Terima kasih, Dok," balas nenek tersenyum.

"Nek, Audy. Adik kecilku," lirih Alan memegang kepala Audy dengan mata yang sudah memerah.

"Audy pasti sembuh, nenek yakin. Kita cuma bisa berdoa sama Allah." Nenek meneteskan air mata.

Alan yang mengetahui itu langsung memeluk neneknya. Sudah dua hari mereka di sini, dia tau neneknya pasti sangat lelah dan butuh istirahat.

"Nek, nenek pulang aja, yah. Aku takut nenek sakit." Alan masih memeluk neneknya.

Perasaan bersalah dalam diri Alan semakin menjadi-jadi. Dulu dia adalah pemimpin dari keluarga mereka setelah papahnya pergi meninggalkannya.

"Nggak, Lan. Nenek mau jagain adik kamu," timpal nenek.

"Nek, di sini ada aku. Aku nggak mau nenek juga sakit karena ini," lirih Alan. Dia beralih memegang pundak neneknya.

"Nenek pulang ke rumah bunda. Bunda juga bilang begitu tadi sama Alan," perintah Alan.

Nenek hanya bisa mengangguk, jujur saja dia sangat lelah, setiap malam pun dia harus tidur di sofa yang membuat lehernya kadang nyeri saat bangun pagi.

"Nenek mau ke ruangan ayah kamu dulu, yah." Nenek menatap Alan.

"Baiklah, aku tunggu nenek di sini," jawabnya.

"Kamu nggak mau ikut nenek?" tanya nenek dengan dahi berkerut.

"Nggak, nek. Nenek aja, aku nggak bisa." Alan kembali mendekat ke arah adiknya.

"Ya sudah, nenek pergi dulu," pamitnya.

Alan tidak menjawab dia hanya bisa melihat neneknya pergi ke ruangan ayah tirinya. Jujur saja dia sangat kecewa pada ayahnya itu, dia tidak bisa menjaga dua bidadarinya. Padahal sebelum membawa bundanya, dia sudah berjanji pada nenek akan menjaga mereka apapun yang terjadi.

Kembali lagi, Alan hanya bisa pasrah menerima keadaan. Dia sangat rindu dengan Audy, rindu menjahili adiknya ini dan membuatnya menangis lalu mengadu pada sang bunda.

Alan tersenyum simpul mengingat moment indah dan bahagia yang dia lewatnya bersama adiknya. Belum lama adiknya tinggal di sini, dia sudah seperti ini. Jika Audy sadar nanti Alan pasti akan membawa pulang bunda dan adiknya kembali.

****

"Yah, ayah makan dulu," seru Arjun setelah berapa lama dia membujuk ayahnya untuk makan tapi jawab yang diberikan ayahnya membuat Arjun lagi-lagi mendengkus kesal.

"Bawa Ayah ke ruangan bunda, Arjun," pinta Ayah Dimas.

Arjun baru tau kalau ayahnya bucin seperti ini, dia seperti anak kecil yang tidak mau makan karena kehilangan mainannya.

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang