Part 20 : Kecewa

56 22 5
                                    

Entah apa yang harus dilakukan Audy saat ini, dia merasa sangat terpukul tapi dia juga sadar diri. Untuk apa cemburu dia bukanlah siapa-siapa.

Audy berlari meninggalkan Rivano dan Dita. Dia berlari sangat kencang menerpa hembusan angin yang membuat rambutnya berantakan.

Tujuannya saat ini adalah belakang sekolah, tempat yang sepi dan tidak ada orang lain. Tempat yang disukai Audy saat sedang dilanda kesedihan seperti saat ini dia akan lebih memilih menyendiri dari pada berbagi masalah. Katanya dia tidak ingin merepotkan orang lain hanya karena masalahnya. Bukan kah setiap orang mempunyai masalah?

"Kok aku bisa sesakit ini yah," sahut Audy.

"Hiks, hahahahah," kekehnya.

Dia menangis sambil tertawa apa yang sebenarnya terjadi pada Audy? Mau marah tapi bukan siapa-siapa, mau diam saja tapi rasanya sakit.

Dilema yang mendalam yang dirasakan  membuat hatinya hancur berkeping-keping. Apa salahnya? Rivano pernah memberinya sedikit harapan. Walau secuil tapi Audy merasa sangat senang. Ada peluang untuk mereka bersama.

Tapi sekarang? Harapan itu pupus seketika. Sakit nya begitu dalam, sangat dalam. Bagaimana cara mengobatinya dia pun tak tau.

"Kamu kuat Audy, kamu pasti bisa!" seru Audy menyemangati dirinya sendiri.

Air mata terus-menerus turun tanpa aba-aba, rasanya Audy sangat malu. Why not? Dia menangisi seseorang yang bukan siapa-siapa nya.

Satu kata yang mewakili perasaannya saat ini adalah kecewa.

"Aku lebih baik mundur perlahan, Joh." Audy mengusap kasar air matanya.

Jika ada yang melihat Audy seperti ini mungkin orang itu akan mengira Audy seorang pasien rumah sakit jiwa.  Menangis, tertawa dan berbicara sendiri.

Cara Audy menangkan diri yah seperti ini. Bermonolog bersama alam yang akan mendengarkan setiap keluh kesahnya.

"Dhy," panggil seseorang. Audy buru-buru menghapus air matanya.

"Eeh, Cha?" Audy berbalik melihat ke arah Aisya.

"Kamu kenapa?" tanya Aisya.

"Nggak papa kok, heheheh," kekeh Audy.

"Nggak papa? Mata sembab begitu kamu bilang nggak papa?" tanya Aisya dengan raut wajah khawatir.

"Nggak kok, Cha. Kamu nggak usah khawatir aku baik-baik aja kok, cuma perut aku tadi sakit banget." Audy tersenyum.

"Dhy, kalau kamu ada masalah cerita sama aku yah, aku akan jadi pendengar yang baik bagi kamu. Aku memang baru kenal kamu baru-baru ini tapi aku sudah merasa sangat dekat sama kamu, Dhy." Aisya memeluk Audy erat menyalurkan kekuatan kepada sahabatnya ini.

Aisya tau Audy sedang sedih saat ini, tadi dia tanpa sengaja melihat Audy berlari sangat kencang dan mendengarkan semua yang dikatakannya.

"Makasih yah, Cha hiks." Audy terisak air matanya kembali terjun bebas membasahi kedua pipi mulusnya.

"Iya, Dhy. Jangan sedih lagi yah, banyak kok yang sayang sama kamu." Aisya melepas pelukannya dan mengusap air mata Audy.

"Sekarang kita ke toilet cuci muka kamu. Bentar lagi bel masuk berbunyi." Aisya merangkul tangan Audy dan membawanya pergi dari tempat ini.

Sahabat? Arti sahabat yang sesungguhnya seperti Aisya mengerti keadaan dan tidak saling menuntut. Menghadapi kehidupan dunia yang penuh kebohongan, penuh drama, dan sandiwara. Tapi jika dengan sahabat? Pernah ka dia bersandiwara? Berbohong? Jangan sebut mereka sahabat jika belum bisa mengerti arti itu semua.

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang