Part 32: Pernyataan Cinta

28 3 0
                                    

"Makan yang banyak, badan lo udah kayak lidi," ujar Alan.

Saat ini dia sedang berada di ruangan Audy, orang tua mereka sudah pulang sejam yang lalu. Alan juga sudah mengatakan bahwa dialah yang akan menemani Audy di sini.

"Aku udah kenyang," balas Audy.

"Sekali lagi, ayo buka mulutnya." Alan menyuapkan sesendok bubur ke mulut Audy seperti anak kecil.

"Bang, adikmu ini udah gede," balasnya dengan wajah masam.

"Gede? Badan kayak gini lo bilang gede?" kekeh Alan.

"Audy!" Suara melengking seseorang membuat Audy tersenyum bahagia.

Bagaimana tidak? Sahabatnya Dara dan juga Aisya sudah datang. Entah siapa yang memberitahu kabar ini kepada mereka, intinya Audy sangatlah rindu.

"Kalian sudah datang?" Alan berdiri dari tempatnya memberikan ruang bagi Dara dan Aisya untuk lebih dekat dengan Audy.

"Audy! Kami kangen banget!" pekik Dara.

"Aku juga kangen banget sama kalian," balas Audy memeluk kedua temannya.

"Kita selalu membuat memori yang sangat indah saat bersama. Aku tidak sabar untuk membuat memori-memori baru lagi denganmu. Lekaslah sembuh, Audy," lirih Aisya.

"Iya, Cha."

"Ya ampun sumpah, yah, gue kangen banget!" pekik Dara. Gadis itu tidak berubah masih sama dengan dulu, sikapnya yang periang dan ceria.

Candaan mereka berlanjut sangat lama, bagaimana tidak? Waktu setahun tidaklah sebentar bagi mereka. Mereka jika sudah bertemu akan lupa waktu.

"Kita pulang dulu, yah," pamit Aisya kembali memeluk Audy, begitupun dengan Dara.

"Cepat sembuh!"

Sedangkan Alan? Lelaki itu sudah terlelap karena kelamaan menunggu. Dia tidak mungkin meninggalkan Audy jadilah dia harus tidur di sofa menunggu teman-teman Audy pulang.

Sudut bibir Audy terangkat, dia mengigat seseorang. Andai saja Rivano tahu bahwa seorang Audy Zahra Damariva tak pernah memiliki waktu untuk melupakan dirinya.

Ceklek!

Sepertinya Tuhan tahu apa yang diinginkan oleh Audy. Rivano datang dengan ekspresi yang sulit diartikan. Matanya memicing menatap Audy lekat, ingin sekali rasanya Rivano mendekat dan memeluknya erat.

"Johan?" lirih Audy dia tersenyum malu-malu lantas menunduk.

"Dhy? Kamu udah baikan?" tanya Rivano saat jarak diantara keduanya tidak terlalu jauh.

Audy hanya mengangguk mengiyakan, jujur saja dia masih gugup saat berhadapan dengan Rivano. Rasanya malu saat menemui lelaki itu dalam keadaan seperti ini.

Hening, Rivano hanya memandang Audy lekat. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Begitupula dengan yang dipandang hanya bisa menunduk malu. Sangat lucu.

"Aku ...." Ucapan Rivano terhenti saat mendengar suara langkah kaki yang menuju padanya.

Siapa lagi kalau bukan Alan. Sepertinya lelaki itu sangat marah atas kehadiran Rivano saat ini. Tidak berbeda sama sekali tatapannya tajam dan sangat menakutkan. Rivano jadi kicep seketika.

"Bang?"

"Keluar!" bentak Alan menunjuk ke arah pintu keluar, mempersilahkan Rivano untuk keluar saat ini juga.

"Kenapa, Bang?" tanya Audy. Merasa atmosfer sudah mulai naik dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Keluar sekarang!"

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang