Part: 22 Pengakuan Rivano

39 11 18
                                    

"Kamu ngapain?" tanya Rivano dengan dahi berkerut.

"Kamu sendiri?" tanya orang yang baru saja datang menghampiri Rivano.

"Cuma mau nenangin diri." Arjun duduk di salah satu bangku taman. Dia menatap orang yang sedang berada di dekatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Owh. Anak-anak yang bersamamu tadi itu siapa?" Orang itu duduk di samping Rivano dan berbalik. Kedua mata mereka bertemu dan saling bertatapan.

"Aku juga nggak tau, Dhy." jawabnya.

Orang yang menghampiri Rivano adalah Audy. Gadis yang selalu membuat Rivano uring-uringan kini duduk manis di dekatnya, sangat dekat.

"Kamu kok bisa di sini?" Rivano bertanya dengan ekspresi bingung.

"Lagi cari angin tadi. Kebetulan lewat sini dan liat kamu, jadi aku mampir. Nggak papa kan?" tutur Audy tersenyum.

Flash back on

Sekarang Audy dan kedua orang tuanya sudah berada di suatu pusat perbelanjaan di Jakarta. Lumayan ramai banyak pasangan sejoli yang sekedar berjalan-jalan, bersenda gurau dan bermain di tempat ini.

Bukankah ini adalah tempat yang paling indah bagi siapapun yang mengunjunginya? Tapi tidak dengan Audy dia merasa risih karena keramaian.

"Bunda," panggil Audy pada bundanya yang masih memilih bahan-bahan makanan.

"Kenapa, Dhy?" tanya Bunda Lita mengentikan aktifitasnya dan menatap putrinya.

"Audy boleh tunggu di luar aja nggak, Bun?" pinta Audy menampilkan tatapan puppy eyesnya.

"Loh, kenapa?" tanya Ayah Dimas.

"Pergilah, sayang. Tapi jangan jauh-jauh yah." Bunda Lita tersenyum.

Ayah Dimas merasa tidak terima. Bukankah dia adalah tipe ayah yang super protektif. Selangkah saja putrynya melangkah dia akan langsung memanggilnya.

Bunda Lita yang melihat perubahan raut wajah Ayah Dimas berkata,"biarin aja, yah. Kita juga nggak lama kok."

Kalau istrinya sudah menasehati hatinya akan luluh. Entah kenapa Ayah Dimas menjadi sangat penurut jika sedang bersama Bunda Lita. Lain halnya jika menyangkut pekerjaan jika sudah A maka harus A. Karena dia tahu bahwa istrinya juga tau apa yang terbaik untuknya dan anak-anaknya.

"Baiklah, tapi ingat jangan jauh-jauh. Kalau ada apa-apa telpon ayah," sahut Ayah Dimas.

"Siap, ayah!" Audy antusias. Dia melangkah menjauh dari keramaian itu dan keluar meninggalkan kedua orang tuanya. Dia tidak tau mau ke mana sekarang. Padahal tujuannya tadi adalah mengistirahatkan otak dan menenangkan pikiran.

"Jalan ke taman, adem kali." Audy berjalan menuju sebuah taman dekat dengan apartemen yang bisa dibilang cukup besar. Gedung-gedung tinggi yang nampak sangat mewah menghiasi penglihatan Audy. Dia terus berjalan menikmati suasana sepi yang ia lalui sekarang.

"Johan?" lirih Audy. Dia melihat Rivano sedang bermain ayunan bersama seorang anak laki-laki.

Dia memperhatikan Rivano sangat lekat. Ini yang dia cari, hatinya mendingin melihat senyum Rivano. Tapi ekspresi bahagia itu lenyap seketika saat anak laki-laki itu menanyakan soal bundanya.

Audy merasa Rivano sangat sedih saat mendengar kata 'bunda' dia sepertinya sangat merindukan kedua orang tuanya.

Saat anak laki-laki itu pergi menjauh Audy mengumpulkan keberanian dan menghampiri Rivano.

Cinta Dalam Diam (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang