Menjauh

134 11 6
                                    

**~~**~~**~~**~~**
**~~**~~**
**~~**

Seorang gadis bersurai coklat telah bersiap dengan seragam sekolahnya yang tertutupi oleh sebuah sweater berwarna merah maron tua, mengambil tas sekolah dan berjalan keluar dari kamarnya tak lupa untuk menguncinya.

Ia pun berjalan menuruni tangga, dan saat dirinya sampai di ruang tamu ia menatap sesaat seisi seluk beluk rumahnya yang selalu sepi itu.

Sesaat ia menundukkan kepalanya, dengan pandangan sendunya ia lagi lagi harus sendirian dirumahnya.

Menghela nafas ia pun mengangkat kepalanya dengan semangat, berusaha tidak terlarut dalam kesedihannya.

Ia pun berbalik lagi, berjalan menuju pintu rumahnya yang akan menghubungkannya ke dunia luar untuk ia jalani.

'eh Eugeo belum sampai juga?' batin Asuna melirik jam tangan mini yang bertenger di tangan kirinya.

06.30

'tidak biasanya dia terlambat seperti ini menjemputku, padahal 30 menit lagi pasti pintu pagar sekolah akan tertutup' batin Asuna sedikit khawatir akam dirinya yang terlambat.

Ia pun merogoh sweater yang di kenakannya, untuk mengambil ponselnya agar dapat menghubungi sosok yang selama bertahun tahun ini sudah menjadi ojeknya untuk berangkat ke sekolah bersama.

Langit cerah bersama angin yang berterbangan membuat rambut coklat panjang Asuna ikut terbawa arus kemana arah angin itu bergerak.

Suasana tenang di pagi hari yang Asuna dapat bisa membuatnya berpikir tenang dan juga jernih, hawa dingin yang secara tidak langsung mengenai wajah dan telapak tangannya yang tak tertutupi apapun membuatnya mendongak menatap langit biru yang cerah.

'sepertinya sebentar lagi musim dingin akan tiba' batinnya sambil menatap langit biru nan cerah dengan lekat.

Ia pun menghela nafas lalu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk melihat, apakah ada suara deruman motor sport yang akan berjalan mengarah ke rumahnya.

Namun hanya keheningan yang ia dapat, lalu menjauhkan ponselnya dari telinganya mengernyit bingung saat ternyata sosok yang ia telpon di seberang sana tidak mengangkat telponnya.

'ada apa dengan Eugeo? Kenapa tak mengangkat telponku? Bahkan pesanku yang tadi malam pun tak ia balas ataupun baca' batin Asuna bingung.

Melirik sekilah jam yang juga tertera di handphonnya membuatnya terbelalak, dan dengan cepat ia pun memasukkan ponselnya ke saku sweaternya kembali dan mulai berlari menuju tempat penungguan bus.

'gawat aku bisa telat jika seperti ini' batin Asuna panik.

'awas saja nanti saat sampai di sekolah aku akan memarahinya' batin Asuna kesal saat mengingat Eugeo sama sekali tak mengangkat telponnya bahkan tak membalas pesannya biar satu pun.

Saat sampai di tempat penungguan bus, ia mengambil nafas dalam menghirup udara sedalam dalamnya, karena jujur saja jarak dari rumahnya dan tempat penungguan bus cukup jauh. Jadi Asuna terkadang jika tidak di antar oleh Eugeo, ia harus mempunyai stok kesabaran untuk menempuh rumahnya yang lumayan itu dari tempat penungguan bus.

Ia pun menoleh dan menatap jam yang bertenger di tangan kirinya. 15 menit, apa bisa? Bahkan untuk sampai ke sekolah saja dari rumahnya itu 20 menit, itupun kalau tidak adanya kendala yang harus ia hadapi.

ROSES [SAO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang