Yang sebenarnya terjadi.

56 5 1
                                    

“Breaking News! Polisi berhasil meringkus sekelompok remaja yang membawa 1 kilogram ganja, ganja tersebut diamankan sekaligus juga para remaja.

Selanjutnya, tadi sekitar jam 1 Kepolisian mengungkap siapa saja yang terjerat kasus Tabrak lari, penganiayaan orang tua, pemalakan dan penyelenggara balap liar lima kali berturut-turut dan berikut ialah foto-foto para pelaku!” Kata Presenter TV.

Foto-foto mereka terpampang jelas dilayar kaca, dan Andri mendapatkan wajah paling besar karena ketuanya.

“Mereka di nilai sangat berbahaya karena bayang-bayang mereka adalah Indra si Ketua kelompok Suar Pemuda yang dahulu sangat besar itu adalah ayah Andri, dan tidak mungkin Andri tak diajarkan bela diri yang mungkin kekuatannya sangat membahayakan sekitar, warga di peringatkan jika bertemu atau mengetahui keberadaan mereka diharap langsung memberitahukan kepada kepolisian dan jangan mencoba menangkap sendiri karena bisa membahayakan nyawa nanda sendiri, sekian berita dari saya terimakasih!” Tutup si Presenter.

“Yeaaaaaah masuk TV” Senang Andri sampai lompat-lompat.

“Aduhhhhhhhhh” Lanjutnya kesakitan karena lupa terkena luka.

“Diem dulu ihh kamu tuh ga dengerin aku sih

“Mantap woi masuk TV” Senang Setyo juga.

“Ko Lu pada seneng si harusnya kita panik sekarang gimana akses jadi susah kemana-mana, ke pasar aja gak bisa nanti makan gimanaa?!?!” Tanya Ezra yang sudah kepalang panik.

“Artinya kalau kita udah berhasil selesaikan semua ini pasti kita dapat keuntungan yang besar dari kepolisian ya walaupun dia gak mau ngakuin kalo mereka salah” Kata Cahyo.

“Ayo Bang Abang di makan dulu nih” Kata Zilla yang lewat depan mereka membawa makanan yang telah di masak para wanita.

“Pestaaaaaaaaaaa!!!! Makaaaan woii jangan sampe nyisaaaa” Kata Ale.

Sebab puas meringkus komplotan Rizal, suasana menjadi sangat ceria walaupun ketua mereka sedang sakit namun karena tak bisa berbohong atas kepuasan batin.

“Aku kapan telpon Ayah Bunda?” Tanya Fatimah.

“Oh iya” Kata Andri sambil menepuk jidatnya. “Cahyo jangan makan dulu deh, sini dulu Lu” Panggil Andri.

“Paansi ih gua mau makan ihhh lu malah ganggu” Kata Cahyo.

“Ini Fatimah mau nelpon Om Ikhsan, Lu tolongin dah ya!” Pinta Andri.

“Oh oke, Mau nelpon ke mana? Om apa Tante?” Tanya Cahyo. “Masukin nih nomornya” Lanjutnya.

Fatimah memasukkan nomor yang ingin dituju.

“Nahh dah nih tunggu aja diangkat” Kata Cahyo sambil menyodorkan hpnya.

“Lah gitu doang?” Tanya Andri.

“Iye, kan gua udah ganti nomor buat telponan” Jawab Cahyo enteng.

“Yeee anjir tau gitu mah gua ganti nomor aja!”

“Diem ih kamu teh ganggu aja nanti kalo diangkat terus ga kedengeran gimana cobaa!” Kesal Fatimah.

“Iya ma—”

“Halo Bunnn... Halooooo” Fatimah memanggil bundanya lewat telpon.

“Haloo... Ishhh kok ga ada suaranya sihh” Kata Fatimah.

“Iyaa.. Halo Kak... hahhhh... hahhhh” Jawab Diandra yang sedang ngos-ngosan.

“Bunda sama Ayah sehat kann?” Tanya Fatimah.

“Sehat kok Kak... hahhh... hahhhh” Jawab Diandra yang masih saja ngos-ngosan.

“Bunda kenapa sih? Kok ngos-ngosan gitu? Sakit? Minum obat Bun kalau sakit kan ada di P3K obat” Kata Fatimah.

“Nggak Kak, ini Bunda abis lari tadi sama Ayah baru pulang jadinya ngos-ngosan deh” Jawab Diandra.

“Haaa? Baru pulang lari? Udah jam 11 loh Bun padahal biasanya Bunda jam 9 udah pulang” Heran Fatimah.

“Iya tadi jauh sayang soalnya Ayah nemu tempat bagus banget jadi kita kesana ga naik kendaraan lari aja eh jauh banget” Jawab Diandra.

“Oh yaudah, Bunda jaga kesehatan ya Bun, oh iya Ayah mana Bun? Aku mau ngomong soalnya ga boleh lama-lama ini takut pulsa abis” Kata Fatimah.

“Yahh ga boleh lama-lama ya, padahal Bunda kangen banget sama kamu sama dede juga” kata Diandra murung.

“Hehe maaf Bun, yaudah aku titip salam aja ke Ayah, Ayah sama Bunda jangan telat makan ya biar gak sakit. Aku pasti sebentar lagi pulang kok”

“Iya Kak” Kata Bundanya dan langsung mematikan telepon tersebut.

“Udah Fat?” Tanya Andri.

“Udah”

“Yaudah ayo makannn” Ajak Andri.

•••

Di rumah Ikhsan.

“Udah telponan nya?” Tanya Ikhsan dingin.

“UDAH! KENAPA? KAMU MAU NANYA DIA ADA DIMANA? AKU GAK NANYA ITU!” Kata Diandra dengan nada yang tinggi.

Ikhsan menarik rambut Diandra “Harusnya kamu tuh nanya! itu bakal jadi informasi penting buat akuu!” Katanya dengan penuh penekanan.

“KENAPA KAMU JADI BEGINI? AKU DIIKAT DIBANGKU, KAMU MALAH SEENAKNYA JADIIN AKU KAYA HEWAN, DAN PARAHNYA KAMU SEKARANG PRO FATIMAH KE BIMO DAN ZILLA MAU KAMU KASIH KE —”

Ikhsan menutup mulut Diandra menggunakan lakban hitam. “berisik banget sih kamu, mau aku kasih Fatimah ke Bimo lagi kek, Zilla aku kasih ke Rizal yang ayahnya penjahat ulung nomor 1 di Indonesia terserah aku karena aku Ayah dari mereka”

“Mmmmmmm... Mmmmmmmmm” Suara Diandra yang seakan-akan teriak.

Tininunittininunit suara nada dering Ikhsan.

“Rizal, si bodoh ini ngapain nelpon, ganggu kemesraan gue sama istri gue aje” Katanya sambil membelai pipi Diandra yang tentu ditolak habis-habisan oleh Diandra.

“Kenapa?” Katanya ke telepon

“Ini Yah, Andri udah berhasil ngeringkus orang kita yang gebukin bapa-bapa dua minggu lalu, sekarang gue dipanggil ke kantor polisi buat penjelasan lebih lanjut” Kata Rizal.

“Yah Yah Yah otak lo payah! Tinggal berangkat aja ke sono ke kantor polisi terus bikin bualan biar polisi percaya kalo Andri itu pelaku sebenarnya, gitu doang gak bisa!”

“Mmmmmmmm... Mmmmmm...” Teriak Diandra yang seakan-akan meminta pertolongan namun sayang yang sedang berbicara dengan Ikhsan bukanlah orang baik.

“Yailah gitu doang marah, Lo ga dateng buat bantu gue? Eh itu suara apa Om?” Tanya Rizal.

“Berisik!” Kata Ikhsan kepada Diandra sekaligus menendang bangku yang diduduki Diandra. “Ini Istri gue, gue solatip mulutnya biar ga berisik soalnya dia ga setuju kalo Fatimah gua kasih ke Bimo dan Zilla gua lepas ke elu”

“Yaudah Lo solatip aja dah, gimana? Lo gak mau bantuin gue?” Tanya Rizal lagi.

“Ah emang ya otak lo payah! Kan elo yang laporan, semuanya pake nama lo ya pastinya elo lah! Segala nyuruh gue!” Kesal Ikhsan lalu mematikan teleponnya.

•••

Ditempat Rizal.

“Bangsat malah dimatiin!” Kesal Rizal juga.

“Ngape si Lu Bos?” Tanya Aldo.

“Gue mau ke Kantor Polisi, Lo berdua jangan kemana-mana”

“Bagi duit!” Pinta Evan.

“Yailahhh Lu bedua seakan-akan kaya anak gua dah anjim” Kata Rizal seraya meraba kantong jaketnya “Tuh” lanjutnya melempar uang yang masih terbalut amplop coklat.

“Nahhhhh gini dong, makasih Bos, yaudah lu ati-ati dah ya banyak begal diluar” Kata Evan memperingatkan bosnya.

“bacot ah” Respon Rizal yang mulai menjauh dari mereka berdua.

•••

Sampai di Kantor Polisi, Rizal langsung disambut oleh Polisi Wahyu dan diantarnya ke ruangan introgasi.

“Saya Wahyu yang akan menangani kasus Anda dan Ompong Tim” Kata Wahyu sekalian memberikan berkas perintah yang diberikan atasannya.

“Ya, saya paham” Jawab Rizal.

“Telah ada kejanggalan pada kasus ini, coba tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada rekaman suara ini” Pak Wahyu memutarkan rekaman suara yang dikirimkan Andri menggunakan identitas bodong ke sosial media kepolisian.

Rizal menelan ludahnya karena bingung harus apa setelah mendengar rekaman suara tersebut yang menyebutkan kode tim Rizal dan itu benar adanya.

“Bapa percaya sama perkataan Andri yang kasusnya banyak itu? Kan Bapak yang barusan ngasih harga buronan ke mereka ga tanggung-tanggung 500juta, emang Bapak pikir mereka bakal biasa aja? Walaupun Bapak Andri dulu katanya baik belum tentu anaknya juga baik, dia bisa aja kan bayar orang yang seolah-olah panik terus suruh ngomong yang nggak-nggak biar saya yang mau negakin keadilan malah jatoh, dan bukti paling besar kalau Andri yang ngelakuin itu adalah dia keluar dari Bogor, dia ga ada dirumahnya yang sekarang. Kalau dia ga bersalah pasti dia biasa aja kaga kaya pengecut gini” Jelas Rizal dengan penuh kepanikan dan kebohongan.

“Ah udah ah saya pulang aja dari pada disini buang-buang waktu sama Polisi kaya Bapak!” Lanjutnya dengan sangat terburu-buru.

•••

Kembali ke Andri.

Mereka selesai makan dan Tiyo dan kawan-kawan hendak pulang.

“Sebentar” Kata Andri yang langsung membuat mereka semua berdiam diri.

Bruggg

Andri melemparkan tas yang berisi uang untuk Tiyo dan kawan-kawan.

“Bawa tuh duit buat kalian” Kata Andri.

“Wahhhhh”

“Duit beneran inii”

“Ga kebayang dapet duit banyak begini”

Senang mereka yang mendapat rezeky nomplok.

“Beberapa hari lagi kalian bisa gerak lagi kan?” Tanya Setyo.

“Emang mau kemana lagi Mas?” Tanya teman Tiyo.

“Batang”

Ompong Si Traveller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang