"Bang, mimpi bukan sih gue jadi istri Fadil." Caca masih meratapi nasibnya, di nikahkan dengan Ketua Osis yang dibenci.
"Ck. Emang lo doang. Masa iya gue punya adik ipar musuh gue." Fikoz terus menggerutu dan marah marah sedari tadi.
Putra menatap sendu perempuan tomboy itu. Bohong jika seorang Putra Geovano Syajid tidak jatuh cinta. Saat memeluk Caca di rumah sakit, dan banyak yang lainnya. Menatap Caca, seakan dia menatap kekasihnya.
"Selamat, Ca," ucapnya.
Hanya anak inti Garuda dan guru-guru yang tau berita itu. Dan anehnya orang tua Caca malah mendukung dan sangat senang.
"Seneng banget kalo mamih punya cucu," gumam perempuan itu dengan memeluk anak pertamanya, Fikoz.
"Mih, kecekik leher gue mih," teriak nya.
"Selamat, Ya," ucap Geysa memeluk sahabatnya itu.
Acara memang dilakukan di rumah Caca, dengan Bu Gea, Vela, dan anak garuda Inti. Dan dua sahabat Caca, yaitu Geysa dan Leyfa.
"Caca selamat... Aneh banget ya, yang hamil Geysa yang nikah Caca," ucap Leyfa.
Jelas sedikit menohok hati Geysa, mata itu melirik ke arah Giorlan yang sedari tadi tak bicara, hanya sekedar bergumam saja.
"Kalo suruh milih pun, gue pilih Geysa," ujar Fadil saat orang tua Caca sudah pergi ke belakang.
Giorlan menatap tajam ke arah sepupunya itu. Jujur ada rasa tak rela jika Geysa menikah dengan Fadil. Meski dia sendiri tak mau menikahi wanita yang tengah mengandung anaknya.
"Sa, makan yang banyak biar sehat," ucap Putra memecah kecanggungan.
"Makasih, Kak," jawab Geysa tersenyum manis.
"Mau kemana, Lan?" tanya Zayyen saat melihat Giorlan berdiri hendak pergi.
"Beli rujak," jawabnya datar.
"Ngidam lo? Padahal lo paling gak suka rujak." Geysa hanya tersenyum senang, Giorlan dapat merasakan nya.
"Kenapa Sa? Senyum senyum. Lo jualan rujak?" tanya Leyfa.
Fikos menyumpal mulut Leyfa dengan roti yang di pegang nya.
"Awas lo!" ujar Pajri menatap Fikoz sinis, karena bisa-bisa roti dia melukai Leyfa, kekasihnya.
"Sa, mau gue anter?" tanya Putra.
Geysa nampak berfikir untuk menjawab.
"Gak usah, aku bisa naik angkot," jawab Geysa ramah.
"Gak baik naik angkot nanti kalo ada jambret!" cegahnya.
"Apanya yang mau dijambret?" jawab Geysa terkekeh.
"Udah nurut aja. Febi latian basket, gak bisa jemput lo. Kasian anak lo. Udah ayo!" ajak Putra langsung menggandeng tangan Geysa.
"Gue curiga. Putra bapak tuh bayi," gumam Pajri.
"Kalem begitu!" jawab Zayyen.
"Geysa juga kalem." sahut Fikoz.
"Kenapa lo malah nyalahin Putra! Lo fikir kalian nyontek siapa pas ulangan? Orlan? Mana boleh dia. Kalo duit baru gak pelit," bela Zayyen.
.
.
.
"Sa, makan dulu, Yuk!" ajak Febian saat melihat Geysa sibuk merapikan ruang tamu."Tadi udah makan, diajak Kak Putra," jawab Geysa.
"Owh. Padahal gue udah masak kesukaan kamu," ujar Febian sedikit kecewa.
"Kak Febi, maaf ya. Kak Febi baik banget sama Geysa," ucap Geysa merasa tak enak hati pada Febian.
"Gak pa-pa," jawab Febian mengacak acak rambut Geysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIORSA (End)
General Fiction"Gue gak bisa tanggung jawab. Masa depan gue masih panjang," •ENDING CERITA YANG TIDAK DISANGKA •CERITA ANTIMAENSTREAM -Cinta beda agama -Pernikahan paksa -Genk Garuda -Benci jadi cinta -Psychopat -TEKA TEKI