Tolong banget tinggalin jejak...
Sarapan pagi untuk Geysa, menyiram tanaman belakang rumah, luas tentu saja. Bahkan dua jam baru kelar hanya untuk menyirami. Febian mengantar ibunya ke pasar, tentu tante nya itu merasa bebas untuk memperlakukan Geysa. Dan, Febian meskipun laki laki entah kenapa sangat happy bila diajak ke pasar.
Geysa harus menuruti kemauan tante Febian itu untuk mendapatkan sarapan pagi. Menyiram tanaman untuk sarapan, menyapu untuk makan siang, dan mengepel untuk makan malam. Febian tak tau hal itu.
"Assalamualaikum,"
Geysa segera mencari sumber suara itu.
"Sefia?" gumam perempuan itu sedikit kaget.
Perempuan bernama Sefia itu menggunakan dress diatas lutut, bedak tebal, lipstik merah yang menambah kesan mewah. Hampir mirip dengan penampilan tante dari Febian.
"Bagaimana mau ngambil harta Febian. Dia aja tinggal disini!" ucap perempuan itu.
"What! Duh gimana dong? Padahal udah hampir finish?" ujar Sefia.
Geysa melongo, bukan kah rumah Febian? Lalu kenapa jika Febian menempati rumahnya?
"Entahlah, kakak pusing!"
Tak lama kemudian Sefia pulang, dan Febian kembali dari pasar. Yang benar saja, laki laki itu membawa 3 kantong kresek yang besar, belum lagi ibunya.
"Hey, Febi! Belanja apaan banyak banget?"
"Kaya gak tau keponakan mu aja, hobby belanja," jawab ibunya.
"Geysa!"
Geysa segera berlari kebelakang dan memberesi selang di sana. Tapi Febian lebih dahulu menemukan Geysa.
"Ngapain? Kok nyiram sih?"
"Nyiram apaansih? Dia baru bangun. Tante juga kasian, tambah dia belum makan. Yaudah tante siram tanaman sama nyapu. Capek banget. Gak ada uang buat sewa tukang kebun. Akhir-akhir ini tante yang bersihin sendiri." Ucap tante-tante itu yang datang tiba tiba.
"Kenapa Tante gak bilang sih? Kan bisa Febi transfer," ucap Febian.
"Takut ngrepotin Febi," jawab perempuan itu.
Ibu paruh baya, tak lain Ibu Febian hanya mengamati dari jauh. Sedikit tak percaya, sangat tidak mungkin Geysa bangun jam 9 padahal dia tidak kenapa napa. Biasanya anak itu sangat rajin. Dan soal uang itu, dia mentransfer tiap minggu.
"Febi, Geysa, makan dulu yuk!" ajak wanita paruh baya tersebut.
GIORSA
Kelima laki-aki tertidur pulas, bangun tadi pagi untuk sholat Shubuh. Dan kini mereka tertidur kembali. Hari Minggu, bebas untuk mereka, meski ada jadwal yang mereka lupakan untuk hari ini. Tak perlu bangun cepat-cepat agar tidak terlambat, walau tiap hari terlambat.
"Den! Bangun atuh! Mau bibi bersihin. Liat ini tempat mewah tapi berserakan gini," teriak Bi Sit.
Giorlan membuka matanya perlahan. Lalu bangkit, meski kepalanya masih sedikit pusing. Lalu laki laki itu kembali tidur tidak jadi untuk bangun.
"Den Orlan tidur aja. Maksud bibi teh curut-curut ini," jawab Bik Sit menatap teman teman Giorlan.
Putra membuka matanya lalu beranjak ke kamar mandi.
Tak sengaja menginjak jari Fikoz yang tidur terlentang di lantai.
"Aw!" teriak nya.
Putra yang masih sedikit mengantuk terlonjak kaget dan malah tersandung Zayyen dan jatuh menimpa Pajri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIORSA (End)
General Fiction"Gue gak bisa tanggung jawab. Masa depan gue masih panjang," •ENDING CERITA YANG TIDAK DISANGKA •CERITA ANTIMAENSTREAM -Cinta beda agama -Pernikahan paksa -Genk Garuda -Benci jadi cinta -Psychopat -TEKA TEKI