Giorsa#13

4K 210 3
                                    

Sampai saat ini, bulan ke tiga Giorlan di rumah sakit. Tetapi lelaki itu belum juga sadarkan diri. Berkali kali Geysa menjenguknya, tapi tetap sama. Bahkan Geysa harus diam-diam untuk masuk, karena orang tuanya tidak mengijinkan Geysa menemui sahabatnya itu. Adijaya tidak mempermasalahkan hal itu, namun istrinya.

Geysa masih menatap layar monitor. Anaknya sangat lincah dan sehat. Andai kan Giorlan menemaninya untuk USG.

"Kak Febi, aku pengen jenguk Kak Gior,"

Geysa menatap Febian dengan penuh harap, agar laki laki tersebut mengijinkan.

"Tapi, jam segini ada Mama."

Memang anak Garuda biasa menyebut ibu Giorlan dengan panggilan Mama. Meski sebenarnya Giorlan jarang bersama mamanya, tapi teman-teman nya sangat akrab. Entah mengapa hubungan Giorlan dengan ibunya tidak seperti kebanyakan orang-orang, bahkan temannya lah yang lebih dekat dengan Adinda, kecuali Putra.

"Gapapa, aku berusaha bujuk,"

Akhirnya Febian mengalah dan mengantarkan Geysa ke rumah sakit yang dirilis oleh keluarga Adijaya.

Geysa sebenernya takut untuk menemui perempuan itu, ditambah sedang hamil jadi tentu saja terlihat buruk menurut perempuan itu. Meski dia sebenarnya mengandung cucu perempuan itu.

"Assalamualaikum, Tante."

Geysa menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, dengan ogah-ogahan perempuan itu menyodorkan tangannya. Setidaknya anak itu adalah anak dari teman nya dulu.

"Mau ngapain?" tanyanya to the point.

"Mau ketemu Kak Gior, Tante," jelas Geysa pelan.

"Apakah suami kamu gak marah kamu menemui putra saya?" tanya wanita itu.

Geysa tau, wanita itu tengah menyindir. Bahkan dia tau, jika Geysa tak memiliki suami, lalu kenapa bertanya seperti itu.

"Kak!" Geysa memegang tangan pucat itu. Masih dalam pengawasan ibu Giorlan.

Geysa mengarahkan tangan laki laki itu ke perutnya. Saat bayi itu menendang dari dalam. Setidaknya Geysa lega, kenapa tendangan nya sangat keras saat tangan laki laki itu menyentuh perutnya.

"Hey apa apaan kamu! Mau ngaku-ngaku? Kalau bayi itu anak putra saya?! Gak usah licik kamu! Hampir semua perempuan pengen sama Orlan, tapi gak licik seperti itu!"

Perempuan itu menarik paksa Geysa hingga terjungkal kebelakang. Geysa meringis dan menahan nyeri di perut nya.

"Geysa!"

Febian langsung menggendong Geysa ala bridal style dan membawanya menemui dokter kandungan. Untung saja fasilitas disana lengkap.

"Pak, anda tepat waktu membawanya. Kalau tidak mungkin tidak tertolong," ucap dokter itu membuat Febian sedikit lega, meski ada rasa geli dipanggil seperti itu.

"Iya, Dok... Makasih."

"Lebih baik dirawat dulu," ujar dokter itu.

"Siapkan ruang VVIP,"

Febian masih setia menemani wanita itu, begini kah perjuangan seorang ibu. Febian sebenarnya ingin mencari siapa bapak dari bayi Geysa, namun lebih baiknya secara diam-diam. Waktu itu Febian sudah berunding dengan Putra, namun sepertinya Putra tidak ingin dibantu, bukan karena apa, hanya saja takut menimbulkan curiga.

"Owh, ruang VVIP? Dapat uang darimana? Mlorotin harta Febi?"

Geysa yang baru sadar, ditodong pertanyaan seperti itu.

"Kenapa? Saya udah anggep dia adik saya. Saya tau, mama Adinda itu kaya. Tapi gak gini caranya," sahut Febian kepada perempuan paruh baya itu, yaitu Ibu Giorlan.

GIORSA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang