2. Kilovegram

158 28 18
                                    

Minggu pagi ini cerah dan ceria. Tidak perlu ke sekolah dan hanya bermalas-malasan di rumah. Arial duduk berselonjor di ruang tamu sembari melihat-lihat aksi kocak netizen di Tiktok, membaca status di Facebook, dan cuitan di Twitter. Arial beralih menonton streaming You Tube anime kesukaannya.

Arial terkekeh saat sosok penjahat muncul seperti monster ikan buntal. Berbadan gendut, giginya tajam tak beraturan, matanya sebesar bola ping pong yang mau keluar dari rongga mata. "Gimana mau lari dari serangan kalau badan segede gitu?" celetuk Arial.

"Arial, tolong bawain pesenan Mami di rumah Tante Mira," ujar Mami dari dapur. Mendadak suasana hati Arial menjadi suram.

"Suruh Bang Ravie aja, ini filmnya lagi seru," Arial beralasan. Sungguh malas harus bertemu dengan Panda jadi-jadian.

Suara jatuh tutup panci stainless terdengar dari dapur dan maminya mengomel pada Kitty yang nakal melompat ke meja makan. "Kakak kamu masih di Gasibu olahraga sama Papi. Mami minta tolong ya, Sayang."

"Iya deh, Mam." Arial terpaksa bangkit.

Berjalan ke depan rumah dan menyeberang jalan tidak susah, tetapi masuk ke rumah tetangganya yang membuat langkahnya berat. Arial bergeming di depan pagar oranye rumah Tante Mira, menghela napas sebelum memencet bel. Beberapa saat kemudian Tante Mira membuka pintu dan menyambutnya.

Arial dibawa masuk dan membuntuti ke dapur. Setiap ke sini, dapur ini selalu wangi dengan aroma kue. Aroma mentega, telur, berpadu manisnya cokelat yang dipanggang menjadi alasan yang bisa disisihkan ia mau datang kemari.

Arial duduk di salah satu kursi meja makan, memperhatikan Tante Mira yang cekatan mengeluarkan loyang dari oven. Brownies berwarna gelap terlihat mengepulkan asap dan aromanya memanggil-manggil. Secara fisik, Tante Mira berperawakan gempal dan tidak terlalu tinggi. Memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Tante, Vanda mana?" Ketika melewati ruang tengah, Arial tidak bertemu cewek menyebalkan itu. Paling juga belum bangun.

"Vanda masih tidur," sahut Tante Mira, tuh 'kan benar. "Kamu bangunin, gih. Anak gadis belum bangun jam segini."

***

Arial menaiki tangga dan sengaja tidak mengetuk kamar Vanda. Bibirnya mengulas senyum jail melihat peluang balas dendam. Ia malah melongo ketika membuka pintu kamar. Posisi tidur Vanda lebih kacau dibanding kakaknya. Tangannya di atas kepala, kakinya terkangkang, mirip korban tabrak lari di TKP.

Siapa bilang dia imut dan manis? Mereka belum tahu kalau Vanda tidur kayak gimana? Tuh, lihat saja sendiri!

Tidurnya ngorok, mulutnya nganga, ileran lagi, beleknya segede bakso. Ih, jijik!

"Vanda, bangun!" Kaki Arial menoyor paha Vanda yang segede tabung gas, perutnya sebuncit gentong. Tidak ada tanggapan. Membangunkan Vanda memang sesulit membangunkan Panda yang malas. "Dasar Panda!"

Tatapan Arial ke meja di samping tempat tidur. Handphone Vanda tergeletak dengan phone case panda yang tersenyum memanggilnya. Sejenak Arial melirik Vanda lagi. "Oke, aku pinjam jari kamu bentar." Arial menempelkan telunjuk Vanda ke handphone untuk membuka tombol kunci.

Arial langsung membuka aplikasi instagram milik Vanda dan berdecak ketika melihat jumlah followers-nya. "Lima ribu orang ini pasti orang-orang yang pernah ditindas dan menjadi sekutu Lambe Turah."

Arial melihat-lihat postingan Vanda yang konsisten memposting dirinya sedang mencicipi makanan, mengomentari banyak hidangan restoran, atau sekadar foto makanan itu sendiri.

"Nah, biar mereka dapat asupan gosip bergizi penuh lemakmu." Arial cekikikan ketika mengambil foto Vanda yang sedang tidur dan mem-posting ke akun instagram milik cewek itu dengan hastag Kilovegram.

"Rasain jadi bahan ledekan orang-orang."





Vanda like as PandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang