"Your enemy has been slain."
Sepuas itu saat berhasil mengalahkan lawan dalam permainan Mobile Legend, sama halnya dengan Vanda yang tidak masuk sekolah hari ini. Kemarin cewek itu langsung pulang dijemput mamanya setelah insiden pingsan di kelas.
Bayangkan!
Cewek itu melewatkan ulangan harian Matematika. Tidak perlu berangkat sekolah dan les bersama. Tidak masuk selama dua hari.
Dua hari.
"Double kill."
Arial masih melanjutkan permainan game online bersama keempat teman lesnya. Mereka memasang raut serius, duduk melingkar dalam ruang les yang sebagian sudah bubar setelah jam kursus Bahasa Inggris selesai. Cara party anak zaman now hanya butuh gadget dan kuota internet.
***
Suara bising kendaraan mulai sepi begitu motor ojek daring berbelok memasuki komplek Kopo Permai daerah Bandung. Arial berhenti di depan gerbang rumahnya bertepatan dengan Tante Mira yang membuka pintu.
Tante Mira melambaikan tangan memanggilnya. Arial melangkah melewati gerbang rumah Vanda. "Tumben baru pulang jam segini?" tanya Tante Mira karena langit sudah hampir gelap.
"Tadi keasyikan main game di tempat les, Tan."
Tante Mira manggut. "Tante buat puding, ada jatah buat kamu. Kalau mau diambil sekarang boleh."
Arial menyeringai hingga lesung pipinya menyembul. "Oke, Tante. Vanda udah sembuh?"
"Udah, besok dia masuk sekolah." Tante Mira menekan tombol kunci mobilnya. Arial cekatan mendorong gerbang terbuka lebar.
"Tante ada perlu dulu, kebetulan ada Ronald di dalam. Pintu rumah nggak dikunci, ya."
***
Piring plastik menggelinding ke kaki Arial begitu dirinya masuk ke ruang tamu. Emping bertaburan di lantai.
Demi pesumo yang pakai mawashi. Mulut Arial ternganga melihat Vanda dan Ronald bergulat di lantai memperebutkan remot teve. Mereka berguling, remot terlempar, tungkai saling membelit. Ronald memiting tubuh Vanda, memerangkap dengan tubuhnya yang besar. Vanda terlihat kepayahan melawan.
Tidak ada waktu untuk berpikir. Arial berlari menghampiri, menginjak emping di lantai, tersandung kakinya sendiri, tersungkur.
Ricuh.
Arial berlutut di samping Vanda dan Ronald, tangannya mengentak-entakkan lantai sembari menghitung mundur. "3 ... 2 ... 1 .... Teng! Ronald menang!"
Arial menyerahkan remot kepada Ronald seolah piala. Ronald melepaskan belitan lengannya, berdiri dengan wajah pongah, sementara Vanda terkapar dengan napas terengah.
Ronald tertawa dan menampar bahu Arial seolah mereka berteman paling akrab.
***
Pertama kali Arial bertemu sepupu Vanda yang seumuran saat libur akhir semester kelas 2 SD. Ronald yang tinggal di daerah Lembang hanya berjarak 18 km dari rumahnya, rutin datang sebulan sekali. Waktu itu, Arial baru saja disunat dan Vanda menakutinya kalau sepupunya itu kejam, Ronald akan menaburi garam di atas anunya, efeknya akan seperti lintah diberi garam. Arial sampai mengompol dan menangis keras tidak mau diajak menginap.
Ronald berwatak kasar dengan suara lantang, bahkan badannya lebih gendut dari Vanda. Malam itu, Vanda berebut bantal peyot yang dibawa Ronald. Bantal peyot kesayangan Ronald akhirnya rusak, isi dakron lembut berhamburan ke lantai.
Kejadian rusaknya bantal peyot dimanfaatkan Arial untuk bersatu padu mengadu kepada Tante Mira agar Vanda dihukum dan tidak mendapat jatah sup kepiting. Sejak saat itu, Ronald dan Arial menjadi tim. Intinya, Arial berlindung pada panda yang perkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanda like as Panda
Teen FictionBagaimana jadinya kalau kamu menjadi objek penindasan Vanda? Bagi Arial, Vanda nggak seimut dan semanis Panda seperti yang dikata orang. Dia cewek galak, pemalas, kasar, dan si Ratu Tega yang merasa bisa mengintimidasi seluruh dunia. Bagi Vanda, Ar...