12. Debtcollec-love

50 13 3
                                    


"Arial, pinjam handphone-mu, dong." Janet menghampiri Arial yang sedang mencatat hasil pengamatan tugas IPA di bawah pohon mangga bersama Vanda dan Odit. Tugas kelompoknya sendiri sudah selesai.

Arial mendongak, melihat Janet menyeringai memamerkan behel barunya. Rambut cewek itu hari ini dikucir dua ala Shizuka dalam animasi Doraemon. "Untuk apa?"

"Mau buka Ig kamu buat like foto aku." Janet tersenyum manis.

Astaga! Kemarin. Arial, like fotoku, ya. Tadi pagi, posting foto baru harus like. Kebiasaan anak-anak cewek itu, setelah unggah di sosial media langsung meminta cowok di kelas untuk beri tanda love . Harus.

Bagi mereka, jumlah love dalam setiap unggahan seperti perang dingin tingkat kepopuleran. Sering ia mendengar cewek marah-marah hanya karena jumlah like-nya sedikit. Bahkan, sepertinya ada ketentuan tidak boleh kurang dari setengah jumlah pengikut. Arial ingat Vanda pernah mengejar-ngejarnya hanya karena ketahuan meng-unfollow akunnya.

Arial tidak pernah masuk geng populer. Mendribel bola basket sambil berjalan saja tidak bisa, apalagi soal tampang yang settle down. Akun sosial medianya untuk mengagumi Luna.

"Mana? " Janet masih menatapnya seperti Doraemon yang akan mengeluarkan benda canggih dari saku ajaib. Arial merinding jikaVanda yang meminta pasti akan langsung merebut tanpa memberi pilihan. Killer bin nazong.

"Mintanya seikhlasnya, tapi maksa," gumam Arial sembari menyerahkan handphone-nya kepada Janet. Jika di masa depan orang-orang butuh revolusi para penagih utang, bibit-bibit baru sedang tumbuh, dan bisa merekrut teman-temannya.

Vanda yang sejak tadi asyik mengorek-ngorek tanah dengan ranting akhirnya berhasil menemukan cacing tanah besar. Ia mengangkat satu alisnya dan tampak sangat jail. Tanpa aba-aba, mengambil cacing itu dan memasukkan ke bagian leher belakang seragam Arial.

Arial terkesiap, menelaah apa yang baru saja dimasukkan Vanda ke bajunya. Lalu, sesuatu menggeliat, dan tanpa bisa ditahan Arial berteriak sambil melompat-lompat. Gerakannya panik saat menarik kemejanya. Pak Guru menghampiri, gema tawa teman-teman sekelas menyusul.



296 word

Vanda like as PandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang