20. Love-line

43 12 0
                                    


Hari perpisahan kelas 9 tiba setelah hampir tiga minggu persiapan. Lapangan utama SMP Yudistira telah dipasang panggung. Kebaya dan jas dikenakan kakak kelas mereka, sementara adik kelas hadir bagi yang mengisi acara.

Vanda pergi ke toilet mencuci tangannya yang terkena lipstik. Melihat pantulan dirinya di depan cermin mengenakan kebaya hitam terusan selutut.

"Maksud Bu Winda pasti tersirat saat memilih kamu jadi penyanyi solo paduan suara kelasnya," terdengar suara culas dari ambang bilik toilet. Luna berdiri dengan gaun putih seperti bidadari, kelas mereka menampilkan drama singkat.

Vanda mengedikkan bahu, isyarat ketidakpedulian, tetapi justru dalam dirinya sangat penasaran.

"Kamu itu mirip gajah yang akan berdiri di atas panggung." Luna tertawa.

Tawa yang tidak pernah terdengar tulus. Jika bukan karena tidak mau merusak kebaya yang dipesankan mamanya, Vanda akan merangsek maju dan menjambak rambut Luna.

"Tapi aku akan senang nonton seperti film Sing." Luna melewati Vanda. "Semoga kamu bisa nyanyi sebaik gajah Meena."

Vanda tampak terlalu malu atau terlalu marah untuk dapat menyusun sebuah kalimat yang masuk akal. Mulutnya terbuka, tetapi hanya suara tertahan yang keluar.

***

Wajahnya merengut muram. Lupakan saja. Vanda tidak akan naik ke panggung itu. Lalu sebuah botol dingin menempel ke pipinya. Vanda mendongak, melihat Arial berdiri membelakangi cahaya matahari.

"Kok, malah duduk di taman? Yang lain nyariin."

Vanda bukan cewek yang mudah menangis, bahkan mungkin tidak pernah, tetapi Arial mendapati wajahnya semerah buah bit. Sayangnya, suara Luna terdengar jelas saat Arial sedang di toilet yang letaknya bersebelahan.

Urusan patah hatinya belakangan, tetapi Vanda tidak boleh merasa rendah diri.

"Van, kamu memang nggak pintar kayak aku, tapi suara kamu paling bagus dibanding teman-teman sekelas. Kamu juga berlatih paling keras, sayang kalau kamu tiba-tiba sakit perut sampai pingsan lagi." Arial terkekeh, lalu mengulurkan tangan. "Ayo, bentar lagi kelas kita tampil."

Vanda memalingkan wajah, lalu menerima uluran tangan itu.

Vanda like as PandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang