SMP Yudistira memang berada di dekat alun-alun Bandung. Letaknya sangat strategis untuk membolos kerena dekat masjid agung kota, mal, aneka lapak makan, bahkan taman. Namun, jika terlihat satpam di jam sekolah, maka akan ada laporan ke sekolah.
Ada kantin terkenal di sebelah sekolah. Saking terkenalnya, siswa-siswa dari sekolah lain yang sedaerah sering makan di kantin ini. Namanya Kantin Kabayan, masakannya enak dan murah. Selogan legendanya sampai dibuat papan dan ditempel di dinding bertuliskan, "Nasinya tidak dihitung."
Jika ada orang baru yang saat bayar keheranan kenapa nasinya tetap bayar? Kang Kabayan cuman menjawab, "Ya, masa nasinya dihitung, kapan selesainya?"
Setelah berebut dan berhasil mengusir cowok-cowok dari meja, Vanda duduk bersama dua temannya di meja paling ujung dekat gazebo. Janet asyik makan ayam bakar, Odit kepedasan dengan seblak tulang pesanannya, dan Vanda jajan banyak sekali. Ada batagor, siomay, cilok, cilor, tahu bulat, dan cemilan lain. Uang jajan Vanda bertambah karena Arial dengan penuh keterpaksaan memberikan sebagian uang sakunya selama sebulan untuknya.
Mereka mengenali teman satu sekolah dari kelas 7C, Luna dan teman-temannya duduk bergabung ke meja yang ditempati Vanda. Baru saja cewek itu duduk, banyak anak cowok yang mulai cari perhatian dan mendekat secara terang-terangan. Ada yang menawarkan makanan atau minuman, ada yang mau bayarin, ada juga yang sekadar muji-muji doang.
Luna, cewek populer dari SMP Yudistira yang bahkan diincar anak SMA. Wajahnya ada campuran Arab, kulit Luna kuning langsat, mata cokelatnya sekelam biji kopi, hidungnya semancung paruh burung, bibirnya merah muda sewarna kuncup mawar, dan badannya tinggi langsing. Dia juga pernah masuk majalah remaja sebagai model. Tak heran jika pilih-pilih teman dalam bergaul.
Janet yang duduk di sebelah Luna dengan santai menawarinya cemilan. "Mau kacang?"
Luna tersenyum, menyibakkan rambutnya. "Enggak, ah. Makasih," ucapnya manis. "Kacang bikin gemuk."
"Oh, ya?" tanya Janet sedikit kaget karena suka makan kacang. "Masa, sih?"
Luna melirik kepada Vanda sembari berkata, "Buktinya, lihat aja gajah." Tawa tanpa humor keluar dari bibir imutnya diikuti cekikikan dari teman-teman lain.
Vanda menoleh dengan gaya cuek. "Faktanya, tempe itu terbuat dari kacang juga," balasnya dengan suara lantang, lalu menyeruput es tehnya.
Tangan Luna tidak jadi menyuap tempe mendoan ke mulutnya.
Note: Tema part ini sesuai judul. Trims.
Daily event PseuCom
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanda like as Panda
Teen FictionBagaimana jadinya kalau kamu menjadi objek penindasan Vanda? Bagi Arial, Vanda nggak seimut dan semanis Panda seperti yang dikata orang. Dia cewek galak, pemalas, kasar, dan si Ratu Tega yang merasa bisa mengintimidasi seluruh dunia. Bagi Vanda, Ar...