Di dunia ini mungkin banyak orang sial, tetapi orang yang paling sial adalah orang yang lahirnya di 'Balikpapan', besarnya di 'Palu', lalu matinya di 'Sorong'.
Arial teringat kalimat lelucon yang ditulis di media sosial. Kalau saja penulis itu menjadi teman Vanda, pasti dia merevisi tulisannya menjadi, "Orang yang paling sial adalah orang yang menjadi objek penindasan Vanda."
Tangan Arial dengan malas mengaduk gula di cangkir tehnya. Aroma telur dadar yang sedang digoreng oleh maminya untuk sarapan tidak menggugah selera. "Mam, Arial bisa nggak pindah sekolah aja?"
Maminya langsung menoleh, menghentikan aktivitasnya, dan menatap putra bungsunya yang berusia 13 tahun itu. "Ada apa?"
"Karena hari ini ada ulangan Matematika," jawab Arial. Benaknya memikirkan bagaimana memberitahu hari-hari buruknya di sekolah gara-gara cewek gendut yang kejam bernama Vanda.
Alis maminya mengernyit. "Kalau besok ada ulangan IPA, Bahasa Inggis, kamu minta pindah lagi?"
"Kita pindah rumah aja, deh," sahut Arial.
"Memangnya kenapa?" tanya maminya tenang.
Arial diam beberapa detik. "Soalnya aku nggak mau tetanggaan sama Vanda."
Maminya menggeleng-geleng dan tertawa. "Kenapa, Sayang? Vanda kan baik, nggak pelit lagi. Dia sering ke sini untuk ngerjain tugas bareng, sebentar lagi pasti datang untuk ngajakin berangkat bareng."
Arial menutup mulutnya rapat-rapat. Persis seperti yang diduganya, begitulah penilaian maminya kepada Vanda. Akhirnya Arial harus menyelematkan diri sendiri.
***
Vanda duduk sambil meremas perutnya yang sakit. Hari pertama periode datang bulan sungguh menyiksa. Perut bagian bawahnya serasa diremas dan ditusuk-tusuk bergantian, pinggangnya sampai sakit. Peluh membasahi pelipis Vanda, mulutnya mendesis menahan sakit.
Rasanya tidak sesakit ini sebelum berangkat sekolah, mungkin karena Vanda meneguk banyak air hangat. Seharusnya hari ini bolos saja.
Janet yang duduk di sebelah Vanda menoleh. "Kamu kenapa, Van?" tanyanya khawatir.
Bibir Vanda terasa lengket hingga tidak bisa membuka. Rasa sakit di perutnya menjadi tak tertahankan, ia membungkuk, lalu jatuh dengan pandangan menggelap.
***
Bau minyak kayu putih menyengat di bawah hidungnya. Perlahan Vanda membuka mata, di sampingnya bu guru duduk mengawasinya. Pandangan Vanda menatap sekeliling, tubuhnya berbaring di matras ruang Unit Kesehatan Sekolah.
Bu Nena, guru IPS yang mungkin sedang tidak ada jadwal mengajar membuatkannya teh manis. Vanda mengusap wajahnya yang basah, matanya perih. Pintu ruang UKS diketuk, lalu kepala Arial menengok dari balik pintu.
Arial masuk dengan membawa tas milik Vanda. "Bu, ini tasnya Vanda," ucapnya kepada Bu Nena, menaruh tas di meja samping jendela.
Arial menghampiri Vanda. "Ya, ampun, Van, kamu pingsan bikin panik sekelas. Untung lantainya nggak retak." Arial memperhatikan wajah pucat temannya. "Tadi yang gotong sampai delapan orang ...."
"Arial," tegur Bu Nena sembari membantu Vanda meminum teh manis hangat. "Jangan diledikin temannya."
Arial mengangguk. "Tadi aku udah telepon Mama kamu sama minta izin pulang dari piket." Ia menyerahkan surat izin pulang karena sakit kepada Bu Nena, lalu pamit untuk kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanda like as Panda
Teen FictionBagaimana jadinya kalau kamu menjadi objek penindasan Vanda? Bagi Arial, Vanda nggak seimut dan semanis Panda seperti yang dikata orang. Dia cewek galak, pemalas, kasar, dan si Ratu Tega yang merasa bisa mengintimidasi seluruh dunia. Bagi Vanda, Ar...