4.TERPAKSA BOLOS PART 1

164 45 9
                                    

"Ishh Febi! selapasin tangan aku! Sakitt tauu!" rengek Erna sambil menarik tangannya untuk lepas dari cengkraman Febi, namun cengkraman itu sangat kuat.

"Febii ihh!" kessal Erna dengan berusaha melepaskan cengkraman dari Febi yang begitu susah.

"Apa berani ngebantah hah?!" tanya Febi dengan tatapan tajam "kenapa diyem?" tanya Febi sambil menatap Erna yang merunduk.

"Nggak" ucap Erna yang masih merenduk, dan di tarik lagi oleh Febi.

Sesampainya di ruangan yang begitu sepi.  Erna melihat ke kanan dan kekiri tidak ada siapapun kecuali dirinya dan Febi. Begitu pun dengan ruangan nya yang sudah berdebu dan dibanyakin sarang laba laba, meja yang berantakan, kursi yang reot dan masih banyak lagi barang barang yang rusak.

"Ini ruangan apa?" tanya Erna pada Febi yang sedang membersihkan dua kursi dan satu meja.

"Ruangan kosong" jawab Febi dingin ,dan fokus ke membersihkan meja dan kursi.

"Ishh jawab yang bener ngapa kali-kali" ucap Erna sambil mendengus kesal.

"Ini ruangan laborotarium dulunya, karna ada dana dari bantuan kabupaten jadi bikin ruangan baru, soalnya yang ini atap nya udah pada bocor" ucap Febi dengan sedikit menjelaskan, dan sambil mengepruk ngepruk kedua tangannya yang kotor.

"Ehh jan digituin tangan nya" ucap Erna yang membukakan resletingnya dan mengambil sesuatu, yang mebuat Febi mengenyit.

"Kalau tangannya kotor itu, cuci tangan, kalau enggk pake antis, atau pake tisu basah. Jangan  di gituin, nanti kalau kamu makan yang ada kumannya pada nempel di makanan kamu, dan bisa menyebkan keracunan" ucap Erna sambil membersihkan tangan Febi yang sedikit kotor terkena debu-debu.

"Sejak kapan lu nyeramahin gw?" tanya Febi pada Erna yang masih membersihkan tangannya.

"Barusan" ucap Erna asal.

"Truss lu ngapain bawa-bawa tisu basah segala, gambar bayi lagi" ucap nya yang mebuat gerak-gerik tangan nya Erna berhenti dan menatapnya.

"Ya buat jaga-jagalah, nih ya kalau misalkan tangan aku kotor aku suka pake ini, makanya jadi anak itu harus apik, jangan apik sama benda-benda yang gak berguna" jawab Erna yang membersihkan tangan Febi dengan bersih dan memasuki tisu basahnya ke dalam resletingnya.

"Nih kerjain tugas Inggris dan Matematika gw, pokoknya gw gak mau tau jam istirahat harus sudah selesai" ucap Febi yang langsung duduk dikursi yang sudah ia bersihkan dengan kaki yang terangkat ke atas meja.

"HAH?!" ucap Erna dengan melotot.

"Kenapa? Berani nolak lu?" tanya Febi
pada Erna "inget lu udah janji untuk nurutin semua kemauan gw" lanjutnya Febi dengan tajam.

"Iya Febi Febrianto saya Erna Nurdiana tidak akan lupa dengan janji aku, Puas?" tanya Erna dan di angguki oleh Febi.

"Ernaa mana ya? ko belum balik juga?" tanya Anggi pada Alaika dan Padilah dengan muka cemas karna sahabatnya gak mengikuti satu pelajaran.

"Iyaa, dari tadi tuh anak belum balik juga, bikin orang khawatir aja" ucap Alaika yang sama khawatir.

"Gw udah telfon berkali-kali juga gak di angkat angkat" sambung Padilah.

"Kita susul ke anak-anak Garuda aja gimana?" tanya Anggi pada mereka dan di angguki mereka jujursih mereka memang males untuk bertemu laki-laki aneh. Tapi, mau bagaimana lagi ini demi kabar temennya yang dibawa oleh Ketua Geng mereka.

"Ehh Sasi di dalem ada anak garuda gak?" tanya anggi pada sasi temen eskulnya

"Ouhh ada, masuk aja" jawab Sasi sambil memberi jalan pada mereka bertiga.

banyak pasang pata yang melihat keberanian mereka untuk bertemu dengan anak Garuda, memang sebelumnya belum pernah ada yang berani menyamperi mereka, bahkan lonte-lonte yang sok jagoan pun tidak pernah menyamperi mereka.

"Heh Gustin! dimana temen lu yang satu lagi?!" tanya Anggi yang menggebrakan meja belakang yang digerumbuli anak-anak Garuda.

"Lah mana gw tau" jawab Gustin sambil fokus pada game yang di layar ponselnya.

"Ehh iya anjir si Febi belum balik kelas" lempar Faisal yang barusadar dengan ketidak kehadiran Febi.

"Mana temen gw?!" tanya Padilah sambil merebut ponsel Gustin.

"Gw gak tau, dan gw gak mau tau" ujar Gustin yang mengambil ponselnya namun, sudah di masuki kedalam kantong androk Padilah.

"Bepp kasiin lah hapenya bep, kasian kita lagi mabar nihh tanggung" ujar Athur yang menghentikan game diponselnya dan melirik pada Padilah.

"Kasi tau dulu temen gw dimana, kalau gak cariin dia sampe ketemu. Kalau sampe lu pada gak nemuin Erna gw gak akan pernah kasiin ponsel lu pada" ucap Anggi yang sambil mengambil ponsel mereka, dan memasuki kedalam kantong androknya dan pergi meninggalkan mereka.

"Ck, lu kalau nyari cewek yang baleg dikit ngapa Thur" ucap Gustin yang sedikit kesal karna ponselnya di ambil oleh orang yang temennya cintai.

"Tanyanya sama hati gw, kenapa bisa suka sama tuh cewek" ucap Athur yang membela diri nya.

"Gimana? Mau cari Febi atau mau debat?" tanya apay pada mereka.

"Kita cari Febi sampe nemuin yang namanya siapa tuh tadi, si Erna lah" jawab Latif sambil bangkit dari tempat duduknya dan di susul temen-temennya untuk menuju keluar.

"Lah tuh si Febi" ucap Faisal yang mau ikut teman-temannya turun dari tangga kelas, dan langsung memperhatikan Faisal "Lah iya, tuh si Febi" lanjut Latif sambil melihat Febi yang sedang berjalan menuju kelasnya dan di ikuti oleh Erna dari belakang, dengan jarak yang agak jauh.

"Heh dari mana aja sih lu? Bolos ko gak ngajak-ngajak" ucap Latif yang menepuk pundak Febi dan.

"Kenapa emang lu pada kangen sama gw?" tanya Febi pada mereka.

"Siapa juga yang kangen sama lu, yang ada gw seneng kalau ku ilang. Andai bukan ponsel gw sasarannya, udah gw bodoamatin da tuh barang" ucap Gustin yang sedikit kesal karna mood main gamenya sudah menghilang.

"Lagian lu bawak tuh cewek kemana?" tanya Faisal yang melihat kepergian Erna dengan merundukan kepalanya.

"Bukan urusan lu" ucap Febi dan meninggalkan mereka yang diluar dan bertanya-tanya apa yang dia lakuin.

"Dahlah biarin, mungkin lagi berbunga-bunga tuh anak. Kali-kali lah dia jatuh cinta" ucap Faisal yang melihat Febi menyimpan tasnya dan beranjak menyamperi mereka lagi.

"Kantin yu" ajak Febi pada temen-temennya, dan membuat wajah temen-temen nya tersenyum senang.

Dan mereka pun berjalan dengan tangan yang di masuki ke satu kantong, baju yang di keluar kan, dengan kancing yang terbuka. Banyak para siswi yang terpesona melihat 5 lelaki yang berjalan dan berjejeran. Semua nya terlihat tampan.

"Menggoda iman" celetuk siswi kelas X IPS namun terdengar oleh Geng Garuda.

G A R U D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang