8.GHERIYA DAN NINA

126 47 16
                                    

Pagi ini Erna memutuskan berangkat sekolah bersama temennya mungkin bisa di bilang mereka Team Kandas, karna mereka pernah jadi korban PHP jadi. Mereka memutuskan untuk membuat grup Geng. Namun anggota Geng ini cukup berbaik dan murah hati, siapa lagi jika bukan Anggi, Padilah, dan Alaika.

"Ouh iya bang hari ini Erna berangkat sama Anggi dan yang lainnya" ucap Erna memberi tahukan abangnya.

"Ouh ywdah, tapi hati-hati bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut" ucap Vani sambil memberi saran agar adiknya bilang ke temen-temennya.

"Iyaa, truss Abang kemarin kenapa gak jemput Erna? Erna nungguin satu setengan jam tau" ucap Erna sambil menerima piring yang sudah ada nasi dari ibunya.

"Maaf, abang kemarin gak tau kalau ada panggilan kerja" ucap Vani pada Erna.

"Hah? Abang diterima?" tanya Erna pada Abangnya.

"Iyaa alhamdulillah abang diterima" jawab Vani yang membuat adik dan ibunya berbinar dan langsung memeluknya.

"Selamat ya bangg" ucap Erna sambil memeluk Vani dengan erat.

"Selamat ya sayang. Maaf kalau misalkan mamah udah nyusahin kamu, makasih udah mau banting tulang buat keluarga" ucap Novi sambil menyium puncak kepala putra,ndan putrinya. Tanpa mereka sadari ibunya meneteskan air mata kebahagiaannya

Orang yang nangis bukan berarti orang yang sedih,gak semua orang nangis karna kesedihan,bahkan ada juga yang nangis karna kebahagiaan,atau bangga pada dirinya,contohnya seperti yang dia atas,menangis karna kebahagiaan.

"Nggk ko Mah, Mamah sama sekali gak pernah nyusahin Vani, bahkan harusnya Vani yang berterimakasih sama Mamah, karna mamah udah rawat vani sampe sebesar ini, dan berkat doa Mamh juga Vani di terima kerja" ucap Vani sambil memeluk adiknya dengan erat dan juga mengusap lembut tangan Mamah nya yang memeluknya dari belakang.

"Yawdah lanjut yu sarapannya, nanti kesiangan lagi" ucap Novi sambil menghapus air mata kebahagiaannya.

"Mahh, Bang Erna berangkat dulu ya" ucap Erna sambil menyalimi Novi dan Vani.

"Hati-hati ya sayang" ucap Novi sambil mencium keningnya

"Kasih tau temen kamu jangan ngebut-ngebut bawanya" ucap vaeni sambil mengusap puncak kepala adik kesayangannya.

"Iyaa Bang" ucap Erna yang langsung meninggalkan mereka.

"Mari tante, kak" ucap Anggi yang membukakan jendela mobilnya dan langsung pergi dari wilayah rumah Erna.

Sesampainya di sekolah Anggi memarkirkan mobilnya didekat mobil Pak Toha, begitupun dengan Padilah, Alaika, dan Erna sambil menunggu Anggi yang sedang memarkirkan mobilnya.

"Ck, segala pake ada mereka lagi" ucap Anggi yang melihat Geng Garuda, tengah duduk di motornya.

"Udahlah biarin kitamah masing-masing aja" ucap Erna yang sudah risih oleh tatapan Febi padanya.

"Pagii bebep Padilah" sapa Athur pada padilah, yang membuat langkah Team Kandas berhenti.

"Pagii Athur tata cara" ucap Padilah dengan muka yang harus sabar.

"Ko Athur tata cara sih" ucap Athur dengan memasang wajah gemesh namun membuat Padilah jijik melihatnya.

"Mau Athur kematian?" tanya Padilah.

"Nggk mau, maunya kamu" ucap Athur sambil cengengesan.

"Najiss" ucap Padilah

"Ayang Anggi mau Aa Latif gendong kekelas gak?" tanya Latif pada Anggi.

"Nggk mau, maunya di jauhin kamu" ucap Anggi sambil tersenyum bahagia,dan langsung meninggalkan mereka.

"Kalian duluan aja kekelasnya aku mau ketoilet bentar" ucap Erna pada temen-temennya, dan di angguki oleh mereka.

Sesampainya di toilet Erna mengahadap kecermin dan melihat hidungnya yang mengeluarkan darah, dengan tergesa-gesa Erna pun mencucinya hingga hidung itu tidak berdarah. Saat Erna ingin keluar dari toilet Gheriya dan Nina tiba-tiba datang dan langsung menjegatnya.

"A-adapa ya?" tanya Erna yang mau keluar tapi di halangkan jalan oleh Gheriya.

"Heh lu tu ya, udah gw kasih tau jauhin febi dan anak Garuda!" bentak Gheriya pada Erna. Memang semua kelas sudah masuk jadi, mereka tak sengaja melihat Erna yang tergesa-gesa melihat Erna berlarian menuju ke toilet. Dengan ide Gheriya yang licik ia pun langsung mengikuti Erna menuju toilet.

"Emangnya kenapa? Apa urusannya sama kalian?" tanya Erna pada gheriya

"Karna gw suka sama Febi!" bentak Nina sambil menyimpan tangannya di depan dada.

"Ya kalau kamu suka sama Febi, bilangnya sama Febi marahnya sama Febi kenapa sama Febi, kenapa dia gak tau perasaan kamu. Bukan ke aku" ucap Erna yang menahan rasa kesalnya.

Yaa dia akui kalau dia bakalan kalah jika mengeluarkan emosinya, dan mungkin hanya buang-buang nafas untuk berbicara dengan mereka berdua.

"Ouhh jadi lu sekarang berani sama gw iya?!" ucap Nina sambil mencengkram tangan Erna

"Gher" ucap Nina yang memerintahkan Gheriya ntah mau melakukan apa yang ia suruh

Gheriya pun tersenyum senang, dan mengeluarkan  sebuah gunting. Yang membuat mata Erna melotot. dan Erna pun memundur-mundurkan langkah kakinya, tapi sayang dia terjebak di pojokan.

"M-mau ngapain?" tanya Erna pada Gheriya.

"Gw mau gunting lulah" ucap Gheriya sambil melirik pada gunting yang iya bawa.

"Ja-jangan pliss jangan" ucap Erna yang meremas kedua androknya dengan kuat.

"Banyak bacot lu! Udah gunting aja Gher!" ucap Nina yang sudah tak sabar.

"Kenapa? Takut? Makanya jangan pernah ngebantah sama kita" ucap Gheriya sambil menarik lengan Erna.

"Jangan Gher, jangann" ucap Erna yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Gheriya.

"Pliss Gher udahh Gherr" ucap Erna sambil menahan air matanya agar tidak keluar.

"Makanya kalau gak mau terluka, atau malu. jangan pernah macem-macem sama kita berdua!" ucap Gheriya sambil menjabak rambut Erna dan melepaskan nya hingga kepala Erna terbentur tembok toilet.

"Kalau lu mau gak celaka turutin kemauan gw! Jauhin Febi dan anak Garuda!" ucap Nina sambil mencengkram kedua pipi Erna dengan satu tangannya dan langsung melepaskannya dengan kasar.

"Turutin!" ucap Gheriya dengan galak dan langsung melepaskannya sampai kepala Erna terbentur dengan tembok keramik toilet.

Gheriya dan Nina pun meninggalkan Erna, yang sudah merobek-robek androk dan dasi milik Erna tadi. toilet ini memang sepi bahkan sampe sekarang, karna jam pelajaran sudah mulai dari tadi. Tapi, ntahlah Erna mau pergi kekelas atau memilih pulang, andai di dalem toilet tadi ada orang pasti Erna akan meminta bantuan.

"Hiks...hiks.." tangisan Erna pun pecah didalem toilet sambil meremas androknya yang robek oleh ulahnya Gheriya.

"Kenapaa mereka sejahat itu sama Erna? Apa salah Erna sama mereka? Dan kenapa erna gabole berteman sama anak Garuda?" tanya Erna pada yang maha kuasa sambil melihat langit biru.

"Hikss...hikss..mereka jahat" tangisan Erna sambil mengahapus air matanya, dan berlari menuju kekelas kosong yang pernah dirinya dan Febi datangin.

Sesampainya di ruangan kosong ernapun duduk di tempat yang pernah Febi bersihkan, tempatnyapun nggk terlalu begitu kotor
Dia menatap pada ruangan sekilas pada androknya yang robek.

"Ayah.." ucap erna sambil menahan tangisannya

"Andaii ayah masih ada dibumi ini, Erna pasti akan menangis pada ayah dan memeluk ayah dengat erat" ucap Erna dengan mata yang sudah buram.

"Erna rindu sama ayah, Erna pengen sama ayah lagi" ucap Erna yang mengeluarkan air matanya, yaa Erna akui Dirinya lemah, dia tidak bisa menahan tangisannya saat menyebut nama ayahnya.

G A R U D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang