27.BERUBAH

98 34 9
                                        

Gw terlalu sayang sama lu, sampai gw gak rela kalau liat lu deket sama cowok lain selain gw. ~Febi

Waktu menunjukan pukul jam sepuluh malam, seorang gadis masih saja duduk di sebuah tempat yang cukup ramai, namun ia malas menikmati keramaian ini.

"Padilah!!" teriak Seseorang yang membuat Padilah, menengok ke arah samping dan menatapnya.

"R-reni" ucap Padilah, saat melihat kedatangan Reni bersama seorang lelaki sambil tersenyum ria pada nya

"Lama gak jumpa ya" ucap Reni, sambil duduk di pinggir Padilah, dan di ikuti oleh lelaki itu.

"Iyaa" jawab Padilah sambil menatap ke arah pria yang di sambing reni

"Kamu sendiri?" tanya Reni, dan di jawab anggukan oleh Padilah.

"Ouh iya, kenalin ini Doni pacar aku" ucap Reni, sambil memperkenal kan lelaki yang di pinggir nya.

"Udah tau" jawab Padilah simpel, dan malas menatap Doni.

"Kamu udah kenal sama dia?" tanya Reni pada Doni.

"H-hah? E-enggak ko aku gak kenal sama dia" jawab Doni, sambil menatap ke arah Padilah.

"Pa-" ucap nya terpotong.

"Gusah bohong deh lu!" kesal padilah yang membuat pusat perhatian orang, namun dirinya tetep tdak perduli. "Kita satu sekolah, dan lu orang pertama yang nyakitin perasaan gw! Tega ya lu Don, gw kira lu bener tulus dan baik hati. Eh, ternyata dibalik sikap baik lu ada kebusukan yang membuat gw muak liat muka lu" lanjutnya, yang semakin membuat Reni tidak mengerti.

"Bener apa yang Athur bilang, lu tu miris, cakep doang, bae kagak" ucap Padilah, dan langsung meninggalkan Doni dan Reni.

"Aku mau pulang, kamu gak usah nganterin aku" ucap Reni dingin, dan langsung meninggalkan Doni.

"Ta-tapi Re-" ucap nya terhenti, saat Reni sudah menaiki sebuah angkut yang baru datang.

"Ahh kacau inimah!" kesal Doni frustasi, dan langsung meninggalkan tempat itu.

"Stop pak, sampai sini aja" ucap Reni sambil memberikan uang, dan langsung turun dari mobil angkot itu.

"Loh neng, kan rumah nya masih jauh" ucap Bapak supir angkot itu, sambil menerima uang dari Reni.

"Gak papa pak, Reni ada sedikit masalah jadi Reni mau luapin dulu" ucap Reni, yang membuat Bapak supir angkot mengerti dan langsung melajukan lagi mobil angkut nya.

Kini Reni tengah duduk di sebuah taman, dan hanya ada beberapa pengunjung saja, dia sedang memikirkan apa yang di maksud ucapan Padilah.

"Hikss hikss" isakan Padilah pecah, saat dia melihat seseorang yang ia cintai jalan bersama seseorang yang sudah ia anggap sebagai sahabat nya. "Kenapa Doni jahat? Kenapa dia nyakitin perasaan gw, kenapa!" teriak Padilah, di tempat yang sangat sepi.

"Tuhan, apa kah aku gak boleh bahagia? Apa kah aku harus bersedih terus? Apa kah aku sangat tidak pantas untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan?" tanya Padilah, pada awan yang sudah gelap, namun di terangi oleh bintang-bintang dan satu bulan. "Kapan kou akan memberikan ku sebuah kebahagiaan? Kapan aku bisa tertawa lepas? Jika hari-hari ku akan di penuhi dengan rasa kesedihan, berikan padaku hal yang sangat menyedihkan, kesedihan yang dimana orang-orang tidak pernah mendapatkan nya" lanjutnya sambil menatap ke arah langit dengan buram.

"Jika terus terus san seperti ini, aku akan menikmati kesedihan yang kou berikan untuk ku" ucap Padilah, sambil menghapus air matanya, dan langsung tersenyum dengan hati yang sedih.

Reni pun sudah mulai sedikit pusing karna, terlalu banayk memikirkan hal hal yang tidak harus ia pikirkan, ia pun memutuskan untuk pulang jalan kaki.

G A R U D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang