Part 7

518 29 0
                                    

Jangan lupa vote
*
*
*
Malam ini mereka menuju kerumah ibunya Ainun, kawasan perumahan yang terbilang cukup mewah.

Tempat Ainun dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuaku. Rumah yang menyimpan kenangan 17 tahun bersama Alm. Ayah.

Suasana mobil sesekali diisi dengan candaan ringan yang dilontarkan oleh Jeffry yang membuat perjalanan kerumah ibu memakan waktu 45 menit terasa cepat.

Jeffry dan Ainun masuk kedalam kawasan perumahan yang cukup mewah dan menuju kesalah satu rumah yang cukup besar berlantai dua dengan design eropa clasic semakin menambah kesan elegan dan juga furniture yang mewah saat pertama  melihat rumah ini.

Bunyi klakson mobil membuat seseorang yang kira-kira umurnya 50 tahun keluar dan membukakan gerbang untuk kami berdua

"Neng Ainun" sambut Art itu

"Iya mbak Rin, ibu ada mbak?" tanya Ainun sembari keluar dari mobil dan menunggu mbak Rin yang sedang mengunci gerbang

"Iya neng, ibu lagi masak makan malam untuk neng Ainun sama den Jeffry" jawabnya yang menghampiri Ainun

"Kok ibu bisa tahu aku dan Jeffry akan berkunjung kerumah ini?" tanya Ainun

"Mamanya den Jeffry yang ngasih tahu sama ibu kalau neng dan den akan menginap disini" jawab Mbak Rin sambil membuka pintu

"Ohiya Bi, kasih tahu ibu Ainun bersih-bersih dulu nanti akan menyusul ke dapur kalau udah fress" tutur Ainun pada Rina

"Ayo Jeff, kita kekamar aku" ajaknya pada Jeffry sambil mengandeng tangan kekar Jeffry

Saat mereka tiba dikamar Ainun yang berada dilantai dua ia terlebih dahulu pamit mandi dan membiarkan sang suami melihat-lihat kamarnya terlebih dahulu.

Suasana pertama yang Jeffry dapatkan diruangan ini adalah kenyamanan. Barang-barang yang ditata rapi ditempatnya. Meja belajar yang berubah fungsi menjadi tumpukan buku yang tersusun rapi

Meja rias yang minimalis yang disampingnya lemari pakaian ada kamar mandi  dan didepanya ada ranjang dengan  badcover berwarna babypink.

Di dinding terdapat foto ukuran besar menampilkan senyum bahagia dari keluarga kecil pemilik rumah ini dan disisi ranjang tepatnya disamping meja belajar ada sofa ukuran kecil.

Sedangkan di Backround meja belajar dan sofa terdapat beberapa polaroid mulai dari Ainun yang masih bayi sampai ainun yang menyelesaikan Gelar dokternya.

Dibaris kedua polaroid-polaroid moment kelulusannya.
Lulus Tk-Lulus SD-Lulus SMP lengkap bersama ayahnya namun saat memasuki kelulusan SMA sampai lulus kedokteran tidak ada lagi sosok ayah yang mendampinginya
Jeffry terpaku melihat senyum bahagia ainun semasa dia kecil dulu

"Betah amat mandang fotonya" tegur seseorang telah selesai mandi dan masih mengenakan handuk

"Cantik" ucap Jeffry yang mengalihkan pandangannya pada Ainun

"Biasa aja" jawab Ainun santai

"Seriuss, cantik bangat deh sumpah" ucap Jeffry sambil menoleh kearah yang dipuji "pipi oy, kenapa bisa merah gitu" sambungnya

"Apaan sih, sana mandi kasihan ibu nungguin kita" balas Ainun yang berusaha menutupi wajah merahnya

Setelah jeffry masuk kedalam kamar mandi ainun kembali mengatur nafasnya dan meredahkan detak jantungnya yang dipuji oleh Jeffry.

Selama ini Jeffry selalu memujinya hanya kali ini saja terasa beda saja. Ia kemudian buru-buru mengganti pakaiannya dan meyiapkan pakaian Jeffry

Setelah  selesai menyiapkan pakaian ganti suaminya  ia keluar kamar membantu sang ibu menyiapkan makan malam bersama.

*******

"Ibuu" panggil seseorang dengan nada suara manjanya dengan berlari kecil menghampiri sang Ibu

"Ehh ada anak ibu. Ngapain kesini nak?"tanya Dea yang menoleh ke arah suara manja itu

"Mau bantu ibu" ucapnya sambil memeluk sang ibu

"Gak ada lagi yang perlu dikerjakan sayang, semuanya sudah siap dihidangkan" balas Ibunya

"Ainunnn" panggil sang ibu yang menyadari suara isakan

"Ainun!" belum ada balasan sampai Ainun melepaskan pelukannya

"Ibu Ainun hanya rindu ayah kok, biasa juga setiap makan malam kita selalu bertiga" ucap Ainun yang nyatanya ia tidak hanya menangis tentang ayahnya, melainkan perlakuan sang mertua dan adik iparnya yang membuatnya sedih dan juga keputusan Jeffry yang belum siap punya momongan.

"Sayangg" panggil sang ibu yang menatap lekat mata putrinya yang kemudian menggenggam tangan Ainun "Ibu tahu apa yang ada dipikiranmu nak" sambungnya

"Gak bu, Ainun hanya rindu moment bersama ayah" ucap Ainun yang enggang membalas tatapan sang Ibu

"Sayang, ibu tahu apa yang kamu rasakan. Kamu anak ibu, kamu hidup dan besar dengan ibu jadi ibu paham betul apa yang membuatmu sedih" jawab sang ibu yang juga terisak menyaksikan sang putri yang menangis didepannya

"Kamu harus kuat sayang, ayah tidak suka melihat putri kebanggaannya sedih seperti ini" sambungnya yang kembali memeluk Ainun dan mengelus lembut pundak anaknya

"Ibuu..Ainun kuat kok hanya saja hari ini rasanya teras berat" jawab Ainun dalam isaknya

"Sayang, kamu pasti bisa melewati semuanya. Percaya sama ibu"

"Sekarang pergi panggilkan suamimu untuk makan malam bersama kita"

******

Jauh dari mereka yang berpelukan dalam isakan masing-masing didepan meja makan ada seseorang terpaku melihat suasana haru yang barusan ia saksikan.

Ia terlihat begitu sedih mendapati Ainun yang selama ini terlihat begitu ceria dihadapannya menyimpan duka mendalam. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tertipu dengan senyum palsu sang istri.

"Maafkan kelemahanku ini sayang. Aku berjanji tak akan membiarkan air mata kesedihan itu membasahi pipimu lagi, Inunku" batin Jeffry

Ainun menyadari Jeffry yang berdiri tak jauh dari meja makan langsung berjalan kearahnya dan mengandeng lengan kekarnya untuk berjalan ke meja makan.

Hening terjadi beberapa menit dimeja makan sebelum Dea membuka suaranya

"Nak Jeff, kapan berangkat ke amerika?" tanya Dea sebagai pembuka pembicaraan mereka

"Rencananya minggu ini bu, sebelum cuti kami berakhir" jawab Jeffry

Dea kemudian mengalihkan pandangannya pada Ainun dan bertanya
"Ainun sudah  passportnya sudah diperpanjang nak?"

"Masa berlaku passport Ainun berakhir bulan lalu, Inun baru ingat bu" tutur Ainun dengan nada menyesal yang terwakilkan diwajahnya yang langsung murung

"Jeff, kamu udah beli tiket kita ke amerika?"tanya Ainun dengan wajah yang sedih

"Belum, niatnya sih belinya besok tapi karena masa passportmu udah abis jadi nggak jadi belinya" jawab Jeffry yang berusaha untuk tidak terlihat kecewa

Ainun kemudian tersenyum manis untuk merayu suaminya agar tidak kecewa dengan melontarkan permintaan maaf dan bertanya
"Maaf Jeff, kita tunda dulu ya ke LAnya. Akhir tahun aja gimana?"

Jeffry masih menunduk sambil menikmati makan malamnya

"Nanti aku pikirkan lagi"

"Kamu juga nak, hampir saja kebeli tiketnya. Untung  ingatan ibu masih kuat" tegur Dea pada putrinya

"Iya bu, maaf" ucapnya dengan cengiran sambil menggaruk kepalanya

Jeffry hanya tersenyum melihat tingkah manja sang istri yang dimarahi ibunya

Ainun ( SELESAI✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang