BAB 3

99 53 34
                                    

             ~PENDAFTARAN~

"Dia memang lelaki yg sangat dingin, jutek, cuek, kaku, tidak suka basa basi.
Pokonya kalo ngobrol sama dia udah kya ngobrol sama dinding"
:
{Asyifatul Khasanah}

Aku memutar kenop pintu kamar lalu melangkahkan kaki ku masuk kedalam,kemudian ku letakkan tas yg kurangkul di atas meja belajar milikku.

Aku berjalan menuju tempat tidurku, segera ku rebahkan tubuhku.

Huff.. Hari ini adalah hari yg sangat melelahkan,lelah tenaga, lelah pikiran dan tentunya lelah fisik.

Perjalanan pulang dari sekolah dengan udara yg panas di luar sana tentu membuat badanku terasa sangat panas.
Aku lalu melepas khimarku agar badanku terasa sedikit segar,

Aku merogoh sak bajuku berniat mengambil hp, memutar musik mungkin juga akan merefreshkan pikiranku.
Lalu ku pejamkan mataku, mecoba mengistirahatkan badanku yg penat ini.
Kasur yg empuk adalah tempat yg paling tepat untuk tubuh yg sangat lelah.

Tiba-tiba saja dalam bayanganku.
Terukir nama seseorang disana.

"Adnan Ulum Firmansyah,"
Ucapku sambil membuka mata, mengingat nama seorang lelaki yg berada di sekolah tadi.

Aku mengetahui namanya setelah absen di kelas tadi.

Dia memang lelaki yg sangat dingin, jutek, cuek, kaku, tidak suka basa basi.
Pokonya kalo ngobrol sama dia udah kya ngobrol sama dinding.

Sebenarnya jika kulihat-lihat dia itu baik, sopan terhadap guru,walau tak ramah ia juga suka membantu teman ketika sedang kesusahan, mempunyai kecerdasaan yg tinggi dan harus ku akui dia juga sangat

Tampan

"Syifaa... "
Panggil seorang wanita paruh baya melambai-lambaikan tanganya membuyarkan lamunanku.

Sontak aku tekejut, tersadar dari lamunanku.

"Astaghfirulloh Umi,"
Ucapku terkejut kemudian bangkit dari tempat tidur lalu mengambil posisi duduk.

"U.. Umi sudah pulang? Kenapa Umi nggk mengucapkan salam dulu sebelum masuk ke kamar Syifa? "
Tanyaku sambil menyalami punggung tangan Umi.

"Sayang,..
Sebenarnya Umi sudah mengucapkan salam sampai 3 kali, namun tidak ada jawaban darimu, Jadi Umi langsung saja masuk."terjeda
"lagian Umi liat kenapa Syifa senyum-senyum sendiri tadi? "
Tanya Umi penasaran melihat tingkahku.

Benarkah itu? Kenapa aku sampai tak menyadarinya? Apa yg sedang kulamunkan? Melamunkan lelaki yg bernama Ulum itu?bahkan tadi aku memujinya..

Astaghfirulloh
Ucapku beristighfar di dalam hati,

"Hehe.. Maaf Umi Syifa nggk denger,soalnya Syifa lagi dengerin lagu pake hand set,"
Ucapku meringis sambil menunjukan hand set yg kini berada ditanganku.

"Makanya volume musiknya di kurangi ya sayang,"
Ucapnya sambil tersenyum.

"Iya Umi ku yang cantik,"
Jawabku sambil tersenyum.

Huff.. Detak jantungku hampir copot karena pertanyaan dari Umi.
Untung saja alasanku masuk akal walau tak sepenuhnya benar.

"Oh iya kata bi Minah tanganmu membengkak karna jatuh. Mana biar Umi lihat,"
Ucap Umi sambil melihat-lihat tanganku mulai khawatir.

Haduh.. Bi Minah pasti bilang sama Umi..

"Em... Iya Umi tapi udah Syifa obatin kok. Syifa nggk pp kok Umi,"
Kataku menenangkan Umi supaya tak khawatir padaku.

"Y sudah,lain kali hati-hati ya nak kalo jalan. sekarang Syifa mandi ya badan Syifa bau keringat, ibu akan persiapkan makanan untukmu,"
Ucap Umi tersenyum lalu mencium keningku.

Ini sifat yg paling aku sukai dari Umi. Umi tak pernah memaksakan sesuatu kepada seseorang.
Kecuali jika benar-benar darurat.

"Iya Umi,"
Jawabku mengangguk.

Umi lalu berjalan keluar kamar lalu menutup pintu dan mulai berjalan ke dapur.

Aku menghembuskan nafas pelan. Beruntung Umi juga tidak menanyakan kegiatan hari pertamaku di sekolah.
Jika ia mungkin aku hanya akan bercerita sebagian atau bisa juga aku harus terpaksa berbohong bila Umi menanyakan sesuatu lebih dalam lagi.

Syukurlah. Terima kasih Ya Allah atas pertolonganmu.
Gumamku merasa bersyukur.

Aku mulai bergegas mandi melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Ok saatnya aku mandii..

***
Hembusan angin pagi menerpa wajahku. Udara hari ini sangat sejuk ditambah dengan langit berwarna biru muda yg teduh.

Aku duduk di gazebo sekolah sambil memegangi buku novel yg sedang kubaca. Aku memilih membaca novel di waktu istirahatku dari pada kekantin membeli makanan. Karna sekarang juga hari Senin, aku sedang menjalankan puasa sunnah.

Aku mulai  menjalankan puasa sunnah semenjak aku kelas 6 SD, Namun dulu itu masih belum bisa istiqomah, masih bolong-bolong puasanya,.
Aku mulai istiqomah ketika aku mulai duduk di bangku SMP sejak saat itulah puasa sunnah senin Kamis sudah menjadi kegiatan ku.

"Syifa.. "
Teriak  gadis berambut panjang berlari kecil ke arahku sambil memegangi selembar kertas.

"Ada apa Vila? "
Tanyaku melihat vila yg kini telah berhenti dihadapanku dengan nafas yg terengah-engah.

Apa yg membuatnya datang kemari?
Pikirku penasaran.

"huf.. Coba kamu lihat ini,"
Kata Vila kemudian duduk disamping ku. Sambil menyodorkan secarik kertas yg ia bawa tadi.

"Pendaftaraan OSIS untuk kelas 10,?"
Ucapku membaca judul dalam kertas tersebut.

Vila mengangguk-anguk.

"Jadi maksudnya apa? "
Tanyaku menoleh ke vila.

"Ya elah Syifa.. Massa kamu nggk tau s? Gimana kalo kita ikut daftar,"
Ucapnya enteng memasang senyum yg begitu ceria disana.

"emm.. aku nggk mau,"
Ucapku menggelengkan kepala yg membuat vila mencibirkan bibirnya.

"Ayolah Syifa.. aku mohon.. ikutlah bersamaku,"
Paksa vila sambil mengenggam erat tanganku.

"Kalo kamu mau daftar, daftar aja sendiri, kenapa harus bawa-bawa aku? "
Ucapku mulai acuh sambil meledek.

Sebenarnya dalam benak hatiku ingin rasanya aku mengikuti pendaftaraan OSIS tersebut, namun aku tak ingin mengikuti organisasi OSIS karna aku sudah memilih extrakulikuler PMI.  jika aku ikut mendaftar menjadi anggota OSIS,lalu akan jadi seperti apa kegiatanku di sekolah, pasti akan super padat sekali.

"Syifa kok kamu jahat si sama akuhh. "
Ucapnya lebay  memasang wajah memelas padaku sambil memanyunkan bibirnya.

Ahh... Dia memang sangat lebay..

"haha.. Kamu lebay Vila. Gini loh Vila aku tuh bukanya nggk mau ikut tapi.. "

"nah kan ada kata²mau ikut.viks..  kamu  ikut, aku akan segera menuliskan namamu di pendaftaraan OSIS OK ,"
Ucap Vila memotong perkataanku yg belum selesai lalu bangkit mulai berlari meninggalkan ku.

Huff.. Begitulah sifat Vila. Ia slalu tak ingin dikalahkan. Namun aku senang berteman denganya, vila adalah gadis yg sangat ceria, ia slalu jadi penghiburku dengan tingkahnya. Ya tentunya setelah terjadinya insiden beberapa minggu lalu yg membuat persahabatan kami menjadi sangat dekat.

~BERSAMBUNG~

Terima kasih yg sudah membaca ceritaku sampai di sini.

Jangan lupa votenya.

Takdir Dari Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang