BAB 11

45 28 8
                                    

~KEPERGIAN~

"Hal yang paling kutakutkan adalah sebuah perpisahan, dimana aku akan merasa kehilangan sosok yang amat aku sayangi"
:
{Asyifatul Khasanah }

Kini aku berada di meja belajar, menatap beberapa lembar kerja yg mampu membuat otakku harus berpikir keras.

Bu jihan selaku guru fisika itu sangat menyebalkan,tidak segan segan ia memberikan beberapa pertanyaan sulit atau tugas yg begitu banyak pada para siswa nya dan harus dikumpulkan besok pagi.
Pernah sekali ada siswa yg tidak mengerjakan tugasnya, bu jihan meminta siswa tersebut untuk membersihkan toilet.
Bu jihan memang guru yg sangat tegas, galak, dan menyebalkan. Mungkin ia juga adalah salah satu guru yg paling ditakuti di sekolah.

Aku berkutat mengerjakkan soal-soal yg berada di hadapanku ini, satu persatu aku mulai menjawab soal-soal tersebut dengan menghitung rumus yang menurutku sangat rumit.

Ok satu soal lagi!!
Batinku bersemangat.

Ini adalah soal yg terakhir yg aku kerjakan, tak berapa lama terdengar seseorang memutar kenop pintu kamarku

"Assalamu'alaikum,"
Ucap pria itu sambil memasukkan kepalanya diambang pintu.

"wa'alaikum salam."
Jawabku tak berniat untuk beralih pandang pada sumber suara.
Aku jelas tau siapa pemilik suara itu yang tak lain adalah kak Azzam, kakakku.

"masih ngerjain tugas dek? "
Tanya nya masih setia berada di sana.

"iya kak, emang kenapa? "
Ucapku tetapi tetap fokus dengan menulis beberapa rumus dihadapanku.

"emm.. Ada yg mau kakak bicarain sama kamu, tapi nunggu kamu selesai dulu."

"Ok kak,  tunggu 5 menit lagi,"
Kali ini aku memperlihatkan 5 jari jariku sambil menatap kak Azzam.

"Ok,kakak tunggu di kamar kakak ya,"
Jawabnya sambil tersenyum, lalu menutup pintu kembali setelah mendapat anggukan singkat dari ku.

***

Azzam berjalan menuju kamarnya, ia duduk di bibir ranjang sambil berpikir merangkai kata-kata untuk berbicara dengan sang adik.

Di ambang pintu tampak sang ibu yang melihat anak sulungnya yang sedang duduk di bibir kasur, ia sangat mengerti apa yang dipikirkan Azzam saat ini.

"Gimana? Kamu udah bicara sama adek mu? "
Tanya Umi mengusap pundak Azzam lembut.
Sambil mensejajarkan posisi Azzam.

Azzam menggeleng.

"Belum Umi, Syifa lagi ngerjain tugas sekolah dulu, nanti pasti Azzam bicara kok."
Ucap Azzam memastikan.

"Umi cuma takut Syifa bakal nggak terima kaya dulu,"
Kata Umi menunjukan raut wajah khawatir.

Azzam tersenyum lembut

"Umi nggak usah khawatir ya, Azzam akan bicara pelan-pelan dengan Syifa, supaya dia mau mengerti."
Ucap Azzam sambil memegang erat kedua tangan Umi untuk meyakinkan kepada sang ibu.

"Assalamu'alaikum ,"
Ucap Syifa masuk ke kamar Azzam.

"Wa'alaikum salam ."
Jawab Umi dan Azzam.

"Loh kok ada Umi disini? "
Ucap Syifa bingung yang msaih berdiri di hadapan Azzam dan Umi.

Sang Umi hanya tersenyum.

"Umi tadi pengen kesini aja kok"
Ucapnya lalu bangkit dari tempat duduknya melepaskan genggaman dari Azzam, lalu beranjak pergi dari kamar Azzam.

"Kak, emangnya ada apa sih? Kok Umi kelihatanya khawatir banget"
Ucap Syifa bingung melihat tingkah sang ibu.

Azzam hanya tersenyum.

"Udah, sini kakak jelasin sama kamu,"
Ajak Azzam sambil menepuk tanganya ke kasur mengisyaratkan agar Syifa duduk bersamanya.

Syifa memandangi wajah serius Azzam,

"Kamu tau kan dek, kakak itu sayang banget sama kamu,dan kamu pasti juga sayang kan sama kakak.."

Syifa hanya mengangguk mengerti.

"Orang yang kakak paling cintai selain Umi dan Abi adalah kamu, adik kakak. "

Diberi jeda, Azzam menghembuskan nafas berat.

"Jadi, kakak pengen buat kalian semua bangga, salah satunya kakak harus mengejar cita-cita kakak."

Bola mata Syifa mulai berkaca-kaca, Syifa mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Hari minggu depan, kakak udah berangkat ke America lagi.
Buat nerusin kuliah kakak disana. "
Azzam memegang tangan Syifa erat, berharap Syifa mengerti apa yang dikatakan Azzam.

Syifa membelalakan matanya,

Hari minggu,!! itu artinya 3 hari lagi kak Azzam akan pergi.
Batin Syifa.

Syifa menunduk,meremas ujung bajunya kuat-kuat,ia mencoba menahan buliran bening yang sudah terbendung di kelopak matanya agar tidak mengalir membahasi pipinya.

Azzam menanti jawaban dari sang adik, Azzam khawatir kejadian seperti tahun tahun yang lalu akan terjadi saat ini. Kala Syifa yg mengurungkan kamar berhari hari karna kepergian Azzam.

"Syifa? "
Panggil Azzam sambil mengangkat dagu adiknya.

Lalu...

Syifa mengangis,ia sudah tak kuasa menahan air matanya yg sudah ia bendung sedari tadi,

"Dek jangan sedih dong,"
Ucap Azzam mulai khawatir.

Sejak adanya peristiwa yang hampir saja membuat Azzam kehilangan nyawanya. Saat itulah yang membuat Syifa menjadi sangat posesif terhadap Azzam, ia sangat trauma akan peristiwa tersebut.

Azzam berusaha menenangkan Syifa, namun tangis gadis tersebut malah makin menjadi jadi.

"Kak.. az.. Azzam jangan pergi..ya hiks.. hiks.. Syifa takut kak Azzam ke.. kenapa napa.. hiks.. hiks"
Ucap Syifa yg kini berada di pelukan Azzam.

Azzam melepaskan pelukannya pelan.

"kakak janji, kakak akan baik baik aja, kamu terus doain kakak ya disana, biar tetep sehat dan
supaya cepet selesai kuliahnya jadinya kakak nggak perlu balik kesana lagi. "
Ucap Azzam menatap sang adik mencoba membuatnya agar mengerti.

"Beneran ya kak, kakak udah janji sama Syifa.Syifa juga akan terus doain kakak biar cepet selesai kuliahnya"

"Ok, tapi kamu juga janji ya bakal jadi anak yg baik selama dirumah, juga selalu jaga diri"

"janji"
Ucap Syifa sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

Azzam tersenyum lalu mempersatukan jari kelikingnya dengan Syifa.

"Ya udah, Syifa tidur ya. Besok kan sekolah.Lagian udah malem juga,"
Perintah Azzam.

"Tapi Syifa mau tidur sama kak Azzam, boleh ya kak? "
Ucap Syifa memohon.

"Ya udah nggak papa."
Jawab Azzam mengusap lembut rambut Syifa.

Syifa  membaringkan tubuhnya di kasur. Lalu memejamkan matanya yg sudah sembab karena menangis tadi.
Tak berapa lama Syifa tertidur pulas.

Azzam menarik selimut kepundak Syifa.
Ia tersenyum lega karena akhirnya Syifa sudah mulai mengerti. Azzam juga sangat lega karna kejadian tahun tahun kemarin yg terjadi pada Syifa kala Azzam pergi,tidak terulang kembali.

~BERSAMBUNG~

Dibalik sosok Syifa yang lembut, ternyata juga ada sisi egoisnya + posesifnya loh.
Nantikan kisah selanjutnya ya..
Vote nya kakak🌟



Takdir Dari Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang