ini nyata

4.6K 423 96
                                    

Seorang remaja laki-laki terlihat tertidur diranjangnya. Walaupun tengah tertidur, remaja itu sedari tadi tidak diam, peluh membanjiri pelipisnya. Kepalanya terus bergerak pelan dan keningnya yang terkadang akan mengkerut.

"Ta, kook" Ucapan lirih itu keluar dari bibirnya padahal mata itu masih terpejam. 

Seseorang pemuda lainnya yang sedari tadi menemaninya terlonjak kaget mendengar lirihan dari remaja itu. Dirinya yang semula bersandar pada kursi sebelah ranjang sambil memejamkan mata karena lelah, dirinya lelah karena dari dua hari ini dirinya tidak tidur.

"Jim, jimin bangun saeng" Yap remaja yang sedang terbaring dibrankar rumah sakit itu adalah kim jimin. Dan pemuda yang menemaninya adalah kim seokjin. Dan benar mereka saat ini berada dirumah sakit.

Jin mengusap kepala sang adik dengan lembut, menyeka keringatnya dengan tangannya. Menatap sendu pada adik bantednya yang terus saja mengigau memanggil dua adik bungsunya.

"Chim, bangun saeng. Ini hyung..jimin bangun" Mata itu perlahan terbuka seiring dengan satu tetes air mata yang keluar dimata sipitnya.

"H-hyuung" Panggilnya lirih.

"Iya saeng, ini hyung"

Jimin pemuda itu langsung memeluk hyung sulungnya dan menangis disana. Menangis tersedu-sedu membuat sang hyung kebingungan.

"Hyung hiks hyung hiks hiks"

"Ssst jim kenapa saeng? Kenapa nangis hmm? Ada yang sakit?" Jin melepaskan pelukannya menangkup pipi adik bantednya lalu menyeka air matanya.

"Kenapa nangis?" Tanyanya lagi. Sedangkan yang ditanya masih sesenggukan namun matanya menatap kosong kedepan. Walau jin bisa melihat tatapan penuh kerinduan disana.

Jin tampak menghela napas legah. Ya dirinya legah akhirnya adik bantednya bangun setelah dua hari tak sadarkan diri. Yah jimin pingsan, dan dokter mengatakan jika jimin terlalu syock dan kekurangan cairan membuat tubuhnya lemah.

"Hyung panggilkan dokter dulu ne" Jin mengusap surai sang adik sebentar lalu keluar untuk memanggil dokter. Meninggalkan jimin yang terdiam dengan tatapan kosongnya.

Tak beberapa lama jin datang bersama seorang dokter.

"Hai jimin, bagaimana keadaanmu hm?" Sang dokter yang bername tag choi siwon itu bertanya dengan ramah sambil mengusap kepala jimin lembut. Namun sang empu hanya diam dengan tatapan kosongnya.

"Baiklah hyung periksa dulu ne" Dokter choi mulai memeriksa keadaan jimin. (Aku tak tau tentang kedokteran jadi lanjut aja dah).

"Gimana keadaan adikku hyung?" Tanya jin.

"Keadaan adikmu sudah lebih baik jin, infusnya belum boleh dilepas. Tunggu setelah kondisinya benar-benar fit. Dan satu lagi jangan buat dia banyak pikiran" Jelas dokter choi, yang merupakan teman seokjin jika dirumah sakit.

"Aah baiklah, terimakasih hyung" Dokter choi menepuk pundak jin.

"Itu sudah tugasku jin, dan satu lagi kau juga harus jaga kesehatanmu. Aku tau dua hari ini kau tidak tidur jin, bahkan makanmu tidak teratur, istirahatlah sebentar. Jangan sampai seorang dokter yang terkenal hebat jatuh sakit dokter kim seokjin"  Jin menghela napas dalam.

Yang dikatakan dokter choi benar, dirinya lelah. Dia butuh istirahat sebenarnya. Tapi dia terus memaksakan diri untuk menjaga sang adik. Hingga pekerjaannya sebagai dokter ia ijin dulu tidak masuk. Dan beruntung saja rumah sakit ini miliknya, walaupun jin sebenarnya tidak suka semena-mena, tapi kini dirinya harus. Adik-adiknya membutuhkannya. Adik-adiknya jauh lebih penting dari pekerjaannya.

kookie [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang