demam

4.3K 387 35
                                    

Malam ini dirumah ah aniya, dimension kim terlihat ribut. Semuanya terlihat khawatir Karena sibungsu yang rewel sedari tadi.

Semuanya sudah berusaha menenangkan anak nakal itu, tapi tetap saja dia rewel. Yah, setelah tadi siang hujan-hujanan dan berakhir dimarahi suho, bukan hanya suho. Sorenya setelah semua pulang bungsu kembali kena omel. Karena mendapati suhu tubuhnya yang naik.

Dan puncaknya malam ini. Suhu tubuh sikecil makin tinggi, setinggi gedung pencakar langit. Eh, abaikan.

Sibungsu sedari tadi tidak mau lepas dari gendongan eomma. Disuruh makan bubur dan minum obat dia gak mau malah berakhir menangis. Semuanya cuman bisa menghela napas sabar. Plester penurun panas bergambar pororo sudah tertempel apik dikeningnya.

"Kookie makan bubur dulu ne" Sikecil menggeleng lemah dalam gendongan eomma. Sekarang semua keluarga kim sedang berada dalam kamar sibungsu.

"Kalau begitu minum obatnya aja ya, biar cepat sembuh" Bujuk eomma lagi dan lagi. Namun tetap jawaban sama yang diberikan sibungsu. Gelengan lemah yang diberikan. Kepalanya menyandar lemah didada eomma.

"Bagaimana ini?" Tanya eomma lelah juga membujuk sibontot.

"Saeng, minum obatnya ya. Rasa strowberry loh. Kookie gak mau hm? Ntar dihabisin sama tae hyung mau?" Kali ini jin berusaha membujuk adik bontotnya. Dan sepertinya cara itu berhasil, terbukti dengan sikecil yang mengangkat kepalanya lemah menatap jin dengan mata sayunya.

"ndak enak, kacih aja cama tae yung" ucapnya yang membuat semuanya yang tadinya berbinar senang  mengira sibayi bakal mau minum obatnya, memasang wajah datar.

Anak itu lebih pintar dari mereka, tak akan bisa dibodohi.

"siapa bilang gak enak, enaak lo nak" bujuk eomma.

"ndak ada yang namanya obat itu enak" SAVAGE sijuki.

Sengaja di kapitalkan biar jelas ha ha ha.  Biasalah.

Tentu semua langsung kicep. Menghela napas kasar. Emang anak itu kalau disuruh minum obat atau vitamin susah pake banget. Harus dengan cara paksaan dulu baru mau.

"Tak ada cara lain lagi" semua mata tertuju pada sisulung. Seakan mengerti, eomma dengan segera mendekap erat tubuh sibungsu yang dibaringkan dipangkuannya. Appa juga langsung memegang kedua tangan sikecil.

Tangan sebelah eomma mencengkram lembut pipi jungkook hingga mulutnya terbuka. Dengan segera jin memasukkan obat sirup itu secara paksa. Dan langsung membekap mulut sang adik agar tak memuntahkannya.

Sedangkan jungkook yang sedari tadi memberontak, matanya sudah berkaca-kaca siap menumpahkan bebannya.

"Chaah sudah selesai"

"Huweeee eomma appa jahat, jin yung jahat kookie gak cukaa nakal-nakal hiks huwee" anak itu menangis meronta-ronta dalam pelukan eomma.

"ssstt, sayang maafin eomma ya nak"

"ndak mau hiks eomma nakal-nakal,  mau hobie yung aja hiks" eomma menghela napas, bayinya malah marah dengannya sekarang. Tapi mereka melakukan ini juga buat kesembuhan anak itu. Kalau bukan dengan cara paksaan seperti tadi, maka dipastikan setes obat tidak akan masuk kedalam tubuhnya.

Baby bunny hyung itu tengah merentangkan tangan pada hoseok. Hoseok menatap sebentar eommanya yang mengangguk memberi persetujuan. Dengan segera hoseok menggendong adik bontotnya, membawanya kedalam dekapannya. sang adik langsung memeluk leher sang hyung erat. sebelah tangan hoseok mengusap punggung sang adik agar segera tertidur.

"Hyung, apa perlu dibawa kerumah sakit aja?" Tanya appa pada jin hyung.

"Tidak perlu appa, kookie sudah minum obatnya. Tapi kita tunggu sampai besok pagi. Kalau masih belum turun kita bawa kerumah sakit" Jelas jin. Appa mengangguk mempercayakan anak bontotnya itu pada anak sulung. Karena bagaimanapun anak sulungnya itu seorang dokter, tentu lebih tau dari dia.

kookie [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang