Enam Belas

33 7 2
                                    

Alangkah baiknya vote dulu sebelum baca hehe, thank you.

'HAPPY READING'

*****

"Kantin yuk Bos!" ajak Mirza. Mereka masih di dalam kelas, begitu juga Athala. Mirza menghadap ke belakang sedangkan Athala memang hari ini duduk bersama David.

"Apa gue nyerah aja ya?" gumam David masih terus melamun.

"Dav!" Athala menepuk pundak lelaki itu dengan keras membuat David langsung tersadar dari lamunannya.

"Cacing-cacing di perut gue udah pada bunyi nih, Bos!"

"Menurut kalian, apa gue nyerah aja ya?" tanya David tak menghiraukan ajakan Mirza.

"Lagian si! Lo udah gue suruh jauhin Priscilla sebentar lo malah nggak bisa, kita jadi enggak tau Silla suka atau enggak sama lo, Bos!" cibir Mirza.

"Baru kali ini gue ngeliat lo kayak gini," kata Athala.

"Delapan kata? Lumayan lah," kata Mirza yang malah menghitung berapa kata yang Athala ucapkan.

"Serius!" seru David kesal. Mirza pun akhirnya kembali serius nampak berfikir, entahlah hanya pura-pura berfikir atau memang sungguh-sungguh.

"Semua tergantung lo, lo enggak usah terlalu maksain dia Bos. Mending lo omongin ini baik-baik sama dia. Walaupun Silla susah diajak ngomong baik-baik sama lo, tapi pasti bisa Bos. Gue cuma bisa doa yang terbaik," kata Mirza serius membuat kedua sahabatnya malah melongo menyaksikan lelaki itu ternyata bisa lumayan bijak.

"Menurut gue lo boleh suka dan bahkan cinta sama Silla tapi jangan terlalu memaksakan dia, gue yakin kalau kalian jodoh pasti bakal bersatu. Kita juga harus fokus, minggu depan mulai latihan buat turnamen basket, semangat!" lanjut Mirza.

"Kali ini gue setuju," kata Athala mengangguk-angguk.

"Kenapa? Kalian kagum sama ucapan gue?" kata Mirza dengan percaya dirinya.

"Lo abis servis?" tanya David.

"Motor gue belum diservis, Bos. Kenapa? Mau diservis-in?"

"Otak lo!" timpal Athala. "Hahaha, lo-- lo tau maksud gue Kas! Hahaha," kata David terbahak-bahak. Sedangkan Mirza bukannya kesal malah menatap kedua sahabatnya, bingung.

"Emang otak bisa diservis?"

*****

Bel pulang sekolah berbunyi. Suara yang sangat ditunggu-tunggu oleh para siswa-siswi. Seluruh anak SMA Garuda berhamburan keluar kelas, bahkan keadaan parkiran kini hampir sama ramainya dengan keadaan kantin saat istirahat.

Priscilla dan Oliv sedang menyapu kelas karena hari ini adalah jadwal mereka piket. Priscilla berusaha menyapu dengan cepat namun harus tetap bersih. Gadis itu jarang menyapu, namun sesekali dia menyapu kamarnya sendiri tanpa menyuruh asisten rumah tangganya, jika sedang ingin saja.

"Oliv, cepetan nyapunya! Aleta sama Ana udah nungguin gue di parkiran nih," kata Priscilla sedikit berteriak dari luar kelas.

"Lo si nyapunya cepet banget!" kesal Oliv sambil berjalan keluar kelasnya.

"Lama banget si! Lo jadi bareng?"

"Enggak jadi, gue mau nungguin Justin, dia lagi rapat OSIS. Lo duluan aja," kata Oliv membuat Priscilla berdecak.

"Tau gitu gue enggak nunggu lo!"

"Ya maaf hehe." Oliv cengengesan. "Ya udah gue nunggu di depan ruang OSIS dulu, see you," pamit Oliv langsung pergi meninggalkan Priscilla.

PRISCILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang