awal

54 22 13
                                    

Zahra pov

Tak lama gue dan Alqa keluar uks menuju lapangan. Alqa sedikit memapahku, katanya takut gue jatuh. Nggak masuk akal kali, kan yang sakit pipi gue bukan kaki. Aneh aneh aja si Alqa, tapi ya mungkin itu bentuk perlindungannya kepada gue.

Sampai dilapangan gue dengar sebagian orang masih asik membicarakan kejadian tadi. Sebagiannya lagi sedang bercerita tentang kakak kelas yang menurut mereka tampan.

"honey, kamu nggak papa!" histeris tiba tiba seorang perempuan dari jauh ketika melihat Alqa, yang tak lain Mila.

'perang dunia lagi nih'

Alqa hanya diam, namun matanya menatap tajam kearah Mila, tatapan yang seolah ingin menerkam Mila. Namun, terlihat dari tatapanya dia tidak nyaman.

"Ih han, kok ditanyai diem sih. Aku kan peduli sama kamu, aku kan takut kamu kenapa napa," ucap Mila dengan nada manja. Gue tau Alqa pasti muak banget sama Mila.

"Lo nggak usah panggil gue gitu." Alqa dengan nada ketus.

"Ihh, kenapa.."

"Mending pegi lo!" ucap Alqa memotong Mila yang belum selesai bicara. Seketika wajah Mila langsung tertekut, mukanya memerah. Pasti karena kesal.

"Kamu kenapa sih, aku kan suka sama kamu," ucap mila dengan nada memelasnya.

"Nggak peduli." ucap Alqa dengan muka datarnya.

"Kenapa! Karena lo suka sama nih cewek cupu?!" ucap Mila dengan nada meninggi sambil menunjuk muka gue. Sontak itu ngebuat gue menatap cengo kearah Mila.

"Ra, mending kesana aja kita," ucap Alqa tatapannya menunjukkan kearah tribun. Ia sama sekali tidak memperdulikan Mila, sementara gue hanya mengangguk polos.

"Ihh, bete deh. Kamu kok tega banget sih nyuekkin aku." ucap Mila yang nadanya mulai manja lagi, jujur gue tau Alqa pasti sekarang sedang sangat kesal. Alqa lalu menarik tangan gue kearah tribun.

***

Author pov

"Ra!" panggil seseorang yang berjalan kearah Zahra dan Alqa, perempuan dengan rambut kecoklatan, Vina.

"Eh, Vin kenapa?" tanya Zahra.

"Ini gue mau ngasih buku tanda tangan," ucap Vina sambil menyodorkan sebuah buku berwarna biru dongker dengan tulisan besar 'SMA Arkana'. Memang sudah menjadi tradisi di sma Arkana, jika siswa baru harus meminta tanda tangan para seniornya. Dengan melalui berbagai macam syarat.

"Makasih ya Vin," ucap Zahra sambil mengambil buku tersebut.

"Iya santai aja Ra, oya ini siapa? Yang tadi berantem? Pacar lo ya?" Tanya Vina seribu pertanyaan. Seketika pipi Zahra memerah 'pacar' kata yang membuatnya salah tingkah.

"Enggak kok, ini Alqa sahabat gue," ucap zahra salah tingkah, sementara Alqa hanya menoleh kearah lain.

"Oh, kenalin gue Arvina Ferdinand, panggil aja Vina," ucap Vina mengenalkan diri, Alqa langsung menoleh kearah Vina.

"Alqa." ucap Alqa singkat.

"Oh Alqa, yakin nih...bukan pacar," goda Vina ke Zahra dengan senyum tidak jelasnya, senyum yang mengandung makna.

"Iya kok. e Vin, ngambil buku satu lagi dimana ya? Buat Alqa," Zahra mengalihkan pembicaraan, namun tak bisa dipungkiri kalo ia sedang salah tingkah.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang